Anies Hentikan Revitalisasi Monas, Jangan Sampai Monas Jadi Monumen Mangkrak
Polemik revitalisasi Monas memasuki babak baru, bukan semakin mereda tapi berpotensi menimbulkan polemik lain yang kian melebar. Ketua DPRD DKI Jakarta sebelumnya kecewa dengan langkah revitalisasi Monas yang dilakukan Pemprov DKI. Detil revitalisasi ternyata tidak sesuai yang dibyangkan.
Edi Marsudi bahkan mengancam akan melaporkan Anies ke Polisi bila masih nekat melanjutkan revitalisasi Monas tanpa rekomendasi dari Sekretariat Negara. Pimpinan DPRD DKI Jakarta bersama pihak Pemprov DKI telah menggelar rapat bersama untuk membahas Revitalisasi Monas.Usai rapat mereka melakukan tinjauan bersama. Disepakati mulai Rabu kemarin proyek revitalisasi akan diberhentikan sementara.
“Kalau (peraturan) ini terus ditabrak, kami akan jalankan langkah ke depan, mungkin kami bisa melaporkan sesuatu kepada pihak kepolisian atau KPK," katanya. Selain tidak mendapatkan izin dari Setneg, Anies juga dianggap menabrak Keppres 25/1995 tentang pembangunan kawasan Medan Merdeka. Soal tabrak menabrak aturan, Anies sudah berulang kali melakukannya. Menabrak, tanpa merasa bersalah, merasa paling benar dan keras kepala.
Ketidakjelasan akan kelanjutan proyek ini membuat beberapa pekerja proyek revitalisasi sudah mulai meninggalkam kawasan ini karena Anies membuat keputusan memberhentikan proyek ini. Menurut pantauan media, salah satu pekerja proyek ini saat ditemui di lapangan sudah bersiap-siap meninggalkan kawasan Monas. Dia memilih pulang lantaran kelanjutan pengerjaan proyek ini masih belum jelas.
Sejak diberhentikan, dia dan beberapa rekannya juga sudah mulai pulang. Bila tak ada kejelasan mengenai kelanjutan proyek ini lanjut Yono semua pekerja kemungkinan bakal pulang dalam waktu beberapa hari ini.
Sebenarnya ini sangat mengkhawatirkan, karena (semoga tidak sampai terjadi) dengan dihentikannya revitalisasi, proyek berhenti di tengah jalan, belum selesai, dan menimbulkan pemandangan yang tidak enak dilihat. Bayangkan, Monas yang merupakan ikon ibu kota dan juga dekat dengan istana negara malah amburadul akibat proyek yang tidak jelas.
Dan yang paling ditakutkan adalah proyek ini akan berlarut hingga jadi mangkrak dan tidak terurus. Bukan lagi Monas namanya, tapi Mokrak (Monumen Mangkrak). Betapa memalukannya kalau sampai ini terjadi. Monas yang dulunya sudah cantik, gara-gara ambisi revitalisasi dari gubernur tak becus, yang menabrak aturan serta tidak meminta izin Setneg berubah jadi gersang, gundul dan kini dihentikan sementara.
Akar masalahnya cuma satu. Bandelnya Anies dalam bertindak. Dia ini berulang kali menabrak aturan, mungkin karena dia jadi besar kepala dan angkuh disebut sebagai gubernur rasa presiden, sehingga tidak butuh izin dari siapa pun untuk mengutak-atik ibu kota.
Baru kali ini dia tidak berkutik soal revitalisasi Monas, karena diancam akan dipolisikan oleh Ketua DPRD DKI Jakarta. Tidak biasanya Anies mengalah dan menyerah dalam menjaga citra baiknya. Sebelum-sebelumnya, tidak ada siapa pun yang bisa membatalkan niat dan rencananya.
Kesimpulan yang bisa diambil dari isu ini adalah, Anies merasa terjepit, dan memang Anies sudah salah langkah sedari awal. Hanya saja dia terlalu berani melangkah terlalu jauh, merasa dia pernah lolos dan baik-baik saja saat menabrak aturan berdasarkan pengalamannya. Dan kali ini dia salah kaprah, bikin blunder terburuk sepanjang sejarah karir politiknya.
Kalau dulu dia baik-baik saja, kali ini Anies gentar dan terpaksa menghentikan proyek ini. Why? Mungkin karena dia mencium aroma bahaya yang akan mengintainya kelak. Kalau dia tidak merasa salah total, dia akan tetap ngotot mempertahankan idenya sambil merangkai kata-kata untuk membuai masyarakat.
Berkat kekeraskepalaan dan keangkuhan Anies, bisa dikatakan secara politik, dia sudah tamat. Ibarat luka parah, disiram air perasan jeruk nipis, plus ditaburi garam pula. Bukan salah siapa pun melainkan dirinya sendiri. Salah Anies sendiri siapa suruh berani melangkah dengan gagah berani sambil menabrak tembok aturan yang berdiri kokoh.
Selain itu, entah sudah berapa banyak pihak yang berseberangan dengan Anies gara-gara jalur berbahaya (kebijakan konyol) yang diambilnya. Pihak yang kesal dan merasa dirugikan, cepat atau lambat pasti akan habis kesabaran dan melawan balik.
Anies, kali ini dia kena batunya. Bukan masalah kalau Anies kena batunya, karena memang sudah sepantasnya dia menerima akibat dari perbuatannya sendiri. Yang rugi adalah warga ibu kota yang dipimpin oleh gubernur hasil pilihan gerombolan tak waras dengan memanfaatkan agama.
Bagaimana menurut Anda?
- Source : seword.com