www.zejournal.mobi
Senin, 23 Desember 2024

Balada Isolasi Mandiri: 12 Jam Jenazah COVID-19 Tergeletak depan Rumah

Penulis : Purnama Ayu Rizky | Editor : Anty | Kamis, 01 Juli 2021 15:12

Pasien COVID-19 Indonesia meninggal dalam isolasi diri saat rumah sakit mencapai titik puncaknya. Salah satunya, jenazah pria yang meninggal setelah dites positif virus corona tergeletak di depan rumahnya di Jakarta Utara selama lebih dari 12 jam sebelum ambulans merespons.

Sebuah video mayat pria 64 tahun yang terbaring sendirian menjadi viral di media sosial, meningkatkan alarm tentang keadaan mengerikan sistem perawatan kesehatan Indonesia, yang telah mencapai batasnya oleh pandemi.

Pihak berwenang Indonesia melaporkan rekor peningkatan harian dalam kasus virus corona pada Sabtu dengan 21.095 infeksi baru dan 358 kematian baru.

Lebih dari 56.000 orang Indonesia telah meninggal karena penyakit ini.

Tingkat pengujian tetap rendah dan para ahli memperingatkan angka sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi daripada angka resmi.

Rumah sakit di Indonesia mengalami tekanan setelah masuknya kasus virus corona terkait varian baru dan perayaan akhir bulan suci Ramadan.

Dalam beberapa kasus, orang yang positif COVID-19 ditolak dari rumah sakit dan diminta untuk mengisolasi diri di rumah-rumah kecil yang sering ramai.

Namun, meskipun menjadi salah satu negara yang paling terpukul di Asia, pihak berwenang terus menolak memberlakukan penguncian atau tindakan ketat lainnya untuk mengekang penyebaran.

JENAZAH PRIA JAKARTA UTARA DITEMUKAN TETANGGA

Pria itu ditemukan oleh tetangganya, yang tidak mau mendekatinya karena takut dia meninggal karena COVID-19.

Ketika kepala polisi setempat Ghulam Nabhi memeriksa database kesehatan, dia menemukan pria itu telah dikonfirmasi positif COVID sejak 12 Juni, hampir dua minggu sebelum dia ditemukan tewas.

Ghulam mengatakan mayat itu dilaporkan oleh kepala lingkungan setempat pada Senin, tetapi ambulans baru tiba sehari kemudian.

“Jumlah COVID itu banyak, jadi bukan karena mereka [rumah sakit] tidak mau membantu kami, tetapi terbatas dan tidak banyak yang memiliki kemampuan untuk menangani jenazah COVID,” kata Ghulam menanggapi pertanyaan tentang mengapa ambulans datang sangat terlambat.

Ghulam mengatakan pria itu tinggal sendirian di rumahnya di daerah padat penduduk.

Jenazah pria itu kemudian dimakamkan di tempat pemakaman khusus pasien COVID-19, yang menjamur di ibu kota Indonesia sejak pandemi dimulai.

KEMATIAN COVID-19 DI LUAR RUMAH SAKIT

Kematian COVID-19 di luar rumah sakit menjadi lebih umum di seluruh Indonesia karena jumlah kasus terus meningkat.

Pekan lalu, seorang pasien di Jawa Barat meninggal dunia setelah ditolak berobat di rumah sakit. Pria berusia 43 tahun itu dinyatakan positif COVID-19 dan sempat mengalami sesak napas.

Kepala Puskesmas setempat Uswatun Hasanah mengatakan, kondisi pasien saat itu sudah sangat lemah.

“Saya pikir [keluarganya] tidak mau menunggu lebih lama lagi, akhirnya mereka memutuskan untuk mencari rumah sakit sendiri,” tutur Hasanah.

Keluarga itu telah mengunjungi lima rumah sakit tapi kecewa karena semuanya dalam kapasitas penuh.

Pria itu akhirnya meninggal saat mereka masih di jalan.

