www.zejournal.mobi
Kamis, 28 November 2024

Pelajaran Hidup Dari Kasus Trading Binary Option

Penulis : Hardiyanto | Editor : Anty | Kamis, 10 Maret 2022 09:00

Kasus penipuan investasi binary option terus bergulir di ranah hukum. Setelah seorang crazy rich yang juga afiliator ditetapkan sebagai tersangka, kali ini seorang lagi sudah ditetapkan sebagai tersangka. Dan tidak menutup kemungkinan akan muncul tersangka-tersangka berikutnya. Hal ini karena afiliator yang jumlahnya banyak dan pihak kepolisian memastikan akan terus mengusut kasus ini. Jika kita mengikuti berita-berita yang muncul, jumlah korban dalam kasus binary option ini tidak sedikit. Dua orang yang sudah ditetapkan sebagai tersangka memiliki member hampir mencapai 500 ribu orang. Dan jika menghitung afiliator yang lain, bukan tidak mungkin jumlah korban menembus satu juta orang. Nilai kerugian sangat fantastis, mungkin saja mencapai puluhan bahkan ratusan milyar.

Kali ini saya tidak akan membahas tentang proses hukum karena itu menjadi ranah pihak kepolisian. Saya lebih tertarik membahas tentang pelajaran apa yang bisa kita petik dari kasus binary option. Kasus-kasus seperti ini sebenarnya bukan pertama kali terjadi di Indonesia. Sejak tahun 2000an sudah banyak kasus penipuan berkedok investasi. Jika kita ingat dulu ada kasus Pohon Mas, penipuan berkedok bisnis MLM dan yang cukup banyak terjadi yaitu penipuan berkedok investasi. Satu yang terlupa, kasus penipuan berkedok ibadah haji dan umroh. Memang luar biasa negara kita ini. Bahkan urusan dengan tuhan pun dijadikan objek penipuan.

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah mengapa kasus ini terus berulang-ulang terjadi. Seakan masyarakat kita tidak pernah belajar dari kesalahan di masa lalu. Generasi terus berganti namun tiap generasi selalu terjebak pada permasalahan yang sama. Kita tentu tidak mau disamakan dengan keledai yang jatuh pada lubang yang sama berkali-kali. Hanya saja kenyataan yang ada justru menunjukkan kebodohan kita. Belajar dari kasus binary option kali ini, setidaknya ada dua hal yang bisa kita jadikan pelajaran. Berikut akan saya ulas satu demi satu.

Membangun mentalitas dan pola pikir Jika kita melihat bagaimana para korban bisa terjebak dalam kasus binary option, saya melihat ada mentalitas dan pola pikir yang salah dari masyarakat kita. Mereka seakan tidak memiliki prinsip dan pegangan hidup. Mereka terlihat seperti orang yang tamak, rakus dan egois. Ingin kaya namun melalui jalan pintas, mungkin terinspirasi kisah Bandung Bondowoso yang membangun seribu candi dalam semalam. Mereka tidak memiliki pola pikir yang rasional serta tidak mengedepankan akal sehat.

Ini bisa terjadi karena generasi muda kita saat ini sudah mulai melupakan falsafah hidup yang pernah dijalankan oleh generasi pendahulu. Dalam budaya jawa dikenal falsafah “urip iku mung sawang sinawang”. Maksudnya adalah kita selalu melihat hidup orang lain lebih baik daripada kita, padahal sebenarnya apa yang kita miliki jauh lebih dari apa yang kita butuhkan. Falsafah ini mengajarkan kita untuk tidak silau dengan apa yang dimiliki oleh orang lain. Kita diajarkan untuk terus bersyukur dengan apa yang kita miliki. Rasa syukur itu yang nantinya akan membuat hidup kita bahagia.

Namun sayangnya falsafah hidup seperti itu sudah mulai dilupakan oleh banyak generasi muda kita. Hal itu dianggap sudah kuno, tidak modern dan ketinggalan jaman. Akibatnya generasi muda kita seperti pribadi yang tersesat dalam rimba kehidupan karena tidak memiliki kompas. Tidak tahu kemana harus melangkah karena tidak memiliki penunjuk arah. Contohnya para korban binary option, sebenarnya mereka sudah memiliki hal yang banyak orang lain tidak bisa memiliki. Mereka punya tabungan ratusan juta, rumah, mobil dan aset lain yang jumlahnya tidak sedikit. Namun mereka silau dengan pamer kekayaan para sultan sehingga merasa apa yang mereka miliki masih kurang. Kemudian mereka masuk kedalam jebakan binary option dengan harapan bisa kaya raya seperti para crazy rich. Tapi pada akhirnya bukannya menjadi kaya seperti sultan, justru hidupnya hancur berantakan. Mereka bahkan kehilangan apa yang sudah mereka miliki sebelumnya.

Dari sini kita harus memahami pentingnya membangun mentalitas dan pola pikir yang benar. Kita bisa melakukannya dengan lebih memperdalam ilmu agama serta belajar falsafah hidup. Sabar, ikhlas, tawakal, cukup dan syukur harus kita pahami benar maknanya. Itu bisa menjadi kompas moral kita dalam kehidupan. Boleh saja kita mengejar kekayaan, namun harus dengan cara yang benar.

Belajar tentang ilmu tentang investasi dan keuangan Generasi muda saat ini berbeda dengan 10 atau 20 tahun yang lalu. Generasi muda saat ini jauh lebih kaya dan sejahtera. Sayangnya itu itu tidak dibarengi dengan pengetahuan yang cukup tentang manajemen keuangan dan investasi. Mereka punya uang tapi tidak tahu bagaimana mengelolanya. Padahal generasi muda saat ini memiliki keunggulan dimana mereka lebih melek teknologi dan informasi. Sudah cukup banyak literasi tentang investasi dan keuangan namun keinginan untuk belajar yang memang kurang.

Melihat apa yang terjadi pada korban binary option, kita bisa paham jika pengetahuan mereka tentang investasi memang minim. Mereka terjebak pada kata “investasi” dan “trading”. Mereka silau pada pamer kekayaan para sultan sehingga kehilangan akal sehat. Mereka tidak mau mencari tahu lebih dalam tentang apa itu binary option, apa keuntungan dan kerugiannya. Yang ada dikepala mereka adalah bagaimana mencari cuan dan cuan yang lebih banyak.

Literasi tentang keuangan dan investasi sejatinya bukan hal yang sulit untuk dicari. Jika kita buka google dan mengetik keywordnya, akan banyak artikel yang bisa kita baca sebagai bahan literasi. Atau jika kita ingin belajar dari ahlinya, kita bisa belajar dari orang-orang seperti Gema Goeyardi. Master Gema, begitu saya menyebutnya, memiliki lembaga pendidikan yang mengajarkan tentang ilmu trading. Bahkan kabarnya beliau sempat ingin membuka kelas gratis sejak kasus binary option ini muncul ke publik. Beliau ingin memberikan edukasi yang benar tentang ilmu investasi khususnya trading. Saya sendiri sudah menjadi follower beliau dan banyak menonton konten youtube yang beliau buat.

Memperbaiki pola pendidikan Satu hal yang menurut saya penting dalam kasus ini adalah pola pendidikan yang salah yang kita terapkan selama bertahun-tahun. Selama ini pola pendidikan kita hanya berorientasi pada angka dan materi. Pendidikan kita mementingkan hasil dibandingkan proses. Saat di bangku sekolah, kita dibilang pintar jika nilai rapor kita 8, 9 atau 10. Kita dibilang sukses jika kita kaya dan punya banyak uang. Ini tertanam dalam otak kita sejak kita kecil hingga dewasa. Itulah yang membuat cukup banyak orang menjadi korban penipuan investasi bahkan sejak tahun 90an. Karena bagi mereka belum sukses kalau belum menjadi orang kaya.


Berita Lainnya :

Akibatnya kita lebih sering mengejar hasilnya. Kita ingin menjadi kaya, bagaimanapun caranya. Kita hanya melihat mobil Ferrari dan Lamborghini yang dimiliki para sultan. Dan menanamkan dalam pikiran kit ajika mereka bisa, kita pasti juga bisa. Namun kita tidak mau susah-susah bekerja. Yang kita mau ya penghasilan seribu dolar perhari seperti iklan salah satu aplikasi binary option. Ini yang harus kita ubah. Kita harus menekankan proses dibandingkan dengan hasil. Jika proses sudah dilakukan dengan benar, maka hasil akan mengikuti.

Ketiga hal diatas merupakan pembelajaran penting yang bisa kita ambil dari kasus binary option ini. Kita harus melakukan perbaikan mulai saat ini, jika tidak ingin kejadian ini terus berulang di masa depan. Melalui tulisan ini saya bukan ingin menyalahkan siapapun dalam kasus binary option. Bagi saya ini kesalahan kolektif. Saya hanya ingin kita semua belajar agar tidak terjebak dalam kesalahan yang sama berulang-ulang. Terlalu mahal harga yang harus kita bayar. Jangan sampai generasi muda yang berikutnya melakukan kesalahan yang kita lakukan saat ini.


- Source : seword.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar