Nasib Jelek Mulan, Sudah Di DPR, Ngomong Apapun Tetap Dicela Netizen!
Saya termasuk rakyat yang tidak setuju ketika seorang artis tanpa kualifikasi yang mendukung kemudian jadi caleg, dan kemudian terpilih jadi anggota DPR. Nah, fokus tulisan ini adalah Mulan Jameela. Yang apabila dibandingkan dengan Rieke Diah Pitaloka dan Tina Toon, sangat kontras latar belakang pendidikannya.
Apakah Mulan punya pengalaman di organisasi sebagai aktivis? Enggak juga. Heran ya kok bisa kepilih? Karena tidak ada jawabannya, jadi hanya faktor keberuntungan saja yang jadi penyebab akhirnya Mulan ngantor di Senayan. Ya mungkin rejekinya dia, mau ngomong apa lagi kita?
Di beberapa tulisan sebelumnya, saya mengkritik Mulan. Dari ketidaktahuannya soal kode etik sebagai anggota DPR, itu lho ketika dia masih meng-endorse kacamata dari sebuah toko lewat akun Instagramnya. Hingga kudetnya (kurang update) Mulan terhadap yang dia tanyakan dalam rapat komisi DPR dengan PLN. Dia tanya soal kompensasi dari PLN terhadap padamnya listrik berjam-jam yang terjadi tahun lalu, padahal soal itu sudah disampaikan PLN kepada DPR sebelumnya. Lah, ngapain ditanya lagi? Sekedar bertanya biar kelihatan kerja gitu?
Itu semua terjadi tahun lalu ya, ketika Mulan baru saja jadi anggota dewan. Kalau sekarang ini kan sudah hampir satu tahun ya. Harusnya Mulan sudah banyak belajar. Harusnya dia juga sudah punya staf ahli yang bisa membantu dalam tugasnya. Namun, nasib baik Mulan dalam soal rejeki, tidak berbanding lurus dengan citranya. Walaupun sudah hampir setahun jadi anggota DPR RI, tetap saja di mata publik, Mulan masih sangat lekat dengan sebutan pelakor dan minim kompetensinya. Akibatnya, apa pun yang dikatakan Mulan, malah jadi bahan celaan.
Ini yang terjadi ketika Mulan hadir dalam rapat dengar pendapat antara Komisi VII DPR RI dan Pertamina, hari Senin lalu (31/8). Dalam rapat itu Pertamina menjelaskan tentang rencana penghapusan Premium dan Pertalite. Penghapusan ini terkait dengan adanya Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Nomor 20 Tahun 2017 yang mensyaratkan penggunaan BBM harus di atas RON 91. Untuk menekan emisi gas rumah kaca.
Premium memiliki RON 88 dan Pertalite RON 90. Walaupun sudah ada aturan yang melarang sejak 2017, namun kedua jenis BBM itu hingga sekarang masih jadi yang terbesar dipakai oleh konsumen. Di dunia saja, hanya tinggal 7 negara yang masih menggunakan bensin di bawah RON 90, yakni Bangladesh, Colombia, Mesir, Mongolia, Ukraina, Uzbekistan, dan Indonesia. Menjadi tantangan berat buat Pertamina untuk mendorong semua konsumennya untuk beralih ke Pertamax. Yang pasti karena harganya lebih mahal dari Premium/Pertalite.
Berdasarkan penjelasan Pertamina ini, Mulan pun kemudian melontarkan pendapatnya. “Mengingat saat ini kita semua sedang mengalami ujian pandemi COVID-19. Apabila Premium dan Pertalite dihapus tentu akan berdampak yang tidak baik untuk masyarakat," kata Mulan. "Sekadar masukan saja dari saya apabila betul dan benar Premium dan Pertalite dihapus, apakah memungkinkan apabila harga Pertamax bisa diturunkan mungkin bisa jadi sama dengan harga Premium? Mungkin Insyaallah itu bisa jadi solusi," lanjut Mulan. Sumber: liputan6.com Sumber: kumparan.com Sumber: kumparan.com
Pertama saya membaca usulan Mulan ini, saya juga ketawa sih. Kesannya Mulan sekedar bersuara agar kelihatan bekerja saja. Menurunkan harga Pertamax akan berdampak besar pada Pertamina. Kalau nanti bikin Pertamina merugi, siapa yang disalahkan? Kemudian dalam komponen harga BBM ada bermacam unsur. Ada unsur impor karena kita memang masih impor kan? Ada biaya-biaya produksi, distribusi dan sebagainya. Kalau bicara harga Premium, itu kan di dalamnya ada subsidi pemerintah. Sehingga harga aslinya tentu tidak semurah harga jual di SPBU. Intinya soal harga ini kompleks ya. Nggak semudah diucapkan.
Tapi di sisi lain, usulan Mulan ini ada benarnya. Apalagi dikaitkan dengan masa pandemi Covid-19 sekarang ini. Yang biasanya beli Pertamax nggak pake ngitung, bisa saja sekarang sedang beralih ke Pertalite, karena dia kena pengurangan gaji di kantor. Atau bahkan kena PHK.
Jadi walaupun usulan Mulan kedengarannya receh tak berdasar, namun saya kira tidak ada satu pun orang yang menolak seandainya harga bbm bisa turun. Tapi memang citra Mulan masih sangat jelek. Sehingga di Twitter, banyak netizen yang menanggapi usulannya dengan celaan, bahkan menyebut Mulan “tolol”. Misalnya di cuitan akun resmi kumparan.com dan detik.com yang membagikan berita soal usulan Mulan.
Ketahuan ketidakpahamannya.
— Mr. KnowHow (@VerusQuaesitor) September 1, 2020
Jelas Pertamax memiliki kualitas yang jauh lebih tinggi dari premium. Pertamax lebih kecil tingkat timbalnya, lebih besar oktannya, dll. Ya masa sama harganya dengan premium.
Serius deh, artis jangan jadi penentu kebijakan. Gak tau apa-apa.
Hitung2an ekonomi pelakor.
— Wira K. (@wiravaleria) September 1, 2020
Pendapat saya jika istri pertama dihapus, memungkinkan saya sebagai pelakor atau istri siri menjadi sama dengan istri pertama.
Rata-rata netizen masih memandang Mulan dengan sebelah mata saja. Ya seperti saya yang langsung menertawakan usulan tersebut. Tapi setelah saya lihat lagi, usulan ini tidak ada salahnya kan? Kalaupun Pertamina bisa menurunkan harga Pertamax, pasti tidak ada satu pun konsumen yang protes.
Tentu dengan catatan Pertamina sudah mengadakan perhitungan yang seksama, yang tidak merugikan Pertamina maupun negara. Jadi, Mulan ini masih perlu bekerja keras buat merubah citranya itu ya. Kalau mengajukan usul ya nggak sekedar usul, mesti disertai dengan penjelasan panjang juga. Agar tidak lagi jadi sasaran celaan publik. Good luck!
- Source : seword.com