Di China, Anda Bisa Membayar Makanan dengan Senyuman
China merupakan negara yang sangat berkembang pesat teknologinya. Kita tidak sangsi lagi tentang hal ini. Berbagai macam barang diproduksi oleh negara ini. Mulai dari barang yang paling kecil sampai yang paling besar.
Mulai dari kebutuhan primer kita, sampai kebutuhan barang mewah dapat diproduksi oleh negara ini. Bila kita melihat barang-barang milik kita, pasti ada barang yang tertulis ‘Made in China’ di situ. Tidak percaya? Silahkan lihat jarum jahit Anda, bila Anda punya jarum jahit. Di situ tertulis ‘Made in China’. Atau mainan anak Anda. Atau tetikus yang Anda pakai, termasuk laptopnya. Bahkan mungkin telepon seluler Andapun buatan China. Atau jangan-jangan mobil Andapun buatan China.
Mungkin kita masih ingat motor buatan China yang beberapa tahun lalu booming di Indonesia karena harganya yang murah dan bentuknya yang mirip dengan motor Jepang. Hal ini tidaklah mengherankan karena orang-orang China memang suka ‘meniru’ teknologi dari luar. Mereka seakan menerapkan prinsip ATM. Amati, Tiru, dan Modifikasi.
Saya sekali waktu beruntung mengunjungi museum teknologi di kota tempat saya tinggal saat ini, Wuhan, di propinsi Hubei China bagian tengah. Di museum tersebut, dipamerkan sebuah mobil buatan Eropa yang dibedah dan dipreteli semua bagian onderdilnya. Jadi kita bisa melihat semua komponen pembentuk mobil tersebut.
Komponen-komponen itulah yang dibuat ulang di China dan diproduksi ulang sehingga membentuk mobil yang akhirnya menjadi mobil buatan China. Jadi tidaklah mengherankan bila akhirnya negara China mampu memproduksi teknologi apapun, termasuk pesawat terbang dan kapal induk. Bahkan roket antariksa pun bisa mereka produksi.
Namun, mereka tidak sekedar meniru. Mereka memodifikasi ‘tiruan’ mereka. Teknologi yang mereka tiru tersebut mereka kembangkan. Sehingga seringkali teknologi yang mereka kembangkan melebihi teknologi yang mereka tiru.
Bahkan yang terbaru adalah alat pembayaran mereka. Seperti yang sudah saya bahas di artikel saya terdahulu, tautannya saya cantumkan di bawah, transaksi di China mulai menggunakan teknologi. Mereka mulai meninggalkan metode pembayaran ‘tradisional’ yang menggunakan uang tunai.
Mereka mulai menggunakan telepon seluler mereka untuk melakukan pembayaran. Dengan menggunakan aplikasi Wechat money dan Alipay, transaksi dapat dilakukan tanpa menggunakan uang tunai. Praktis.
Dan dahsyatnya lagi, transaksi ini tidak hanya dilakukan oleh pebisnis besar. Kita tidak akan heran bila pembayaran secara elektronik dilakukan oleh perusahaan besar. Namun di China, semua pebisnis, besar kecil, kelas kakap atau kelas gurem, semuanya menggunakan aplikasi online untuk melakukan pembayaran.
Bahkan penjual gorenganpun menggunakan aplikasi tersebut. Bahkan bila Anda pergi ke pasar di China, Anda akan melihat bahwa semua penjual di pasar tersebut memasang barcode di bagian depan kios mereka. Barcode itulah yang harus dipindai lewat Wechat money atau Alipay untuk melakukan transaksi.
Semua tidak melibatkan uang tunai, sehingga kita bebas bepergian tanpa harus sibuk dan bingung untuk membawa uang tunai dalam jumlah besar.
Bahkan bila Anda ke Hangzhou, kota di China bagian timur, anda tidak perlu menunjukkan telepon seluler Anda. Anda cukup tersenyum, dan transaksipun dapat dilakukan.
Alipay, aplikasi pembayaran online milik Alibaba, menemukan teknik pemindaian untuk pembayaran tidak lagi menggunakan barcode tetapi menggunakan pindai wajah. Dan metode ini diterapkan di sebuah outlet makanan cepat saji.
Sebuah restoran KFC baru saja dibangun, yang diberi nama KPRO, di Hangzhou. Restoran ini ditujukan untuk anak-anak muda yang atraktif, yang melek teknologi. Orang-orang muda yang lapar dan haus akan rasa dan inovasi baru.
Restoran tersebut bekerja sama dengan Alipay menerapkan aplikasi ’Smile to Pay’. Senyum untuk membayar. Di sini penulis menjadi sedikit baper. Ternyata senyum bukan saja untuk memikat dambaan hati. Tapi senyum juga bisa untuk membayar makanan yang dibeli saat kencan dengan tambatan hati... Eh.... jadi meleleh, nih. Hahaha...
Namun demi keamanannya, teknologi itu masih terhubung dengan telepon seluler. Pembeli tetap harus memberikan approval lewat aplikasi Alipay di telepon seluler mereka. Meskipun aplikasinya sudah diatur dengan menggunakan algoritma tertentu, sehingga hanya pemilik wajah yang dapat bertransaksi, namun tetap saja diperlukan kunci keamanan.
Dan kunci keamanan tersebut lewat approval dari telepon seluler pemilik wajah. Pemilik wajah memberikan approval dengan menuliskan nomor PIN Alipay mereka.
Selama ini pindaian wajah baru dapat digunakan untuk membuka laptop atau ponsel seseorang. Dengan metode ATMnya (Amati, Tiru, Modifikasi), China sudah selangkah lebih maju. Menggunakan pindai wajah untuk bertransaksi. Dan kita tidak tahu, beberapa tahun ke depan, teknologi macam apa lagi yang bisa dihasilkan oleh negara tersebut.
Sumber Referensi:
https://seword.com/ekonomi/dunia-masa-depan-dunia-tanpa-uang-kontan-H1AalsF-M
- Source : seword.com