Pesan Telak Mahfud MD: Jangan Bela Tuhan Tapi Marah, Tuhan Saja Tak Pernah Marah
Menko Polhukam menghadiri acara perayaan Natal Kebangsaan Korps Brimob di Mako Brimob kemarin.
"Mari pesan Natal malam hari ini hayati bahwa saling mengasihi sebagai sesama manusia itu adalah pesan semua agama. Membela Tuhan kok marah-marah, Tuhan sendiri tidak pernah marah," kata Mahfud.
Mahfud bercerita mengenai film 'PK' dari India. Menurut Mahfud, ada pesan baik yang terselip dalam film tersebut.
"Saya pernah nonton film India, judulnya 'PK'. Diceritakan di situ begini, seorang tokoh agama mengatakan 'mari kita jalankan perintah agama, agama itu diturunkan Tuhan Maha Kuasa, membuat merawat alam semesta ini sekecil apa pun. Masalah manusia di muka bumi ini diketahui oleh Tuhan, sebesar apa pun masalah di muka bumi ini bisa diselesaikan oleh kekuasaan Tuhan'. Itu bagus filosofinya. Tapi sesudah itu 'mari bela agama kita, kita habisi orang yang melawan agama kita'. Nah, sehingga diketawain. Oleh sebab itu, tidak boleh kita mengatakan membela Tuhan tapi kita marah-marah pada orang lain," kata dia.
Saya juga pernah menonton film PK ini yang dibintangi Aamir Khan. Sebelumnya saya tak ada niat menonton film ini, akan tetapi teman saya ngotot mengajak saya nonton di bioskop karena dia tak ada teman. Alhasil, saya ikut nonton, tanpa tahu itu film apa, jalan ceritanya gimana, apakah bagus atau tidak, bintang filmnya juga tak saya kenal waktu itu. Datang dan menonton tanpa ekspekstasi apa-apa.
Dan, saya sungguh bersyukur bisa menonton film ini karena sangat cerdas dan mind blowing. Jarang-jarang saya merasa sangat happy selama menonton film. Jarang-jarang saya menonton film Bollywood tapi film ini salah satu yang paling memorable bagi saya. Feeling 'happy' karena menonton film ini sungguh luar biasa.
Betul yang dikatakan Pak Mahfud MD, di bagian akhir film, pemeran utamanya sempat mengatakan itu. Kita hanya butiran pasir di alam semesta ini. Tuhan menciptakan kita, Tuhan tidak perlu kita bela karena Tuhan berkuasa atas alam semesta ini. Kurang lebih begitu, mohon maaf kalau ada yang salah karena sudah lama.
Mahfud MD juga memberikan fakta mengenai Indonesia yang beragam.
"Agama, suku, berapa suku di sini? Tadi di sini (pertunjukan dalam acara perayaan Natal) banyak orang mewakili suku-suku Indonesia. Itu belum seberapa berdasarkan sensus 2010, jumlah suku kita ada 1.360 suku. Dengan minimal 6 agama ditambah ratusan keyakinan lokal, bersatu berhasil mendirikan Indonesia. Coba kalau tidak, 1.360 merasa ego masing-masing," kata Mahfud.
"Indonesia didirikan banyak tokoh tokoh di Jawa, tapi bahasanya Melayu. Dari 1.360 suku dan 726 bahasa daerah, termasuk bahasa suku itu bersatu di Indonesia. Karena kita sadar untuk berlaku sebagai saudara dan sahabat," kata dia lagi.
"Pulaunya juga. Yang resmi didaftarin ke PBB 17.504 pulau, 1.400 belum ada namanya. Kita menjadi kita seperti sekarang ini, karena Indonesia itu merdeka. Merdeka karena bersatu," katanya lagi.
Pesan ini, kalau menurut saya, sepertinya ditujukan kepada para gerombolan yang katanya pembela agama, tapi sebenarnya punya tujuan politis. Sudah tahu, kan, siapa gerombolan itu? Gerombolan yang merasa sudah paling suci. Siapa pun yang berbeda pendapat atau berseberangan dengan mereka, akan dianggap sebagai musuh. Bela agama, tapi mulutnya mengeluarkan kata-kata yang terdengar sangat mengerikan. Bunuh, bakar, hukum mati, habisi.
Mereka ini gampang mengkafir-kafirkan orang lain seenak jidat, seolah ini mereka pemegang tunggal kunci menuju surga. Mungkinkah mereka ini distributor tunggal kavling surga? Mereka seolah yang paling kredibel dalam menentukan calon presiden terbaik untuk negara ini.
Gerombolan inilah yang sebenarnya telah mengoyak indahnya perbedaan budaya, agama dan suku di negara ini. Perbedaan itu tidak bagus, sehingga mereka memaksakan ideologi itu dengan cara kasar atau halus. Kadang intimidasi dan intoleransi dilakukan karena kegilaan pola pikir ini.
Kalau dengan cara halus, biasanya dengan mencampurkannya ke dalam politik. Berkuasa dan kemudian berusaha menjalankan rencana mereka. Dulu, sebelum gerombolan model ini bertumbuh subur, Indonesia sangat damai, indah dalam perbedaan. Sekarang, mulai retak dan dipanas-panasi oleh banyak pihak sehingga memanaskan situasi.
- Source : seword.com