Gawat! Pindah dari Jawa dan Bali, COVID-19 ‘Mudik’ ke Pulau-Pulau Terluar
Seiring kasus mulai mereda di Jawa dan Bali yang padat penduduk, kasus COVID-19 meningkat di pulau-pulau terluar, seperti Papua, Sumatra, dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Wabah COVID-19 yang meluas di Indonesia mulai mencapai pulau-pulau terluar, mendorong Presiden Joko Widodo untuk mengumumkan bahwa pembatasan pergerakan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk membendung penyebarannya, lapor The Diplomat.
Dalam sebuah video yang dirilis Sabtu (7/8), Jokowi mengatakan, infeksi meningkat di luar Jawa dan Bali, pulau-pulau padat penduduk yang menjadi episentrum lonjakan COVID-19 di Indonesia saat ini.
Memperhatikan bahwa kasus meningkat di Sumatra barat dan provinsi Nusa Tenggara Timur, Jokowi memerintahkan penegak hukum dan pejabat setempat untuk mengambil tindakan segera untuk membendung peningkatan infeksi.
“Mobilitas masyarakat perlu dibendung. Setidaknya selama dua minggu,” ucap pemimpin Indonesia itu, seperti dilansir Reuters.
Pada 6 Agustus, infeksi baru di daerah di luar Jawa dan Bali menyumbang 54 persen dari total nasional, naik dari 44 persen pada awal bulan dan 34 persen pada 25 Juli.
Selama beberapa bulan terakhir, Indonesia telah berjuang melawan wabah virus corona paling parah di Asia Tenggara, tulis The Diplomat.
Pekan lalu, jumlah kematian negara ini akibat COVID-19 melampaui 100.000, sekitar 40 persen di antaranya terjadi dalam lima minggu terakhir saja.
Total infeksi di negara ini mencapai 3,69 juta, dan banyak ahli percaya bahwa jumlah sebenarnya bisa beberapa kali lebih tinggi, karena terbatasnya pengujian dan pelacakan kontak.
Walau kasus-kasus akhirnya mulai mereda di Jawa dan Bali setelah mencapai puncaknya pada pertengahan Juli, tsunami COVID-19 di pulau-pulau terluar (di mana infrastruktur kesehatan jauh lebih tidak lengkap daripada di Jawa dan Bali) dapat memiliki konsekuensi yang membawa malapetaka.
The Financial Times mengutip Fansca Titaheluw, penjabat direktur di Rumah Sakit Provita di Jayapura, ibu kota provinsi Papua di Indonesia timur, yang mengatakan, tiga pasien COVID-19 dan seorang bayi dalam perawatan intensif baru-baru ini meninggal karena kekurangan oksigen.
“Jika wabah varian Delta terus berlanjut, dan tidak ada perubahan sikap dari masyarakat, Jayapura akan kacau balau,” tuturnya kepada surat kabar tersebut.
Tingkat vaksinasi di banyak provinsi yang berjauhan ini juga jauh tertinggal dari tingkat di Jawa. Hanya sekitar 8,54 persen dari 270 juta penduduk Indonesia yang sekarang sepenuhnya divaksinasi, karena pasokan terbatas, tantangan logistik, keraguan vaksin, dan kewaspadaan publik tentang suntikan buatan China yang sangat diandalkan oleh pemerintah. Dan sebagian besar terjadi di daerah seperti Jawa yang paling terkena dampak virus, The Diplomat menekankan.
Di ibu kota Jakarta yang diprioritaskan untuk distribusi vaksin, sekitar 78 penduduk telah menerima setidaknya satu dosis vaksin, menurut Bloomberg. Angka yang sama hanya 15 persen di Kalimantan Timur, di pulau Kalimantan. Di Nusa Tenggara Timur baru 11 persen.
Sementara itu, kekurangan vaksin, serta kesulitan yang lebih besar untuk mengelolanya di daerah yang lebih terpencil, membuat bagian Indonesia ini menghadapi rintangan yang jauh lebih besar untuk meningkatkan laju vaksinasi dengan cepat.
Situasi itu ditunjukkan dengan kericuhan yang terjadi di pusat vaksinasi pekan lalu di Medan, Sumatra Utara, di mana orang-orang berebut masuk setelah beredar rumor bahwa pusat itu kehabisan vaksin. Sejumlah orang pingsan, Jakarta Post melaporkan.
- Source : www.matamatapolitik.com