Surabaya Banjir, Surabaya Santuy
Hujan yang turun sejak jam 15.00 tadi sore di Surabaya, sukses membuat beberapa daerah dan jalan protokol di Surabaya terendam oleh banjir.
Ketinggian nya pun bervariasi, mulai dari 10 cm hingga hampir mencapai 1 meter. Di media sosial WhatsApp banyak beredar foto dan video mengenai banjir hari ini.
Ada juga video yang menunjukkan sebuah mobil yang nekat melaju menerjang banjir. Bukan hal yang baru, arek Suroboyo pancen podo bondo nekat kabeh (orang Surabaya memang modal nekad semua).
Beberapa teman saya juga menceritakan pengalaman yang berbeda ketika harus melalui daerah yang tergenang banjir dalam perjalanan pulang dari tempat mereka bekerja menuju rumah masing-masing.
Ada yang harus menuntun sepeda motornya sejauh hampir dua kilometer dengan ketinggian banjir di atas lutut orang dewasa. Bukan banjirnya yang bikin khawatir, tapi teman perempuan saya takut banjir akan kena (maaf) celana dalamnya.
Ada juga kejadian anak buaya yang dikabarkan sempat lepas dari Kebun Binatang Surabaya (KBS), karena memang daerah sekitar KBS sempat juga terendam oleh banjir.
Sudah jadi kebiasaan warga Surabaya, jika ada kejadian banjir seperti ini, yang diandalkan salah satunya adalah Radio Suara Surabaya. Radio ini memang berfokus pada citizen jurnalism, terutama tentang kondisi lalu lintas dan kejadian-kejadian khusus seperti banjir.
Saling melaporkan keadaan daerah yang dilewati, agar menjadi petunjuk bagi yang lain. Semuanya tenang ,santuy dan tidak panik.
Tak perlu pakai TOA keliling RT dan RW untuk memperingatkan warga soal bahaya banjir. Tak juga khawatir karena paham bahwa banjir akan cepat surut. Benar saja, dalam tempo sekitar 3 jam, banjir sudah mulai surut dan kehidupan kota Pahlawan berangsur normal kembali.
Warga Surabaya tak perlu menanyakan, dimana dan sedang apa pemimpin Surabaya. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pasti akan berada di lapangan, memantau keadaan kota yang dipimpinnya.
Risma keliling ke daerah dimana banjir terjadi. Bersama dengan seluruh jajaran Pemkot Surabaya. Semuanya saling bekerja sama di bawah komando Risma.
Tapi ya kadang-kadang ada susulan yang kurang mengenakkan. Seperti sekarang, artikel ini saya tulis dalam keadaan gelap gulita karena listrik yang padam. Biasanya sih disebabkan trafo yang terganggu, apalagi setelah hujan deras seperti yang terjadi sore tadi. Biasanya dalam 2 atau 3 jam akan menyala kembali.
Surabaya pun mempunyai command center 112 yang siaga 24 jam penuh, untuk membantu warga Surabaya bila ada permasalahan terkait banjir ataupun hal lainnya.
Saya tadi sempat merenung. Kok kejadian ini terjadi pas setelah aksi saling demo di Jakarta. Antara kelompok yang pro dan kontra dengan keberadaan Gubernur Jakarta.
Situasi juga katanya sempat memanas. Saling ejek, bahkan hampir bentrok fisik.
Kelompok yang pro, sudah siap sedia mengorbankan nyawa demi menjaga dan mengawal junjungan mereka. Ada juga anggota DPR-RI dan DPD-RI pun ikut serta membela. Mungkin takut ga kebagian kucuran dana dari Beliau jika tidak dibela.
Padahal kalau dipikir dengan logika orang waras, Gubernur Jakarta sendiri tak pernah meminta untuk dijaga dan dikawal. Mungkin pendukungnya sedang gladi resik, siapa tahu kelak akan direkrut menjadi Paspampres ketika yang dibela terwujud impiannya menjadi RI-1.
Jadi teringat dengan kelompok yang ngakunya pembela agama Islam. Padahal banyak pemuka agama Islam yang sudah mengatakan, bahwa Islam itu tak perlu dibela. Tuhan Allah itu Maha Kuasa, dan tak perlu dibela oleh umatNya. Apalagi dengan cara kekerasan dan arogansi terhadap orang lain yang berbeda keyakinan.
Sedikit banyak banjir Surabaya akan menjadi bahan pembakar semangat kelompok ini. Banjir Surabaya sore tadi juga akan dijadikan bahan untuk menjegal Risma yang sudah menyatakan siap bila ditunjuk oleh PDIP untuk maju dalam Pilkada Jakarta berikutnya.
Tak perlu tunggu lama, di Twitter langsung bermunculan cuitan yang menyindir dan mengejek Risma. Karena orang seperti Risma tak bakal diterima sebagai pemimpin oleh mereka yang ngakunya mengendepankan akhlak agama. Haram, kafir, antek komunis ataupun antek aseng asing asong, adalah jurus ampuh mereka.
Surabaya memang beda dengan Jakarta. Pemimpin yang kebanyakan bacot, tak akan punya kesempatan memimpin di sini. Model macam Ahmad Dhani pun harus berpikir dua kali kalau mau mencoba mencalonkan diri sebagai pemimpin arek Suroboyo.
Artikel pendukung opini :
- Source : seword.com