Sebuah keluarga terpisah di Jawa Barat menunggu enam jam untuk mencari tahu apa yang harus dilakukan setelah ayah mereka meninggal saat menjalani isolasi diri.

Setelah banyak panggilan bolak-balik ke nomor hotline COVID-19 yang menanyakan arah pemakaman aman COVID, mereka tidak menerima solusi yang jelas dan akhirnya melakukan pemakaman sendiri.

TEMPAT TIDUR RS YANG TERSISA HAMPIR HABIS

Juru bicara Gugus Tugas COVID-19 Nasional Indonesia, Wiku Adisasmito, mengatakan kepada ABC, pasien yang dapat melakukan isolasi mandiri di rumah adalah mereka yang memiliki gejala ringan atau orang yang tidak menunjukkan gejala.

Profesor Adisasmito yang menjalani isolasi mandiri setelah tertular COVID-19 mengatakan, pasien yang menjalani isolasi mandiri harus dipantau dan diawasi secara rutin oleh Puskesmas setempat.

Namun, data Kementerian Kesehatan menunjukkan ketersediaan tempat tidur rumah sakit COVID-19 semakin menipis, terutama di Pulau Jawa yang padat penduduk.

Hingga 20 Juni, ada empat provinsi dengan tingkat hunian tempat tidur di atas 80 persen. Di beberapa kota, hunian tempat tidur rumah sakit sudah mencapai 90 hingga 100 persen.

“Dalam situasi bencana seperti ini, kita harus melihat pasien mana yang paling parah, tetapi pada saat yang sama paling mungkin untuk diselamatkan,” kata dokter yang berbasis di Jakarta Debryna Dewi Lumanauw.

“Namun, itu tidak berarti mereka yang tidak memenuhi kriteria ini akan dipulangkan … kami akan merawat pasien sebaik mungkin.”

Dr Lumanauw mengatakan pada ABC, petugas UGD akan aktif mencari rumah sakit rujukan yang memiliki fasilitas sesuai kebutuhan pasien.

“Jadi untuk alasan ini, ruang gawat darurat adalah tempat terbaik bagi mereka.”

Beberapa rumah sakit di Jawa kini telah mendirikan tenda untuk menampung pasien yang tidak dapat masuk ke ruang gawat darurat.

‘ORANG-ORANG LELAH DENGAN PANDEMI’

Joni Wahyuhadi adalah Direktur Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo Surabaya dan Kepala Gugus Tugas COVID-19 Provinsi Jawa Timur.

Dia mengatakan Indonesia berada pada titik kritis pandemi.

Sekitar 65 persen tempat tidur rumah sakit di Jawa Timur — provinsi terpadat kedua di Indonesia dengan sekitar 35 juta penduduk — ditempati oleh pasien COVID-19.

“Dibandingkan dengan 2020, sumber daya kita habis. Sementara, kita memiliki varian baru yang sangat menular dan orang-orang lelah pandemi, mereka tidak memiliki ketakutan yang sama seperti tahun lalu,” kata Dr Wahyuhadi.

Dr Wahyuhadi mengatakan, dengan tingkat penularan yang melonjak, dia khawatir yang terburuk belum datang. Sebagai antisipasi, Pemprov Jatim mulai membangun rumah sakit darurat.

“Kami sudah siapkan 700 tempat tidur di Bangkalan, yang saat ini dianggap zona hitam,” katanya.

Zona hitam adalah bagaimana pihak berwenang Indonesia merujuk ke daerah di mana jumlah kasus sangat tinggi.

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko berujar pada ABC, pemerintah pusat relatif tanggap dalam menghadapi gelombang COVID-19 di Indonesia saat ini.

“Kami juga terus mengupayakan pengobatan terbaik dan target 1 juta vaksinasi per hari,” ujarnya.

Namun, hingga saat ini, hanya 4,67 persen dari 280 juta penduduk Indonesia yang telah divaksinasi, menurut Universitas Johns Hopkins.


Berita Lainnya :


Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar