Buat Pembenci Ahok. Tiap Liter Bensin Yang Kau Beli, Sedang Kau Bayarkan Untuk Gaji Ahok
Pada hari Senin, 25 November 2019, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok resmi menerima Surat Keputusan (SK) pengangkatan dirinya menjadi Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) dari Kementerian BUMN. Erick Thohir selaku Menteri BUMN mengemukakan alasannya jika dia butuh orang bertipe pendobrak seperti Ahok untuk membenahi Pertamina.
Sudah bisa ditebak pro kontra langsung terjadi. Kehebohan tak dapat dibendung lagi. Beberapa waktu lamanya, pemberitaan baik di televisi, media cetak maupun media online langsung didominasi oleh keberadaan Ahok di Pertamina. Sejak dulu Ahok memang fenomenal dengan segala pro kontra yang ada.
Para pembenci Ahok langsung pada nongol. Mulai dari orang-orang yang tampaknya terpelajar, sampai orang-orang yang sok terpelajar saling berlomba mempertontonkan isi hati dan pikiran mereka yang sudah bertahun-tahun digerogoti oleh yang namanya kebencian dan dendam kesumat pada Ahok.
Lucu-lucu komentarnya.
Jadinya memang benar apa kata sebuah peribahasa “Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak” yang memiliki arti kehidupan di depan kita adalah rahasia Allah. Ahok yang sekian tahun rela dijadikan sebagai pesakitan dan bulan-bulanan oleh kaum pembenci ini akhirnya dimuliakan di jajaran petinggi Pertamina.
Tak mudah memang menjalani hidup yang berliku bahkan berduri seperti yang sudah dialami Ahok. Mulai dari ketulusan pengabdiannya pada negara yang justru ditolak oleh sebagian saudara setanah airnya sendiri, menerima dengan ikhlas vonis masuk penjara demi menjaga keutuhan bangsa, sampai kehancuran dalam rumah tangganya yang berujung pada perceraian.
Yang membuat saya berdecak kagum dan tak habis pikir sampai sekarang adalah kecintaan Ahok pada NKRI tak luntur dan tak pudar sedikitpun, sekalipun “negara” ini sudah memenjarakannya untuk kesalahan yang tak pernah diperbuatnya.
Jika orang lain yang mengalami mungkin sudah jadi apatis bahkan hengkang ke luar negeri. Persetan dengan bangsa yang sebagian warganya mabok agama, intoleran, rasis dan suka menangnya sendiri ini.
Tapi dengan berjiwa besar Ahok justru berkata:
“Kalau untuk bangsa dan negara, saya pasti bersedia. Apa saja boleh, yang penting bisa bantu negara.”
Tak ada kebencian, dendam dan sakit hati dari Ahok. Yang ada hanyalah keikhlasan tanpa kenal lelah untuk mengabdi dan mencintai Ibu Pertiwi sampai akhir hayat.
Keadaan yang sangat kontras justru ditunjukkan oleh kaum pembenci. Rasa dendam dan sakit hati terbaca jelas dari setiap tutur kata dan perbuatan mereka. Tragisnya mereka melakukan itu semua sambil bawa-bawa Tuhan dan agama. Padahal Tuhan itu kasih dan agama adalah kebaikan.
Ya mau bagaimana lagi. Kelakuan kaum mabok agama, intoleran, rasis, radikal dan teroris kan memang begitu. Jika tak memakai Tuhan dan agama sebagai bahan jualan ya ngga bakalan laku di negara religius seperti Indonesia ini. Tinggal pintar-pintarnya kita saja mau tertipu atau tidak.
Sebab pada akhirnya semua akan terbukti dengan sendirinya, seperti yang dikatakan sebuah pepatah Jawa. “Becik ketitik ala ketara” yang berarti: yang baik akan terlihat dan yang buruk akan tampak. Jargon bela Tuhan dan agama ternyata cuma kedok semata untuk menjatuhkan Ahok secepat mungkin.
Ahokpun woles saja. Dengan prinsip jika tangan Tuhan yang membuka pintu, maka tak ada satupun kekuatan manusia yang bisa menutupnya. Jika tangan Tuhan yang mengangkat kita, maka tak ada satupun kekuatan manusia yang dapat merendahkan kita. Semua akan indah pada waktunya.
Atas dasar itulah dengan tegar diiringi suara yang bergetar menahan segala gejolak dalam dirinya Ahok berkata:
“Percayalah, sebagai penutup, kalau Anda menzalimi saya, yang Anda lawan adalah Tuhan yang Mahakuasa, Maha Esa. Saya akan buktikan satu per satu dipermalukan. Terima kasih."
Dan sejak Ahok resmi diangkat sebagai Komisaris Utama Pertamina, para pembenci Ahok semakin dipermalukan lagi sekarang. Bagaimana tak malu. Setiap para pembenci Ahok ini sedang membeli bensin Pertamina, setiap kali itu jugalah wajah Ahok akan tampak di depan mata. Kecuali jika mereka mau beralih jalan kaki atau naik onta.
Sebab dalam setiap rupiah yang kaum pembenci ini bayarkan untuk tiap liter bensin Pertamina yang mereka beli, saat itulah para pembenci Ahok ini sedang patungan membayar gaji Ahok yang katanya miliaran rupiah.
Sebagai penutup saya juga akan tuliskan sebuah kalimat bijak dari Imam Ali bin Abi Thalib. "Balas dendam terbaik adalah menjadikan dirimu lebih baik." Selamat bertugas Pak Ahok. Jadilah yang terbaik di Pertamina. Dengan cara inilah pengabdianmu pada Ibu Pertiwi akan jadi “balas dendam” terbaik pada semua pembencimu.
- Source : seword.com