Perang Dagang Membuat Penjualan iPhone Di China Jeblok. Karyawan Pabrik Kembali Menjadi Korban
Di awal tahun 2019, penurunan signifikan terjadi pada penjualan iPhone di China. Akibatnya, gaji karyawan pun ikut menurun. Belum lagi, pemecatan kerja dan pengunduran diri karyawan iPhone yang terus terjadi di negara ini.
“Meskipun kami telah mengantisipasi sejumlah tantangan yang muncul di pasar, kami tidak memprediksikan perlambatan ekonomi yang cukup besar, khususnya di China, CEO Apple Tim Cook mengatakan bulan lalu.
“Kami yakin kondisi ekonomi di China ikut terkena imbas perang dagang dengan Amerika Serikat,” ujar Cook seperti yang dikutip kantor berita South China Morning Post (SCMP).
Di awal tahun 2019 saja, pendapatan dari penjualan iPhone di wilayah China, Hong Kong, Macau dan Taiwan menurun hingga 26,7 persen.
Merosotnya penjualan iPhone yang dimulai sejak pertengahan tahun lalu turut mempengaruhi kondisi para pekerja di Foxconn, pabrik perakitan iPhone terbesar di dunia yang berada di Zhengzhou, ibukota provinsi Henan, China.
Pada kantor berita SCMP, para pekerja mengaku bahwa pada akhir tahun 2018 lalu secara tiba-tiba gaji mereka dipotong pihak perusahaan.
Seorang pekerja Foxconn lainnya yang enggan disebutkan namanya, mengatakan pada SCMP bahwa pada bulan Oktober lalu terjadi pemotongan gaji pekerja dari yang tadinya sekitar 4.000 yuan (USD 598) menjadi 3.000 yuan (USD 447) pada bulan November 2018.
“Pada bulan September lalu, supervisor kami sempat mengatakan bahwa Apple memerintahkan perakitan iPhone 8 plus sebanyak 3 juta unit. Kami disuruh menyelesaikannya hanya dalam waktu 20 hari lantaran kami bekerja 18 jam sehari yang dibagi menjadi 2 shift, termasuk pada akhir pekan. Sayangnya, produksi ini tidak berlangsung lama,” ujarnya seperti yang dikutip SCMP.
Menurut Bloomberg, Foxconn akan kembali melakukan pemotongan biaya produksi lanjutan sebesar 20 miliar yuan atau sekitar USD 3 miliar pada tahun 2019.
Untuk diketahui, di pasaran smartphone China, iPhone tengah mengalami penurunan penjualan besar-besaran lantaran smartphone buatan lokal seperti Huawei dan Xiaomi menjual produk serupa dengan harga yang jauh lebih murah.
Dilansir dari New York Times, di akhir tahun 2018, penjualan smartphone Huawei dikabarkan meningkat sebanyak 33 persen dibandingkan dengan penjualan di tahun sebelumnya.
Belum lagi, perang dagang yang melanda China-AS juga ikut mempengaruhi penjualan iPhone di China.
Seperti yang telah diketahui, AS dan China terlibat perang dagang semenjak Presiden AS Donald Trump pada bulan Juni tahun lalu mengumumkan pengenaan tarif 25 persen terhadap barang impor China senilai USD 50 miliar untuk mengurangi defisit perdagangan AS-China.
Sejak saat itu, kedua raksasa ekonomi dunia ini saling mengenakan tarif, berlomba-lomba memungut uang bea masuk senilai ratusan miliar dolar.
“iPhone sangat dikenal masyarakat dan produknya selalu laku keras. Jika masyarakat mulai berhenti membeli produknya, itu tanda bahwa perusahaan ini akan mengalami masa-masa sulit,” ujar Zandi, ketua ekonom di Moody’s Analytics.
“Jika masyarakat berhenti membeli iPhone, mereka kemungkinan tidak akan membeli produk lainnya,” tambah Zandi.
“iPhone merupakan tolak ukur seberapa dalam masalah ekonomi yang dialami China dan lagi-lagi kita dapat menghubungkan masalah ini dengan perang dagang yang terjadi antara China-AS.”
- Source : sputniknews.com