ILC : Sutiyoso Bertanya, Apa Anies Bisa Menjawabnya?
ILC kemaren punya tajuk yang cukup menarik. Hanya Tajuknya saja yang menarik, yaitu “ILC Salahkah Anies”. Dari sekian banyak Pembicara, semua hampir taka da yang baru, kalau tidak pro ya kontra. Yang pro pada Anies, tentu saja tanggapannya tentang banjir Jakarta 2020 terdengar jadi sangat menyedihkan. Hingga seorang pejabat Sekretaris Daerah mengatakan pada warga untuk menikmati banjir yang melanda. Di sini saya benar-benar merasa miris ketika seorang pejabat yang memiliki tanggung jawab atas daerahnya menyerukan pada warganya untuk menikmati bencana yang melandanya. Sementara yang kontra hanya bisa membully dan mengkritik Gubernur Jakarta.
Sampai berakhir di penghujung acara, pembicara penutup disampaikan oleh Mantan Gubernur Jakarta Bapak Sutiyoso. Karni Ilyas, si Pembawa Acara, mempersilahkan Bang Yos untuk menanggapi kondisi Jakarta yang dilanda banjir.
Dengan runtut dan jelas Bang Yos membuka komentarnya dengan pernyataan bahwa dirinya hanya akan mengomentari berdasarkan fakta yang ada. Bang Yos memulai penuturannya dengan melihat Jakarta dari aspek geografis yaitu Jakarta sebagai kota pantai dimana letak daratan sejajar dengan pantai, bahkan 30 persen dari daratan Jakarta berada di bawah permukaan air laut. Ditambah lagi ada 13 sungai dari selatan menuju laut yang tanpa ijin melewati kota Jakarta. Dari kondisi geografis seperti ini saja sudah dapat disimpulkan bahwa Jakarta adalah kota yang rawan dengan banjir.
Menurut Bang Yos, ada 3 jenis banjir yang melanda kota Jakarta. Pertama adalah banjir Rob, yaitu banjir yang diakibatkan adanya luapan air pasang dari laut. Yang terkena banjir Rob ini adalah bagian utara kota Jakarta. Kedua banjir yang diakibatkan oleh hujan lokal. Daerah yang terdampak adalah daerah yang 30 persen posisinya di bawah permukaan air laut tadi. Yang ketiga adalah banjir yang diakibatkan oleh luapan air dari 13 sungai yang mengalir di Jakarta.
Bang Yos juga menerangkan cara penyelesaian menanggulangi ketiga jenis banjir tersebut di atas, karena memang sudah ada konsepnya. Untuk banjir Rob akibat luapan air laut, sudah ada konsepnya dari dulu yaitu dengan membangun Giant Sea Wall. Dari mana pemikirannya itu? Bang Yos sendiri yang melakukan study banding ke Belanda, negeri yang dikelilingi laut namun tidak pernah terjadi banjir. Bang Yos bahkan mendatangkan ahlinya dari Belanda untuk perencanaan pembangunan Giant Sea Wall, sebuah dinding yang dapat juga difungsikan sebagai jalan tol dan lain sebagainya. Untuk menanganan banjir akibat hujan local, caranya dengan memasang pompa-pompa air raksasa untuk menyedot air banjir yang dibuang ke sungai atau ke laut. Pada jaman Bang Yos jadi gubernur, pompa air di Jakarta hanya berjumlah 70, sekarang sudah ratusan karena gubernur selanjutnya menambah jumlah pompa.
Yang menarik adalah penjelasan Bang Yos berikutnya bahwa dari sejak jaman Belanda pun sudah aware bahwa Jakarta adalah kota banjir. Itu sebabnya pada tahun 1933 dibangun yang namanya kanal banjir, sebuah konsep mengendalikan aliran air dari hulu sungai dengan mengatur volume air yang masuk ke kota Jakarta dan akan membuat beban sungai lebih terkendali. Namun waktu itu hanya dibangun bagian barat saja. Pada masa Bang Yos jadi Gubernur dia membangun Kanal banjir bagian timur. Dan saat masa tugasnya selesai, pembangunan Kanal tersebut hanya mencapai 60 persen. Lalu dilanjutkan oleh gubernur penggantinya dan sekarang Kanal banjir tersebut sudah rampung 100 persen.
Dari cara Bang Yos menguraikan permasalahan banjir di Jakarta, kita dapat melihat betapa Bang Yos ini benar-benar mengenal sifat, karakter dan kejadian-kejadian yang ada di Jakarta. Mulai dari urbanisasi hingga penyempitan mulut sungai akibat dari urbanisasi tadi.
“Mau tidak mau pekerjaan paling sulit jadi Gubernur Jakarta adalah relokasi orang-orang yang ini. Itu tidak apa-apa. Pasti ada perlawanan. LSM masuk dan memprovokasi dan segala macam. Tetapi ini harus kita lakukan dengan cara yang bijaksana. Bagaimana cara bijaksana itu? Kita siapkan dulu rumah susun.” Persis kan…? Itu yang dilakukan oleh gubernur Jakarta sebelum Anies.
Bang Yos menyatakan bahwa naturalisasi bisa dilakukan kalau mulut sungai masih selebar 70 meter, kalau tidak ya dipindahkan saja orang-orangnya. Tapi karena ada politisnya, sudah kadung kampanye tidak akan melakukan penggusuran, akhirnya tidak ada yang bisa dilakukan. Padahal tidak apa-apa. Bicara saja dan jelaskan baik-baik. Bang Yos juga mengetahui adanya undang-undang yang menyatakan ketiga ada sungai mengalir melalui 3 wilayah yang berbeda, maka ini menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Dan dari menteri PUPR Bang Yos sudah mendengarkan rencana terkait pembangunan waduk-waduk raksasa itu dan ini harus diprioritaskan.
Bang Yos mengaku sendiri bahwa sepuluh tahun dirinya menjadi Gubernur Jakarta dan digebuki soal masalah banjir, ya dia nikmati saja. Tapi kalau ditanya, dimana salahnya Anies terkait banjir ini, Bang Yos justru akan balik bertanya, “Anies mengapa mau jadi Gubernur DKI?” Karena kalau sudah begini, tentu saja yang menjadi prioritas adalah evakuasi warga.
Pertanyaan yang sederhana namun sulit untuk dijawab oleh Anies Baswedan, “Mengapa Anies mau jadi Gubernur Jakarta?” tapi kalau pertanyaan saya adalah, “Dengan APBD yang mentereng, teknologi yang tinggi, tingkat pendidikan masyarakat yang lebih baik, Mengapa Anies kalah bagus sama Bang Yos dalam memimpin kota Jakarta?”
- Source : seword.com