Lintasan Disoal, Formula E Terancam Batal?
Formula E yang rencananya akan digelar tanggal 6 Juni 2020 ternyata bermasalah. Penyebabnya karena keputusan Komisi Pengarah kawasan Monas yang memutuskan lomba balap mobil listrik itu tak diizinkan digelar di dalam area Monas.
"Diizinkan tapi di luar kawasan Monas," kata Sekretaris Kemensetneg Setya Utama di Kantor Kemensetneg, Kompleks Istana Kepresidenan,Rabu 5 Februari 2020.
Padahal seperti yang diketahui, desain lintasan Formula E yang sudah disetujui oleh Federasi Formula E adalah melewati Jalan Medan Merdeka Selatan atau di depan Balai Kota, kemudian Patung Kuda, lalu masuk Kawasan Monas, keluar Monas dari pintu keluar sisi Gambir kemudian masuk ke Jalan Medan Merdeka Selatan.
Nah jalur dari Patung Kuda masuk ke Kawasan Monas kemudian keluar dari Monas inilah yang dipermasalahkan, karena mempertimbangkan beberapa hal. Salah satunya terkait wilayah Monas yang merupakan salah satu cagar budaya di DKI Jakarta.
"Banyak pertimbangan, di sana ada cagar budaya, ada pengaspalan dan lain-lain," ujar Setya.
Dengan dilarangnya lintasan Formula E memasuki kawasan Monas, mau tidak mau pemprov DKI harus mencari jalur alternatif lainnya tanpa harus memasuki kawasan Monas.
Rencana balapan Formula E sendiri sejak awal dimunculkan, telah mengundang kontroversi.
Berkaca dari sejumlah negara yang pernah melaksanakan balapan ini. Balapan Formula E, ternyata lebih banyak buntungnya daripada untungnya.
Salah satunya yang paling sering diberitakan adalah pengalaman pahit penyelenggaraan Formula E di Montreal, Kanada.
Setelah pada musim 2016-2017, pemerintah kota setempat menghelat dua balap FE beruntun. Alih-alih ketagihan, Montreal malah kapok dan berupaya mundur sebagai tuan rumah FE yang disampaikan langsung oleh mayor Montreal, Valerie Plante.
Penyebabnya menurut laporan CBC, karena estimasi kerugian yang dialami Montreal sampai menyentuh 50 juta dolar AS.
Selain Montreal, nasib kurang beruntung juga dialami Hong Kong, yang hingga saat ini juga tercatat belum balik modal meski sudah tiga musim beruntun menjadi tuan rumah Formula E.
Sementara di Jakarta sendiri, penyelenggaraan Formula E juga mengundang sejumlah pertanyaan.
Mulai dari ngototnya Anies menyelenggarakan Formula E dengan anggaran ratusan miliar hingga triliunan rupiah itu, menggunakan APBD DKI Jakarta yang notabene merupakan uang warga. Padahal potensi pendapatannya hanya Rp 50 miliar dari tiket, hospitality dan sponsor.
Anggaran fantastis tersebut dinilai lebih dari cukup untuk membangun sebuah sirkuit international permanen dengan grade 2 yang bisa untuk menggelar F1 atau MotoGP.
Kemudian upaya menebang 190 pohon di Monas yang dilakukan secara serampangan. Selain tanpa izin Komisi Pengarah Monas, nasib pohon yang ditebang pun tidak diketahui hingga saat ini. Padahal pohon-pohon Mahoni yang ditebang dianggap memiliki nilai jual jutaan rupiah permeternya. Pohon tersebut kemudian diganti dengan pohon Pule.
Soal Revitalisasi Monas ini juga sekaligus membantah pernyataan dari pemprov DKI yang awalnya menyebut Revitalisasi tidak berkaitan dengan balapan Formula E.
Keanehan lain juga dipertanyakan oleh Sukarman Mustamin yang merupakan jurnalis senior peliput motorsport.
"Di satu sisi Jakpro pihak yang ditunjuk Gubernur DKI sebagai penyelenggara Formula E mengajukan penyertaan modal sebesar Rp 305 miliar untuk menggelar event tersebut, tapi ada swasta yang tiba-tiba membeli saham 0,2 % Formula E Operation," ujar Sukarman.
Swasta yang dimaksud adalah PT Elang Cakra Arena. Perusahaan tersebut berkantor di gedung SCTV Senayan City, masuk dalam Emtek Group dengan notaris atas nama Chandra Lim.
Makanya, Sukarman melihat ada potensi bermasalah. "Saya nggak su'uzon, kalau misalnya ada oknum Pemda yang diam-diam ternyata pemilik sahamnya. Karena kalau untung secara personal, tapi Jakpro tetap aja merugi," ungkapnya.
"Setan mana yang mendorong orang ini berani tanam saham di FE Operation yang saya perkirakan sekitar Rp 30 an miliar, dan uang dari mana? Sementara dari namanya saja asing di telinga kalangan balap," lanjutnya.
Di atas berbagai permasalahan itu, agar tidak sampai batal, tentu saja kini pemprov DKI Jakarta harus membuat ulang gambar rute yang dilalui motor balap Formula E ini.
Belum lagi bila pun kemudian disetujui. Proses persiapan dan pengaspalan rute sepanjang lebih kurang 3km itu harus diselesaikan dalam waktu 2-3 bulan. Padahal musim penghujan diperkirakan akan berlanjut hingga bulan Mei 2020.
Referensi:
- Source : seword.com