Unjuk Rasa Nasionalis Israel: ‘Matilah Orang Arab!’
Ribuan nasionalis sayap kanan Israel berbaris melalui bagian-bagian Kota Tua Yerusalem pada Selasa (15/6), di mana beberapa meneriakkan slogan-slogan rasis, seiring Israel dikatakan telah memperingatkan Hamas, melalui mediator Mesir, tentang tanggapan keras dan segera terhadap setiap tembakan roket dari Jalur Gaza.
Polisi memperkirakan jumlah demonstran di Yerusalem mencapai 5.000 peserta, dan sekitar 2.000 petugas dikerahkan di seluruh kota untuk acara tersebut, lapor Times of Israel.
Rekaman yang diunggah ke media sosial menunjukkan, demonstran sayap kanan meneriakkan “Matilah orang Arab” serta “Shuafat terbakar”, mengacu pada lingkungan Yerusalem Timur, dan “Yerusalem adalah milik kami.”
Walau menyetujui unjuk rasa tersebut, Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid mengecam teriakan “Matilah orang Arab”.
“Fakta bahwa ada elemen ekstremis yang mewakili kebencian dan rasisme oleh bendera Israel,” cuit Lapid. “Tidak dapat dipahami bahwa orang dapat memegang bendera Israel di satu tangan dan meneriakkan ‘Matilah orang Arab’ pada saat yang bersamaan. Ini bukan Yudaisme atau Israel, dan jelas bukan apa yang dilambangkan oleh bendera kami. Orang-orang ini adalah aib bagi bangsa Israel.”
Ketika unjuk rasa dimulai tepat sebelum pukul 6 sore, bentrokan pecah di dekat Kota Tua antara polisi dan warga Palestina, 33 di antaranya dirawat. Enam dari yang terluka dirawat di rumah sakit karena luka, menurut layanan medis, yang juga mengatakan seorang warga Palestina lainnya terluka oleh tembakan langsung, tetapi polisi mencegah mereka mengevakuasinya untuk perawatan.
Beberapa demonstran kontra-Palestina meneriakkan, “dengan api dan darah, kami akan membebaskan Palestina,” lapor media Kan.
Video menunjukkan warga Palestina melemparkan batu ke petugas polisi.
Polisi menangkap 17 orang karena dicurigai mengganggu ketentraman, melempari batu, dan menyerang petugas. Dua polisi terluka dan dibawa untuk perawatan medis, menurut polisi.
Bentrokan terjadi ketika para demonstran berkumpul di Jalan Hanevi’im Yerusalem, dari mana mereka menuju Gerbang Damaskus, sebuah titik nyala di Kota Tua.
Para pengunjuk rasa kemudian memasuki Kota Tua melalui Gerbang Jaffa, di mana beberapa wanita dan pemuda menuju Muslim Quarter, meskipun rute parade diubah untuk mencegah hal itu terjadi. Para peserta kemudian berbaris ke Tembok Barat untuk kebaktian doa di akhir acara.
Sejumlah peserta menegur wartawan Arab, di mana seorang reporter membagikan video yang menunjukkan pengunjuk rasa meneriakkan hinaan kepada mereka, dan seorang pria meludah ke arah mereka.
Beberapa pengunjuk rasa meneriakkan nama Perdana Menteri Naftali Bennett dan poster terlihat menggambarkan perdana menteri baru di samping teks “Bennett si pembohong”.
Poster-poster itu tampaknya merujuk pada Bennett yang melanggar janji pra-pemilunya untuk tidak membentuk pemerintahan. Beberapa anggota parlemen sayap kanan yang menentang pemerintah ikut serta dalam pawai, di antaranya pemimpin Zionisme Agama Bezalel Smotrich dan anggota parlemen fraksinya Itamar Ben Gvir dan Orit Struck, catat Times of Israel.
Anggota parlemen dari Joint List berunjuk rasa di luar Kota Tua untuk mengecam pawai tersebut, di mana pemimpin aliansi politik yang didominasi Arab Ayman Odeh mengatakan bahwa ibu kota Israel suatu hari nanti akan menjadi ibu kota negara Palestina.
“Di dinding-dinding ini, bendera Palestina akan dikibarkan dan Yerusalem akan menjadi ibu kota Palestina yang direbut kembali,” ujarnya kepada media Kan.
“Orang-orang kami akan membuat mereka malu dan mundur dari tempat-tempat ini,” sambungnya, merujuk pada pawai Yahudi di pawai.
Sementara itu, media Channel 12 mengatakan, Israel memperingatkan Hamas melalui Mesir bahwa akan ada tanggapan keras dan segera terhadap setiap tembakan roket dari Gaza. Media tersebut mengutip sumber diplomatik yang bersumpah, Israel akan menanggapi serangan balon pembakaran, tetapi akan memilih waktunya.
- Source : www.matamatapolitik.com