Terkuak, Misteri 191 Pohon Di Monas Yang Raib Dan Diklaim Dikarantina: Dibuat Furnitur!
Era transparansi saat ini malah DKI Jakarta membuatnya jadi tertutup serta serba rahasia. Pemprov DKI masih terus berkelit dan menutup rapat secara kompak soal di mana pohon-pohon yang ditebang massal di Monas itu berada.
Ngelesnya lucu banget, dikarantina. Apa karena pohon-pohon itu takut ketularan virus ganas atau diamankan biar nggak masuk angin karena belakangan Monas sering kebanjiran?
Atau dikarantina dari panasnya udara Jakarta sehingga biar adem dan sejuk dijadikan furnitur supaya lebih nyaman dan tentram? Jawaban terakhir yang lebih masuk akal.
Tapi paling tidak Gubernur DKI sudah memperhatikan nasib para pohon di Monas yang sering terkena panas matahari ekstrim di Jakarta. Gubernur sudah berinisatif mengistirahatkan mereka selamanya dan menjadikan mereka abadi dalam wujud furnitur.
Jadi polemik atau tepatnya misteri raibnya pohon jati, mahoni dan trembesi yang ditebas di Monas akhirnya terkuak. Tadinya para jurnalis media dengan gigih melakukan berbagai investigas baik ke pejabat di jajaran Pemprov tapi hasilnya nihil.
Nasib 191 pohon di kawasan Tugu Monas yang ditebang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah terjawab . Batang pohon itu disebut akan dijadikan bahan baku furnitur.
Jadi tak dijual seperti isu yang sempat muncul di media. Kepala Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Heru Hermawanto sudah membantahnya sekaligus mengkonfirmasi bahwa menyebut pohon itu dimanfaatkan untuk keperluan peralatan mebel atau furnitur.
“Kalau itu biasanya disimpan atau dimanfaatkan untuk membuat bangku atau furnitur,” ujar Heru di Balai Kota DKI Jakarta Rabu (12/2/2020).
Jadi terjawab sudah, kayu-kayu itu akan dibuat furnitur yang pasti nilainya tinggi sekali. Di mana toko furnitur atau perusahaan mebel menggarap kayu-kayu dari Monas tersebut juga menyisakan pertanyaan.
Konyolnya, Heru pun tak mengetahui nantinya furnitur itu akan dijual atau langsung dipakai Pemprov DKI. Pemanfaatannya nanti menjadi kewenangan pemilik aset.
Lagi-lagi ada pihak yang pastinya mengambil untung masif dan Pemprov tak mau transparan. Memang Anies menganut sistem yang main rahasia dan senyap untuk urusan duit. Bisa jadi dinikmati pihak yang ikut menebang sebagai kompensasi atau ada oknum di dinas yang ikut bermain.
“Kalau ketentuan itu kami enggak mengerti, karena itu kembali kepada pemilik asetnya kan. Kami kan sebagai pelaksana di sini, kan intinya bahwa barang itu dititipkan, disimpan,” tutur Heru.
Jadi tetap saja pihak jajaran pejabat DKI itu tutup mulut soal keberadaan pohon yang katanya dikarantina ibarat pasien yang mengidap penyakit gawat darurat. Nasib pohon itu sudah diputuskan jadi furnitur tapi lagi-lagi misteri keberadaannya bak film horor.
Nasib 191 pohon yang ditebang karena proyek revitalisasi sisi selatan Monumen Nasional (Monas) itu sempat mengambang, menjadi tanda tanya yang tak terjawab oleh Gubernur Maha Benar sekalipun.
Persoalannya karena pembalakan liar dan brutal berdalih revitalisasi itu memang tak sesuai prosedur. Kontraktor yang dipercayakan Pemprov aka Anies juga tak bertanggung jawab hingga kini.
Ketika ditanya soal itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan malah enggan membeberkannya. Dia melempar ke Kadis yang juga tak bisa menjawab secara persis di mana lokasi atau tempat penyimpanan kayu yang sebanrnya sangat mahal itu.
Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullah ujungnya angkat bicara. Beliau memastikan bahwa pohon Mahoni yang ditebang tidak dijual. Ia menyatakan pohon-pohon yang ditebang sudah tidak memiliki nilai.
"Enggak (dijual). Saya yakin enggak ada nilainya juga," tegas dia.
Bodohnya Saefullah makin terlihat karena dia ingin melindungi junjungannya serta mengamankan posisinya. Maka segala pernyataan asbun pun keluar untuk menutupi kecerobohan Pemprov yang tak becus itu.
Upaya lepas tangan ala Pemprov sudah terbaca. Publik juga paham bahwa pohon Mahoni yang ditebang itu punya nilai ekonomis tinggi. Maka ketika pejabat pemrpov tersudut akhirnya keluar pernyataan bodoh dan memalukan.
Kayu Mahoni adalah kayu yang langka dan berharga mahal. Di Jakarta bahkan sulit dicari. Beberapa toko menyebut harga jualnya bisa mencapai Rp2.500.000 per meter kubik, tergantung dari ukuran kayu. Penelusuran di berbagai situs, harga jual kayu Mahoni juga mencapai Rp 3.500.000 per meter kubiknya.
Apalagi kalau sudah dijadikan mebel atau furnitur maka nilainya makin berlipat.
Berharap kejelasan status furniturnya digarap di mana atau dimanfaatkan di mana sama saja berharap tikus bisa belajar ngomong kayak Gubernur.
- Source : seword.com