Konflik Dengan AS Kian Panas, China Pamerkan Rudal Pembunuh Terbarunya
China baru-baru ini memamerkan rudal balistik terbarunya yang diklaim mampu menghancurkan wilayah AS, Guam, ataupun kapal perangnya yang ada di lautan.
Dilansir dari kantor berita South China Morning Post, pada hari Minggu lalu stasiun televisi pemerintah China akhirnya merilis rekaman yang memperlihatkan aksi rudal balistik terbaru China, Dongfeng-26.
rudal balistik ini sebenarnya sudah pernah dipamerkan dalam parade militer yang digelar di Beijing pada tahun 2015 lalu dan sudah digunakan secara resmi oleh militer China sejak April 2018. Namun, baru kali ini kemampuan rudal balistik ini bisa disaksikan oleh masyarakat China.
#ChinaDefense Close-up details of the Chinese anti-ship ballistic missile DF-26 show the missile can greatly adjust its position mid-flight to accurately attack a moving aircraft carrier, experts said Sunday. @CNN https://t.co/aoQi5tGvXx pic.twitter.com/IoevU50iJ5
— Global Times (@globaltimesnews) January 27, 2019
Dengan jarak jangkauan mencapai 3.000 km hingga 5.741 km, rudal ini diklaim mampu menghantam wilayah AS Guam dan pesawat penumpang AS yang tengah melintas di wilayah Samudera Pasifik atau Laut China Selatan.
Kelebihan rudal Dongfeng-26 lainnya adalah bisa diluncurkan dari alat peluncur mobile dan dapat mengangkut hulu ledak konvensional ataupun nuklir dengan bobot 1.200 kg hingga 1.800 kg.
Meskipun Pentagon telah mengetahui keberadaan rudal ini sejak beberapa tahun belakangan ini, seorang peneliti China, Adam Ni mengatakan, “Pemerintah China sengaja merilis rekaman video aksi rudal Dongfeng-26 untuk memberitahukan AS bahwa negaranya mampu menenggelamkan kapal pengangkut AS serta menciptakan kerusakan hebat yang tidak dapat diantisipasi pasukannya.”
“Sedangkan latihan militer terbaru yang dilakukan pemerintah China merupakan sinyal lainnya kepada AS bahwa situasi antar keduanya kian memanas setelah militer AS nekat mencampuri urusan China dengan Taiwan,” Ni melanjutkan.
“Akan ada lebih banyak latihan militer yang akan kita saksikan seandainya hubungan bilateral antara AS-China kian memburuk.”
Latihan militer ini dilakukan lantaran China ingin mempertahankan dominasinya di wilayah tersebut.
Untuk berjaga-jaga, pemerintah China bahkan meningkatkan anggaran militer China dari USD 151 miliar pada tahun 2017 menjadi USD 175 miliar di tahun 2018. Bahkan, sejumlah analis mengatakan bahwa pemerintah China rela menggelontorkan dana lebih dari USD 200 miliar per tahunnya demi kepentingan militer China.
Seiring dengan jumlah anggaran militer yang semakin besar, China mulai berani melebarkan kekuatan militernya ke wilayah Laut China Selatan yang dikenal sebagai salah satu wilayah perairan yang paling disengketakan di dunia.
Tak tinggal diam, AS seakan menantang pemerintah China dengan membiarkan sejumlah kapal perangnya berlayar di wilayah kepulauan yang dikuasai China.
Sementara itu, perilisan video rekaman rudal Dongfeng-26 juga disebut-sebut sebagai tanggapan China atas langkah AS yang membiarkan dua kapalnya berlayar melewati Selat Taiwan (yang menurut kebijakan ‘One Policy’ pemerintah China masih masuk ke dalam wilayah dataran China).
- Source : www.rt.com