www.zejournal.mobi
Rabu, 20 November 2024

Aldi Taher Gagal Nyagub Sumbar/Sulteng, Karma Pencitraan Agama?

Penulis : Ninanoor | Editor : Anty | Senin, 07 September 2020 10:00

Aldi Taher sempat menjadi trending topic di jagat Twitter. Sayangnya bukan karena prestasinya atau pun aspirasinya. Sekali lagi saya tulis, siapa saja warga negara ini boleh-boleh saja bercita-cita tinggi menjadi kepala daerah ataupun kepala negara. Tidak ada yang melarang. Namun, cita-cita tinggi itu harus diiringi dengan niat dan kemampuan. Semua prestasi itu tidak ada yang instan. Ini pelajaran dasar yang harusnya sudah dimengerti ketika seseorang lulus sekolah menengah. Jadi atlet harus sering latihan. Jadi seniman, harus sering berkarya. Ada proses yang panjang. Apalagi untuk menjadi seorang kepala daerah.

Nah, entah Aldi Taher ini terlalu nafsu pingin jadi wakil gubernur di suatu daerah, atau memang nggak paham jalurnya, dia menempuh jalur yang keliru. Jalur apa? Jalur pencitraan memakai agama. Terlalu nampak pula. Silakan saja lihat di akun Instagramnya link.

Sudah banyak pemuka agama yang memperingatkan soal ibadah yang diunggah di media sosial. Karena mengunggah kegiatan ibadah di media sosial itu beda-beda tipis dengan pamer. Manusia kan tempatnya salah. Sekali dua kali bisa saja kita bilang nggak pamer. Nah, yang ketiga, keempat dan seterusnya, siapa yang tahu? Itu dari segi akhlak ya.

Kalau dilihat dari segi politik, dari segi menarik perhatian calon pemilih, kenapa Aldi tidak memuat banyak kegiatan sosial yang berhubungan dengan masyarakat banyak? Memangnya nanti kalau terpilih jadi kepala daerah kerjaannya baca al quran setiap detik sehari semalam? Kan enggak.

Jadi pemimpin daerah itu sama dengan jadi pemimpin masyarakat. Harus bisa akrab dengan masyarakat, mencium keringat rakyat. Saya nggak ngerti kenapa Aldi misalnya tidak mengunggah kegiatannya berinteraksi dengan warga masyarakat, bakti sosial, mengkampanyekan protokol kesehatan selama pandemi Covid-19, dan banyak hal lain lah. Apakah Aldi memang nggak ngerti?

Entah siapa yang memberi nasehat politik kepada Aldi. Yang pasti cara mengkampanyekan dirinya dengan mengunggah dia di mana-mana baca al quran itu bukan cara yang tepat. Ya ok, anggaplah masyarakat jadi tahu kalau Aldi rajin baca al quran, tapi apakah Aldi ini sanggup memimpin? Ukurannya apa? Wajar saja, semua unggahan Aldi di media sosial dianggap jadi pencitraan. Bahkan mendapatkan tanggapan negatif dari warganet.

Adalah sebuah musibah bagi seorang politisi, jika yang dia anggap sebagai alat kampanye buat dirinya itu justru jadi bumerang. Jadi senjata makan tuan. Alih-alih dapat pujian, malah menuai celaan. Partai politik pun jadi males meliriknya.

Tahun ini Aldi sudah 2 kali mencoba peruntungannya di bidang politik. Pertama, dia maju di Pilgub Sumatera Barat (Sumbar), menemani Syamsu Jalal, lewat jalur independen. Hingga akhir batas pendaftaran pada tanggal 20 Februari 2020, pasangan Syamsu Jalal - Aldi Taher tidak bisa mengantarkan berkas dukungan yang disyaratkan KPU Sumber. Artinya jumlah warga yang mendukung kurang.

Yang kedua, Aldi Taher digandeng oleh Rusli Daeng Palabbi untuk mengikuti Pilgub Sulawesi Tengah (Sulteng). Mereka sudah mendeklarasikan diri pada pertengahan Juli lalu, lebih dulu dari pasangan lainnya. Aldi dipilih karena dianggap bisa menarik perhatian kelompok pemilih milenial. Ketika berdeklarasi, pasangan ini belum mendapatkan kendaraan politik alias dukungan satu pun parpol Sumber.

 


Berita Lainnya :

Kelompok milenial justru adalah mereka yang juga mengkritik pencitraannya di media sosial. Sehingga citra Aldi Taher tidak terbangun sesuai harapan. Tidak ada magnet sama sekali untuk mendapatkan dukungan dari parpol. Bahkan Aldi sempat bikin blunder dengan mendeklarasikan diri jadi capres 2024 dan capres negara Amerika Serikat, di dalam video yang dia unggah di akun Instagramnya.

Akhirnya ya gagal lagi. Yup, ini daerah yang sama dengan tempat majunya Pasha Ungu sebagai bakal calon wagub. Yang sudah saya tulis sebelumnya. Jadi Pasha dan Aldi bersaing di daerah yang sama. Mereka sama-sama gagal ketika 10 parpol mendeklarasikan dukungan mereka pada pasangan Rusdi Mastura - Ma’mun Amir pada hari Kamis lalu (3/9). Ke-10 parpol ini adalah PAN, Hanura, Partai Garuda, PKB, Perindo, Golkar, NasDem, PKS, PPP dan PRD Sumber. Sementara PDIP dan Gerindra mengusung pasangan lain, Hidayat Lamakarate - Bartholomeus Tandigala Sumber.

Jadi tahun ini Aldi gagal 2 kali. Kegagalan itu bisa jadi rekam jejak yang positif, seandainya Aldi lebih banyak tampak aktif berinteraksi dengan masyarakat, dalam banyak kegiatan sosial. Atau kalau mau menyasar generasi milenial, bikin workshop bisnis kek atau bidang kreatif kek. Banyak hal yang bisa dikerjakan. Bukan hanya duduk sambil pamer baca al quran. Seriously, hindari lah riya’. Ibadahnya jadi tidak diterima. Bisa jadi, itulah sebab utama kegagalan Aldi?


- Source : seword.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar