www.zejournal.mobi
Rabu, 27 November 2024

Ada Pesantren Muslim di Amerika, Ini Potretnya

Penulis : Purnama Ayu Rizky | Editor : Anty | Rabu, 28 Juli 2021 09:51

Minoritas Islam di Amerika Serikat (AS) mengalami pasang surutnya sendiri, dari sangat populer hingga dianggap musuh bersama seiring gelombang Islamofobia yang diserukan Trump. Namun kini, kelompok Muslim di AS relatif lebih aman dan disokong oleh banyak dukungan, termasuk keberadaan pesantren Muslim di Amerika.

Pada Maret 2021, Imam Besar di Islamic Center of New York, AS, Imam Shamsi Ali melalui yayasannya Nusantara Foundation sempat mengumumkan bakal menginisiasi pembangunan pesantren di Paman Sam. Tujuannya tak lain demi menyadarkan masyarakat dunia bahwa Islam adalah agama yang cinta damai dan bukan milik orang Arab atau Timur Tengah belaka.

Tak tanggung-tanggung, dilansir Tribunnews, di bawah yayasan “pengepul dana” yang ia bikin, Nusantara Foundation, pihaknya telah memiliki lahan seluas 7,5 hektare. Lahan ini tersedia berkat sumbangan dana yang mayoritas berasal dari diaspora Indonesia di AS.

“Akan ditambah lagi 3,1 hektare jadi 10 hektare lahannya,” tutur Shamsi kala itu.

“Kalau ini bisa didirikan ini menjadi representasi kecil dari pada kehebatan Indonesia kita. Nanti ada rumah-rumah adat Nusantara ada Rumah Adat Minang, Sulawesi, Jawa, dan sebagainya. Di rumah-rumah ini akan kita tampilkan tradisi-tradisi budaya, dan produk-produk lokal yang ada di negara kita. Untuk display bagi mereka yang ingin tahu kekayaan Indonesia,” ungkapnya lagi.

Namun, jauh sebelum Imam Shamsi Ali menginisiasi proyek itu, sebenarnya sudah ada pesantren di AS khusus anak-anak yang hendak memperdalam pengetahuan agamanya. Adalah Isabet Academy yang berlokasi di Levittown, Pennsylvania, AS. Dilansir dari laman resminya, pesantren ini punya visi untuk menjadi ruang bagi Muslim di AS, baik dari Amerika Utara ke Tengah, ke Kepulauan Karibia untuk belajar agama.

“Merasakan kekosongan aktivitas spiritual yang kontras dengan pemenuhan kekayaan materialistis, orang-orang menemukan ketenangan, ketenangan, dan kedamaian di fasilitas kami, yang mencerminkan taman surga,” tulis mereka.

Totalnya, ada 90 siswa di pesantren dari kelas 5 hingga 12 dengan latar belakang keturunan berbeda, termasuk diaspora Indonesia. Pesantren ini memang mengajarkan banyak aspek agama, dari Fikih, Aqidah Akhlak, hingga pelajaran mengaji dengan baik. Tak heran, jika umat Muslim di AS tertarik memasukkan anaknya ke sini.

Keinginan menyekolahkan anaknya di pondok pesantren agar dapat belajar di lingkungan agama Islami, membuat Siti Sahroh mendaftarkan anaknya di Isabet Academy. Walau awalnya sempat menolak, kini putranya memutuskan untuk menyelesaikan 5 tahun sekolahnya di akademi tersebut.

Ia merasa, pendidikan agama khusus di sekolah Minggu tak cukup, sehingga ia sengaja menyekolahkan anaknya di sini.

“Mumpung belum dewasa, sehingga pondasi agama harus kuat,” ujarnya pada VOA Indonesia.

PASANG SURUT ISLAM DI AS

Islam di AS memang mengalami pasang surut sendiri. Sejak peristiwa 9/11 yang memicu gelombang Islamofobia, Muslim di AS hidup dalam ketakutan. Setelah berjuang selama Perang Dingin selama beberapa dekade tidak lama sebelumnya, orang Amerika membingkai serangan itu sebagai perjuangan yang baik melawan kejahatan, yang menggambarkan Islam radikal sebagai musuh terbaru.

Di banyak negara, suara-suara di media dan dalam politik menggunakan pandangan ekstrem dan tindakan teroris Islam untuk menghukum umat Muslim secara umum. Sejak 9/11, umat Islam di Amerika Serikat dan di tempat lain telah mengalami pelecehan dan kekerasan.

Bahkan, seminggu setelah pelantikannya, eks Presiden AS Donald Trump memenuhi janji kampanyenya dengan menandatangani apa yang disebut “larangan Muslim,” yang dirancang untuk mencegah warga dari enam negara mayoritas Muslim memasuki Amerika Serikat.

Beruntung di bawah kendali Biden, Islam di AS lebih dirangkul dalam kebijakannya. Biden bahkan berulangkali mengutip ayat-ayat Alquran dalam pidatonya untuk menunjukkan bahwa Muslim AS adalah warga yang sama kedudukannya seperti lainnya.


Berita Lainnya :


Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar