ISIS merilis video yang mengklaim jatuhnya pesawat Rusia sebagai aksi balas dendam mereka
Sebuah video baru dari ISIS menunjukkan bahwa seorang jihadis yang berbicara dalam bahasa Rusia memuji “saudara-saudaranya di Sinai” yang telah “menjatuhkan” pesawat penumpang Rusia dan mengancam serangan lebih lanjut, sedangkan baik Rusia dan Mesir mengatakan bahwa kelompok ini tidak memiliki peralatan yang cukup untuk menembak jatuh pesawat Rusia ini.
Dalam video yang baru dirilis, lima jihadis ISIS terlihat sedang duduk di sebuah taman ketika salah satu dari mereka memuji para militan di Semenanjung Sinai karena diduga telah menjatuhkan pesawat penumpang Rusia A321 dengan 224 penumpang di dalamnya.
Dikelilingi oleh empat rekan jihadis lainnya, seorang pria yang tampaknya berkebangsaan Slavia berbicara baik dalam bahasa Rusia dan Arab, menegaskan kepada Presiden Vladimir Putin bahwa ia akan menyesal karena telah menyerang sasaran-sasaran ISIS di Suriah.
Dengan menggenggam pisau di tangannya, ia mengancam bahwa kelompoknya akan terus menjatuhkan pesawat-pesawat, menyerang negara-negara dan membunuh orang-orang sebagai pembalasan atas operasi militer Rusia di Suriah.
ISIS pertama kali mencoba untuk mengklaim tanggung jawab atas jatuhnya Aribus 321 tak lama setelah pesawat tersebut jatuh dalam perjalanannya dari Sharm el-Sheikh ke St. Petersburg pada tanggal 31 Oktober.
Namun, pernyataan tersebut segera ditolak oleh para pejabat Rusia dan Mesir.
Departemen Luar Negeri AS juga mengulangi sanggahan tersebut, mengatakan bahwa “tidak ada indikasi bahwa pesawat ini dijatuhkan oleh para teroris”.
Sementara para pejabat telah menekankan bahwa tidak ada versi mana pun dapat dikesampingkan sampai penyelidikan nya selesai, ada alasan yang kuat untuk percaya bahwa para militan yang berafiliasi dengan ISIS tidak menyebabkan kecelakaan tersebut.
Para pejabat dan ahli dari kedua negara bersatu dalam pendapatnya bahwa para jihadis hanya memiliki sistem pertahanan udara portable yang tidak mampu mencapai ketinggian 9.450 meter, ketinggian di mana pesawat penumpang tersebut berada pada saat itu.
“Sejauh yang diketahui, ISIS dan kelompok-kelompok yang berafiliasi dengannya tidak memiliki kemampuan untuk menjatuhkan pesawat terbang yang terbang dengan ketinggian 10.000 meter,” seorang analis keamanan dan mantan petugas kontra-terorisme Inggris, Charles Shoebridge mengatakan kepada RT.
Saat ini, laporan-laporan yang bertentangan tentang nasi para penumpang pesawat tersebut tak terkendali di media.
Pada hari Selasa, seorang dokter Mesir yang memeriksa tubuh dari para korban kecelakaan tersebut mengatakan bahwa bentuk luka menunjukkan adanya kemungkinan bahwa sebuah “ledakan yang kuat terjadi di dalam pesawat sebelum menyentuh tanah.”
Sebuah ledakan bom di dalam pesawat juga telah disebutkan sebelumnya sebagai salah satu kemungkinan penyebab kecelakaan itu.
Namun, para ahli Rusia dan Mesir tidak menemukan tanda-tanda yang terkait dengan ledakan selama pemeriksaan awal pada tubuh korban penumpang.
“Tidak ada tanda-tanda ledakan ditemukan selama pemeriksaan awal,” akta seorang sumber tanpa nama yang mengatakan kepada kantor berita TASS.
Sejauh ini, para peneliti Mesir cenderung untuk mendukung kerusakan mekanis atau teknis sebagai penyeba yang paling mungkin.
Sementara itu, seorang penyidik Rusia yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada RIA Novosti bahwa laporan-laporan media yang mengutip sumber-sumber yang dekat dengan penyelidikan memberikan “dampak negatif” pada kemajuan penyelidikan ini, karena kesimpulan yang terburu-buru akan menyesatkan publik dan membuat rumit penyelidikan itu sendiri.
“Kita berbicara tentang penyebaran pernyataan yang berasal dari sumber-sumber informasi di Kairo serta para ahli, yang diduga dekat dengan proses penyelidikan tersebut,” seorang sumber, yang dikatakan berposisi dari sisi teknis penyelidikan mengatakan kepada kantor berita tersebut.
Situasi ini diharapkan akan menjadi lebih jelas setelah data-data dapat diambil dari rekaman penerbangan pesawat tersebut, namun proses tersebut diperkirakan akan memakan waktu hingga empat minggu.
- Source : www.rt.com