www.zejournal.mobi
Selasa, 19 November 2024

5 Fakta Jual Beli Antigen Bekas: Untung 1,8 M hingga Rumah Mewah

Penulis : Purnama Ayu Rizky | Editor : Anty | Senin, 03 Mei 2021 10:51

Di Indonesia, pekerja laboratorium ditangkap dan dituduh menggunakan kembali alat usap hidung (swab testi) dalam ribuan tes virus corona setelahnya. Untungnya mencapai Rp1,8 miliar.

Idenya sederhana: Mengapa harus membuang alat tes antigen cepat bekas pakai untuk virus corona ketika alat itu bisa digunakan berulang kali? Yang diperlukan hanyalah mencuci penyeka kapas yang digunakan untuk mengambil sampel hidung, mengemasnya kembali seolah-olah baru, dan menggunakannya kembali pada orang lain, catat The New York Times.

Penipuan itu terungkap minggu ini ketika lima pekerja laboratorium ditangkap di kota Medan, Indonesia, dan dituduh menggunakan kembali usap hidung demi melakukan sebanyak 20.000 tes. Mereka menghadapi hukuman enam tahun penjara karena melanggar undang-undang perlindungan konsumen, limbah medis, dan penyakit menular.

Berikut lima fakta penting terkait kasus tersebut:

1. TERSANGKA 5 ORANG TERMASUK BOS LAB KIMIA FARMA

Menurut penyisiran polisi, ada lima tersangka yang diduga terlibat dalam bisnis haram ini. Mereka adalah PM sebagai Branch Manajer Laboratorium Kimia Farma, berperan sebagai penanggung jawab laboratorium dan yang menyuruh melakukan penggunaan cutton buds swab antigen bekas. Kemudian tersangka SR; DJ; M dan R dengan peran masing-masing.

Seperti diketahui, lima orang tersangka yang telah ditetapkan Polda Sumut memiliki beragam peran. Posisi mereka pun bervariasi, mulai business manager hingga kurir. Dari hasil pemeriksaan saksi-saksi, kegiatan penggunaan cotton buds swab antigen bekas tersebut mulai dilakukan oleh karyawan dari laboratorium Kimia Farma yang berlokasi di Jalan RA Kartini, Kelurahan Madras Hulu, Kecamatan Medan Polonia, Medan, sejak 17 Desember 2020. Saat itu alat tersebut diperuntukkan bagi swab di Bandara Kualanamu, catat Detik.

Motifnya senada, “Para pelaku ingin mendapatkan keuntungan. Yang kita sita Rp149 juta,” ungkap Kapolda Sumut, Irjen Pol RZ Panca Putra Simanjuntak pada Kamis (29/4).

2. PEMERIKSAAN KETAT

Pihak berwenang mengatakan mereka sedang menyelidiki apakah ada orang yang terinfeksi virus corona sebagai hasil dari tes terkontaminasi yang diberikan di lokasi pengujian bandara yang dioperasikan oleh Kimia Farma, sebuah perusahaan raksasa milik negara.

Mereka juga menyelidiki berapa banyak orang yang menerima hasil tes tercemar saat mereka bersiap untuk naik penerbangan di Bandara Internasional Kualanamu, salah satu bandara tersibuk di negara itu. Hasil tes negatif diperlukan di Indonesia sebelum penumpang dapat naik ke pesawat.

Polisi mengumumkan, mereka akan melakukan pemeriksaan laboratorium secara acak di seluruh negeri untuk memastikan bahwa orang lain tidak melakukan penipuan serupa.

Informasi sementara, sejak Desember tahun lalu hingga sekarang, setidaknya sekitar 9.000 orang sudah menjadi korban pemakaian stik alat bekas antigen ini.

“Pengakuan para pelaku, dalam sehari stik daur ulang bisa digunakan untuk 100 hingga 150 orang yang hendak melakukan perjalanan. Kalau kita hitung selama 3 bulan, 9.000 orang. Tentunya, ini tidak sesuai standar kesehatan,” terang Kapolda pada Merdeka.

3. KEUNTUNGAN

Kelima pekerja itu diyakini telah mengantongi sekitar US$2.000 sehari sejak pertengahan Desember dengan menagih orang untuk tes tercemar. Pegawai laboratorium melakukan pengujian yang sah menggunakan penyeka kapas steril kepada sekitar 100 orang setiap hari dan menggunakan kembali penyeka untuk pengujian pada sekitar 150 orang lainnya, yang berarti ribuan pengujian selama periode tersebut.

Setelah polisi menerima petunjuk tentang operasi tersebut, seorang petugas yang menyamar pergi ke lab bandara untuk menjalani tes dan menyerahkan usap hidung. Dia menerima hasil positif palsu, kata Hadi Wahyudi, juru bicara Polda Sumatera Utara.

Kembali ke kantor polisi, petugas yang menyamar menerima tes lain yang hasilnya negatif.

Jika ditotal, cuan Rp1,8 miliar berhasil dikantongi pelaku.

4. TERSANGKA HIDUP FOYA-FOYA

Informasi yang dihimpun Detik, eks Business Manager Laboratorium Kimia Farma Jl Kartini Medan PM (45), yang diduga berperan sebagai penanggung jawab laboratorium dan yang menyuruh melakukan penggunaan cotton buds swab antigen bekas, merupakan warga Lubuklinggau, Sumsel. Ia memiliki sebuah rumah mewah yang sedang dalam pembangunan yang beralamat di Griya Pasar Ikan, Simpang Priuk, Lubuklinggau.

“Benar, PM merupakan warga kita. Dia baru membangun rumah mewah di depan rumah lamanya. Saat ini masih dalam tahap pembangunan. Sudah dua hari ini tampak kosong dan terkunci rapat,” ujar Muslim, ketua RT setempat, ketika dimintai konfirmasi wartawan, Sabtu (1/5/2021).

5. HUKUMAN

Sementara, Erick Thohir, menteri yang mengawasi perusahaan milik negara, mengatakan pada Jumat, praktik semacam itu oleh karyawan perusahaan yang “tidak bermoral” tidak akan ditoleransi.

“Tindakan seperti itu harus dikenakan hukuman yang sangat ketat,” cuitnya.

Dalam kasus ini, para pelaku dikenakan Pasal 98 ayat (3) Jo Pasal 196 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dengan ancaman pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp1 miliar jo Pasal 8 huruf (b), (d) dan (e) Jo pasal 62 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dengan ancaman pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda Rp2 miliar.

Indonesia, negara terpadat keempat di dunia, telah melaporkan hampir 1,7 juta kasus virus korona dan lebih dari 45.000 kematian, terbanyak di Asia Tenggara, menurut data The New York Times. Pakar kesehatan telah memperkirakan, jumlah tersebut sebenarnya berkali-kali lipat lebih tinggi karena pengujian terbatas.

Negara ini telah pulih dari lonjakan yang memuncak pada akhir Januari tetapi rata-rata masih ada lebih dari 5.000 kasus baru setiap hari. Kampanye vaksinasi nasional sedang dilakukan dan lebih dari 19 juta dosis telah diberikan.


Berita Lainnya :


Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar