www.zejournal.mobi
Kamis, 07 November 2024

Prancis Rusuh: Bunuh Orang Arab dan Anda Akan Jadi Jutawan

Penulis : Ian Publica News | Editor : Anty | Selasa, 04 Juli 2023 15:06

Paris - Apa arti keadilan di Prancis? Nadia geleng-geleng kepala, ia sedih dan marah. Campur aduk, mengetahui polisi yang menembak mati cucunya Nahel (17) mendapat sumbangan 1 juta Euro, setara Rp 16,4 miliar.

Seolah tidak sensitif atas situasi kebatinan sosial, politikus sayap kanan Jean Messiha mengumpulkan dana untuk Florian M, polisi penembak remaja keturunan Aljazair, lewat GoFundMe.

"Hati saya sakit," kata Nadia, seperti dikutip Le Monde, Senin (3/7) malam.

Betapa Nadia tak sakit hati, opsir Florian memang ditahan, tapi malah mendapat sumbangan jumbo. 'Dana tak tahu malu' ini muncul di tengah situasi Prancis yang dilanda kerusuhan di banyak kota sampai hari kelima pasca penembakan.

Menurut Le Monde, ada lebih dari 50 ribu orang memberikan donasi secara online. Penggagas donasi, Messiha, dikenal dekat dengan politikus anti-Islam Eric Zemmour.

Ironisnya, 'dompet untuk Nahel' yang dibuka sejak penembakan pada 27 Juni pekan lalu baru terkumpul 189 ribu Euro, sekitar Rp 3,1 miliar.

Eric Bothorel, dari partai Presiden Emmanuel Macron, Rensissance atau En Marche, marah menyaksikan ironi ini. Ia mengingatkan sentimen rasisme akan membakar Prancis.

"Jean Messiha meniup bara api. Ini adalah generator kerusuhan. Sumbangan ini tidak senonoh dan memalukan," ujarnya lewat akun Twitter.

Olivier Faure, Ketua Partai Sosialis, meminta GoFundMe menyetop penggalangan dana. Ia menuduh platform GoFundMe 'menyiapkan segudang rasa malu'.

“Anda mempertahankan luka yang sudah menganga dengan berpartisipasi mendukung seorang polisi yang didakwa melakukan pembunuhan yang disengaja. Setop!" Faure menciak lewat akun @faureolivier.

Nahel ditembak polisi di mobil Mercedes tuanya pada pagi tanggal 27 Juni lalu di jalanan Nanterre, pinggiran barat ibukota Paris. Ada lubang peluru di dadanya.

Anak tunggal dari Mounia yang tak pernah melihat ayahnya itu tidak punya catatan kriminal, ia hanya tidak punya surat izin mengemudi atau SIM. Tapi pantaskah polisi menghentikannya dengan tembakan yang langsung menewaskannya?

Penembakan Nahel inilah yang memicu kemarahan dan protes di kota-kota di Prancis. Polisi telah menahan lebih dari 1.300 pengunjuk rasa yang menimbulkan kaos di sejumlah kota

Nahel bekerja sebagai supir jasa pengiriman makanan. Kuliahnya kacau, belakangan ia lebih banyak menjadi tukang listrik ketimbang pergi ke kampus.

Tetangga mengenangnya sebagai remaja yang selalu mencium ibunya sebelum pergi bekerja. "Aku mencintaimu, Bu," begitulah ia pamit setiap pagi. Termasuk pada pagi ketika ia ditembak polisi.

Politisi sayap kiri David Guiraud mengomentari sinis penggalangan dana tersebut hanya semata-mata Florian kulit putih dan Nahel berdarah Arab.

"Pesan yang muncul adalah bunuh orang Arab, dan Anda akan menjadi jutawan, dan pemerintah menyaksikan kengerian ini tanpa mengatakan apa-apa. Menjijikkan," katanya, marah.

Bagi Nadia, ia tak membenci semua polisi. Ia juga mengingatkan pengunjuk rasa yang memprotes kematian cucunya agar tak membuat kekacauan.

Ia hanya menuntut keadilan, meskipun menerima ketidakadilan baru ketika polisi penembak kini malah jadi jutawan.

"Dia mengambil nyawa cucu saya. Pria ini harus membayar, sama seperti semua orang," Nadia menegaskan.


Berita Lainnya :


Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar