CCTV Jadi Bukti Sang Motivator Jadi Predator, Bos Spi Terancam Hukuman Maksimal
Menyandang predikat motivator ternyata membawa horor bagi para korbannya. Itulah nasib memilukan para siswi yang bersekolah atau sudah lulus eh lolos dari SPI. JE, sebagai salah satu pendiri aka bos SMA SPI di kota Batu, Malang, Jawa Timur ini kini tak bisa mengelak lagi dari bukti keras lewat video yang melucuti semua aksi sandiwaranya selama ini.
Para korban korban kelicikan dan tipu muslihat JE yang tampak bak motivator profesional ternyata menyimpan perilaku yang sangat menyimpang. Dengan berbalut pendidikan gratis para siswa yang masuk ke asrama SPI itu akhirnya direnggut dengan paksa dan dilecehkan secara seksual oleh JE.
Sebagai anak muda, beban psikologis sangatlah berat untuk mereka hadapi. Sayangnya JE tidak peduli dan terus memanfaatkan posisi dan mencari kesempatan melampiaskan hawa nafsunya. Dengan segala cara dia mencoba menghindar dari segala jeratan hukum. Tapi, Gusti Ora Sare.
Ulahnya makin terlucuti dengan pengakuan para korban yang dikuatkan dengan rekaman CCTV yang jelas merekam aksinya yang sangat vulgar dan tidak pantas tersebut. Ditambah dengan beberapa catatan perilakunya selama proses hukum kasus ini makin memberatkan hukuman yang bakal dijalaninya. Alhasil Julianto Eka Putra alias JEP, terdakwa kasus kekerasan seksual di sekolah Selamat Pagi Indonesia (SPI), Kota Batu, Jawa Timur, harus menghadapi hukuman yang pasti di luar dugaannya.
Pengadilan Negeri Malang, Rabu (20/7/2022) lewat Kepala Kejaksaan Tinggi Jatim Mia Amiati menyatakan akan menuntut hukuman maksimal kepada terdakwa dalam sidang tuntutan tersebut. Pertimbangan yang memberatkan terdakwa antara lain tidak kooperatif, mengintimidasi saksi, hingga tidak mengakui perbuatannya selama persidangan. Pertimbangan yang memberatkan lainnya, kata Mia, terdakwa melakukan perbuatannya dalam konteks sebagai guru atau pembimbing yang seharusnya mengajak korban untuk melakukan perbuatan baik.
Penulis mau kilas balik dulu, untuk soal menampilkan pertunjukan aka ‘show’, SPI bisa dibilang jagonya. Penulis pernah menyaksikan langsung show spektakuler dari para murid SPI beberapa tahun silam. Mengagumkan dan sangat mengesankan. Aksi menegangkan yang digabung dengan tarian dan pesan-pesan yang bertemakan inspirasi menjadi pemikat pertunjukan di kompleks SPI ini.
Tapi di balik semua pertunjukan yang megah dan meriah itu ternyata menyimpan nestapa yang berkepanjangan. Para murid yang nampak prima dan ceria ketika beraksi memendam derita tak berujung.
JE secara masif merenggut kehidupan para murid SPI yang berharap banyak nasib mereka berubah di SPI ini. Nyatanya JE dengan teganya malah menghancurkan hidup, potensi dan masa depan para siswa yang dieksploitasinya tanpa ampun.
Memanfaatkan kondisi mereka yang kurang mampu, lemah dan tak berdaya jelas adalah suatu kekejian dan kebiadaban serta tak berperi kemanusiaan, JE tak ubahnya monster dengan wajah yang nampak manis tapi hatinya bau amis.
Ketika beraksi dia tak ubah vampir, penghisap kehidupan dan masa depan dari para murid yang termakan semua janji palsunya. Dengan licinnya dia beraksi dan akhirnya membuat publik terkejut, tempat pendidikan ternyata berubah menjadi kerajaan hawa nafsu yang bejat dari si pemilik SPI ini.
Tamatlah sudah riwayat si motivator yang ternyata menipu rakyat Indonesia dengan aksinya yang tak terpuji. Memakai nama-nama yang bagus misalnya Transformer, lalu nama sekolahnya pakai nama negara kita yaitu 'Indonesia' tapi semuanya hanya pencitraan semata.
Bersyukur kalau hukuman maksimal itu bisa diwujudkan karena keadilan dan kebenaran harus ditegakkkan. Hukuman itu tidaklah otomatis meringankan beban derita para korban. Mereka harus terus didampingi dan mudah-mudahan mereka bisa bangkit dan merajut masa depan yang lebih baik lagi.
- Source : seword.com