Vladimir Putin Rayakan Tahun Baru dengan Membunuh Orang Ukraina
Kiev - Pembuat film Yaroslav Mutenko (23) sedang mandi pada Sabtu (31/12) petang ketika dia mendengar ledakan. Kamar mandinya tiba-tiba bergetar, shower memuncratkan air panas.
Warga Kiev, ibukota Ukraina, itu lari keluar sambil mengumpat karena kulitnya serasa terbakar. Ketika melihat keluar jendela apartemen, ia menyaksikan salah satu sudut Hotel Alfavito di seberang jalan hancur. Puing dan kaca berserakan di trotoar.
Bukan petasan atau kembang api yang menyambut Tahun Baru di Ukraina, melainkan serangan rudal Rusia. Ibukota Kiev setidaknya menerima kiriman 10 rudal jelajah pada malam menjelang pergantian tahun. Setidaknya satu orang tewas dan 20 lainnya luka-luka.
"Rusia bisa menghancurkan ketenangan kami, tapi mereka tidak bisa menghancurkan semangat kami," kata Mutenko kepada Kantor Berita AFP, Minggu (1/1).
Ia tak gentar dan tetap pergi merayakan pergantian tahun dengan teman-temannya. "Mengapa saya pergi merayakan dengan teman? Karena tahun ini saya mengerti bahwa penting untuk membuat orang saling dekat," ujar Mutenko.
Sabtu malam, Rusia membombardir banyak kota di Ukraina dengan rudal. Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba lewat Twitter mengatakan Kremlin menembakkan total 31 rudal jelajah.
"Penjahat perang Putin merayakan Tahun Baru dengan membunuh orang," kata Kuleba, seperti dikutip laman independen Moscow Times.
Presiden Rusia Vladimir Vladimirovich Putin (70) dari markas besar distrik militer di Rusia selatan berpidato bahwa serangan Tahun Baru merupakan pesan moral tentang kebenaran sejarah.
"Hari ini kami berjuang untuk melindungi rakyat kami di wilayah sejarah kami sendiri, di entitas konstituen baru Federasi Rusia," katanya, persis ketika jarum jam menunjukkan pergantian tahun.
'Konstituen baru' yang disebut Putin itu adalah empat wilayah Ukraina yang mereka caplok dalam 11 bulan invasi. Empat wilayah tersebut yakni Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia. Ia menyatakan keempat wilayah tersebut 'seharusnya milik Rusia'.
Orang paling berkuasa Rusia dalam dua dekade itu seolah mengingkari Memorandum Budapest 1993. Memo tersebut memuat kesepakatan bahwa Rusia menghormati kemerdekaan dan kedaulatan penandatangan Memorandum Budapest dan tidak akan mengancam negara tetangga.
Tapi bukan Putin jika tak punya kilah. Lewat pidato Tahun Baru tersebut, ia mengatakan hanya ingin mengembalikan hegemoni Uni Soviet --negeri yang sudah dihapus dalam peta dunia, menyisakan Rusia.
"Kesalahan ada di pihak Barat, merekalah yang 'memprovokasi' Moskow," ia menegaskan. Ia menuduh pecahnya Soviet sebagai ulah Barat.
Pidato Putin disiarkan langsung seluruh jaringan televisi pemerintah. Warga 'wajib nonton'. Pesta kembang api di Lapangan Merah di Ibukota Moskow dibatalkan pada detik-detik terakhir.
Sepasang suami istri dari Belgorod kecewa. Mereka sembilan jam mengendarai mobil, tapi mendapati Kota Moskow yang sepi. Padahal, pergantian tahun merupakan hari besar tradisional Rusia.
“Putin yang memulai perang ini, dan sekarang mereka merampas kesenangan kami," kata pria Belgorod yang menolak diungkap jati dirinya demi keamanan itu.
Di Ukraina, Presiden Volodymyr Zelensky membalas pesan Tahun Baru Putin dengan tak kalah sengit. Ia kembali menyebut penguasa Kremlin teroris.
“Negara teroris tidak akan dimaafkan. Mereka yang memberi perintah menyerang dan mereka yang melakukannya, tidak akan menerima pengampunan,” kata Zelensky. "Ukraina tidak akan memaafkan," ia menandaskan.
- Source : www.publica-news.com