Junta Myanmar Rampas 122 Ekor Hewan Kurban Warga Muslim
Yangon - Wai Nu, bukan nama sebenarnya, baru saja menyembelih sapi ke tujuh --dari 22 ekor sapi kurban-- ketika sepasukan yunta turun dari truk. Bersama jemaah masjid di komunitas muslim Yangon, ia lari tunggang langgang meninggalkan sapi dan 100 domba kurban lainnya.
"Saya gemetar saat mereka memukuli ternak untuk dibawa ke truk. Mereka dipersenjatai sehingga kami tidak bisa berbuat apa-apa," katanya kepada The Irrawaddy, Sabtu (1/7) malam.
Pembatasan internet dan kerja jurnalis yang sembunyi-sembunyi, terutama bagi laman berita independen seperti The Irrawaddy, membuat mereka baru bisa melaporkan kejadian Kamis (29/6) tersebut pada Sabtu malam.
Pasukan junta Myanmar menggerebek perayaan Idul Adha di halaman masjid di Kotapraja Thingangyun, Yangon, satu jam setelah komunitas muslim menunaikan salat. Junta di bawah pimpinan Jenderal Senior Min Aung Hlaing dikenal tidak memberi ruang terhadap warga muslim Myanmar.
"Kami sudah menyembelih tujuh ekor sapi. Mereka merampas semua daging dan menyita ternak yang tersisa," seorang muslim lain bercerita.
Ia kehilangan seekor sapi kurban yang belum sempat disembelih. Para jemaah mengumpulkan uang 100 ribu dolar AS, sekitar Rp 1,5 miliar, selama setahun untuk membeli ternak-ternak kurban tersebut.
Mereka bersaksi junta menggelandang ternak kurban itu ke rumah potong hewan Ywar Thar Gyi di Kotapraja Dagon Timur. Pasukan junta mengantungi hasil penjualan daging kurban.
Kepala Junta Min Aung Hlaing beberapa kali menghadiri upacara keagamaan, termasuk acara non-Buddha. Ia pernah terlihat bersama Uskup Agung Yangon Kardinal Charles Bo.
Namun banyak yang menilai kemunculannya itu untuk konsumsi media asing, ingin menunjukkan diri seolah pemimpin yang toleran. Di belakang itu, junta kerap menindak biksu dan menyerbu kuil Buddha yang menentang rezim kudeta.
Penargetan rezim terhadap minoritas agama mengingatkan pada pembersihan etnis muslim Rohingya di Negara Bagian Rakhine pada 2017.
Rezim Myanmar menghancurkan lebih dari 100 kuil Buddha dan Kristen dalam waktu 14 bulan setelah merebut kekuasaan pada Februari 2021.
Sementara itu, Penjabat Presiden Pemerintah Persatuan Nasional Sipil (NUG), pemerintah yang dikudeta oleh militer, Duwa Lashi La, menyampaikan ucapan selamat Idul Adha.
Wai Nu heran junta membubarkan perayaan Idul Adha, padahal mereka sudah mengantungi izin, bahkan dengan membayar sejumlah besar uang pula.
"Jika mereka tak mengizinkan, kami bisa melakukannya di tempat lain yang aman. Sekarang mereka merampas hewan kurban kami dan mengambil uang jatah orang miskin," ujarnya.
- Source : www.publica-news.com