Pompeo: Jika Diperlukan, Trump Nyatakan Siap Hadapi Gempuran Militer Turki
Sekretaris Negara AS berjanji akan mengenakan tindakan ekonomi dan politik sebelum melancarkan konfrontasi militer.
Hari Senin, Menteri Sekretaris Negara AS Mike Pompeo mengatakan, Presiden AS Donald Trump siap mengambil jalan militer untuk menghadapi Turki jika memang diperlukan.
“Kami lebih suka perdamaian ketimbang perang,” ujar sang mensesneg Mike Pompeo pada CNBC hari Senin. “Namun seandainya langkah militer diperlukan, Anda harus tahu bahwa Presiden Trump telah siap mengambil langkah tersebut.”
Kendati demikian, Pompeo menolak memberitahukan indikator apa yang dapat memicu AS mengambil langkah militer untuk menghadapi Turki. Ia mengatakan dirinya tidak ingin melangkahi presiden soal penggunaan kekuatan militer AS.
Lebih lanjut Pompeo mengatakan, Amerika akan lebih dulu mengambil tindakan ekonomi dan diplomatik sebelum mengambil jalur militer.
Seperti yang telah diketahui, pada tanggal 6 Oktober lalu Trump mengumumkan keputusannya menarik pasukan AS dari Suriah.
Selang beberapa hari setelahnya, pada tanggal 9 Oktober, Turki mengumumkan “Operation Peace Spring” yang bertujuan untuk menyingkirkan pasukan Kurdi dan teroris ISIS dari wilayah perbatasan Turki seluas 30 kilometer atau yang selanjutnya disebut dengan zona aman.
Turki sendiri memandang pasukan Kurdi yang ada di sebelah utara Suriah berafiliasi dengan Partai Pekerja Kurdi, sebuah organisasi yang dicap teroris oleh pemerintah Turki.
Sementara itu, pada tanggal 13 Oktober, dalam sebuah sesi wawancara Sekretaris Pertahanan AS Mark Esper mengatakan keputusan penarikan pasukan AS dari Suriah disarankan pihak intelijen negara yang mengatakan pasukan Kurdi tengah berupaya mencapai kesepakatan dengan pemerintah Suriah agar mau membantu melawan gempuran pasukan Turki.
“Kami merasa pasukan Amerika terjebak di antara dua pasukan militer (Kurdi dan pasukan pemerintah Suriah), dan situasi semacam ini tidak bisa dipertahankan,” ujar Esper pada CBS.
Sejauh ini, AS terus mengecam operasi militer Turki dan telah menjatuhkan serangkaian sanksi pada beberapa menteri Turki, yakni menteri pertahanan, energi dan dalam negeri serta departemen pertahanan dan energi Turki.
Kendati demikian, pada tanggal 17 Oktober, Amerika Serikat dan Turki sepakat menggelar aksi gencatan senjata selama lima hari untuk memberikan pasukan kurdi kesempatan keluar dari wilayah utara Suriah yang saat ini diduduki Turki. Sayangnya, baik Turki dan pasukan Kurdi saling tuduh masing-masing pihak melanggar kesepakatan gencatan senjatanya.
- Source : sputniknews.com