2 kapal tiba di Jepang untuk membawa plutonium ke AS
Dua kapal Inggris telah tiba di Jepang untuk mengangkut 330 kilogram plutonium ke AS – jumlah yang cukup untuk membuat 50 bom nuklir. Pengiriman tersebut dilakukan di tengah keprihatinan atas jumlah besar plutonium Jepang.
Pada hari senin, dua kapal kargo Pacific Egret dan Pacific Heron tiba di desa pesisir timur laut Tokai, rumah bagi fasilitas penelitian nuklir utama Jepang, Japan Aromic and Energy Agency, AP mengutip laporan media lokal.
Kapal-kapal tersebut, yang dioperasikan oleh Pacific Nuclear Transport Ltd., akan mengangkut kargo ke Savannah River Site, sebuah fasilitas pemerintah AS di South Carolina. Pengiriman plutonium tersebut, yang telah digunakan di jepang untuk tujuan penelitian, akan dilakukan sesuai dengan janji yang dibuat oleh Jepang pada tahun 2014.
Pemerintah Jepang telah menolak untuk mengungkapkan rincian lebih lanjut karena masalah keamanan.
Jepang telah mengumpulkan 47 ton plutonium -11 yang sekarang berada di Jepang dan 36 ton lainnya yang sedang dijadwalkan akan dikirim kembali ke negara tersebut dari Inggris dan Perancis, di mana bahan nuklir ini telah diproses ulang.
Cadangan plutonium ini cukup untuk membuat sekitar 6.000 bom atom, AP melaporkan. Ambisi Jepang dan China untuk menggunakan plutonium yang diolah kembali sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga nuklir telah menjadi sumber keprihatinan keamanan internasional.
Pengiriman tersebut muncul menjelang pertemuan puncak nuklir di Washington yang akan digelar akhir bulan ini bertujuan untuk meningkatkan upaya non-proliferasi.
Jepang mulai membangun pabrik pengolahan Rokkasho dengan bantuan dari Areva perusahaan milik negara Perancis pada awal tahun 1990-an, namun fasilitas tersebut belum dioperasikan. Pada bulan November, pembukaannya ditunda hingga tahnu 2018 agar peningkatan dan inspeksi keamanan dapat dilakukan.
Sebelum bencana nuklir Fukushima pada tahun 2011, Jepang sebagian besar bergantung pada energi nuklir, tetapi hanya dua dari 43 reaktor Jepang beroperasi saat ini.
- Source : www.rt.com