Pengakuan Luhut di Podcast Dedy Membingungkan
Melihat komentar yang muncul di kanal youtube Dedi Corbuzier saat mendatangkan Luhut, rupanya banyak orang percaya bahwa Luhut tidak ambil untung dari bisnis PCR. Luhut mengaku bahwa dirinya punya bisnis yang cukup bagus, dan tidak perlu sampai harus membisniskan alat tes di masa pandemi.
Tapi kalau mau kita perhatikan dari pengakuan Luhut, sebenarnya ada beberapa hal yang cukup janggal.
Pertama, Luhut mengaku dia memberikan sejumlah dana kepada perusahaan untuk diputar dan dibisniskan. Luhut sendiri tidak mengambil untung dari pemberian dana tersebut. Tapi keuntungan dari bisnis pengadaan alat tes itu memang ada, dan diputar kembali untuk kepentingan perusahaan agar keuangannya sehat.
Alasan Luhut membuat perusahaan dan bukan yayasan, ya supaya ada transaksi bisnis dan dana yang dia sumbangkan itu bisa diputar untuk keuangan perusahaan. Beda kalau yayasan, Luhut harus beri dana secara berkala dan terus menerus.
Jika dilihat dari pernyataannya, maka jelas bisnis PCR itu memang ada dan memang mencari keuntungan.
Bahwa kemudian Luhut mengaku tidak mendapatkan keuntungan, mungkin itu benar secara hitungan uang. Tapi kalau dari sisi fasilitas bagaimana? Masih perlu dibuktikan.
Kedua, klaim Luhut soal sumbangan sekian miliar itu cukup membingungkan. Karena kalau dia menyumbang untuk perusahaan, ya jelas itu bukan sumbangan untuk masyarakat.
Jadi salah kalau dia merasa berjasa dan sudah menyumbang untuk masyarakat lewat pengadaan alat PCR ini. Dan sumbangan ke perusahaan itu sifatnya sebagai modal awal untuk bertransaksi atau jualan PCR.
Kalau dengan ini kemudian Luhut merasa dia sudah membantu masyarakat, sudah ikut menyumbang di tengah pandemi, ya mungkin benar juga dari sisi Luhut. Tapi sekali lagi, sumbagan Luhut adalah untuk menghidupi keuangan perusahaan yang berbisnis alat tes PCR.
Ketiga, Luhut juga cerita bahwa dirinya mendapatkan sumbangan dari temannya dari luar negeri. Sekian puluh miliar jumlahnya. Lalu dengan begitu, Luhut mengklaim bahwa itu dapat menyelamatkan banyak nyawa.
Klaim ini juga agak membingungkan. Karena sumbangan dari luar negeri itu jumlahnya banyak sekali. Yang didapat Luhut mungkin salah satunya. Tapi apakah sumbangan itu diberikan kepada Luhut atas nama pribadi? Saya meragukannya.
Logikanya, sumbangan itu diberikan kepada Indonesia. Bahwa sumbangan tersebut melalui jalur Luhut, ya itu wajar saja. Sebab Luhut adalah Menteri di negeri ini. Logis. Yang aneh kalau sumbangannya malah lewat saya, bisa menimbulkan banyak tanda tanya.
Lalu kalau ini kemudian dianggap sebagai bagian dari jasa Luhut untuk negeri ini. Mungkin itu ada benarnya. Tapi sumbangan tersebut tetaplah sumbangan dari pihak asing kepada Indonesia. Bukan kepada Luhut.
Saya memang belum selesai menonton video Luhut. Tapi sampai di sini saja, aneh rasanya kalau Luhut dan stafnya merasa sangat berjasa sekali untuk menangani pandemi di Indonesia.
Aneh kalau Luhut merasa tidak berbisnis, padahal faktanya, dana yang disumbangkan untuk perusahaan tersebut memang untuk kepentingan bisnis dan memang mengambil untung. Jadi bukan seperti klaim para pembantu Luhut yang mengatakan dalam penjualan PCR tidak ambil untung.
Lalu terakhir, saya cukup heran kalau Luhut mengklaim Indonesia berhasil menangani Pandemi ini karena kepatuhan masyarakat. Karena aturan PPKM dan disiplin yang sudah dijalankannya.
Karena kalau Luhut mau coba jalan-jalan ke daerah, dia akan melihat bahwa semua klaimnya di dunia internasional ataupun di hadapan Deddy Corbuzier sama sekali berbeda dengan kenyataannya.
Selain itu, agak lucu juga ketika Luhut merasa bahwa di Natal dan Tahun Baru nanti akan berpotensi terjadi gelombang ketiga atau keempat. Karena itu dia ingin melakukan PCR untuk semua moda transportasi sebagai antisipasi.
Sekali lagi, mestinya Luhut hari ini keluar rumah dan jalan-jalan ke daerah. setidaknya ikutlah saat Presiden Jokowi blusukan. Jangan hanya mau jalan ke luar negeri saja. Lihatlah kerumunan, lihatlah masyarakat yang sama sekali tidak disiplin.
Supaya ke depan Luhut bisa berpikir. Bahwa kerumunan dan aktifitas masyarakat itu sudah terjadi sejak beberapa bulan lalu. Terus kenapa gelombang ketiga masih nunggu Natal dan Tahun Baru? supaya virusnya dapat bingkisan?
- Source : seword.com