Diciduk Densus 88, Ini Rekam Jejak Munarman
Nama Munarman kembali mencuat semenjak ditangkap oleh Densus 88 pada Selasa (27/4) lalu. Ia ditangkap karena diduga terlibat dalam pembaitan ISIS di UIN Jakarta, Medan, dan juga Makassar.
Dikutip dari Kompas.com, Munarman lahir di Palembang, Sumatra Selatan, 16 September 1968.
SEPAK TERJANG
Sebelum menjadi pentolan FPI bersama Rizieq Shihab, Munarman dikenal luas sebagai pendekar hukum dan aktivis pembela hak-hak sipil.
Selain itu, ia dikenal sebagai pribadi antimiliterisme dengan karakter egaliter dan nasionalis, mengingat sepak terjangnya sebagai aktivis di YLBHI dan KontraS.
Awalnya, ia merintis karier di dunia advokasi ketika menjadi relawan di sebuah Lembaga Bantuan Hukum (LBH) di Palembang pada 1995. Hanya berselang dua tahun, kariernya menanjak menjadi Kepala Operasional LBH Palembang.
Selepas itu, Munarman mulai dikenal secara nasional ketika menjabat sebagai koordinator KontraS Aceh pada medio 1999-2000. Lalu kariernya mulai meroket kembali ketika menjabat sebagai Ketua YLBHI 2002-2007. Cabang pendukung pencalonannya menjadi orang nomor satu di YLBHI adalah LBH Palembang dan Banda Aceh, di samping LBH Lampung.
Saat menjabat Ketua YLBHI 2002-2007, Munarman membuat gebrakan pada dua bulan masa kepemimpinannya. Dia mengungkapkan kondisi YLBHI yang krisis keuangan. Padahal, setiap bulan YLBHI butuh dana operasional Rp1,5 miliar.
Untuk mengatasi krisis keuangan di YLBHI, Munarman menggelar malam dana. Dari acara sosial tersebut terkumpul Rp1 miliar. Uang itu berasal dari kocek Taufik Kiemas Rp500 juta, Buyung Nasution Rp 00 juta, dan alumnus YLBHI Hotma Sitompoel Rp100 juta.
YLBHI juga mendapat bantuan emergensi dari donator Triple Eleven 30.000 euro atau setara Rp270 juta, dan Novib senilai 250.000 euro (Rp2,25 miliar), catat Kompas.
Minat Munarman pada gerakan Islam bermula saat ia menjadi anggota Tim Pengacara Majelis Mujahidin Indonesia, Abu Bakar Ba’asyir pada 2002, catat Tribunnews.
Saat itu, Abu Bakar Ba’asyir didakwa atas kasus Bom Bali dan mendapatkan vonis hukuman 2,5 tahun penjara.
Setelah selesai mendampingi Ba’asyir sebagai pengacara, kedekatan Munarman dengan jaringan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dimulai. Kedekatannya dengan HTI inilah menjadi pintu pembuka Munarman mengenal sejumlah tokoh, termasuk Ketua FPI Habib Rizieq Shihab.
Saat bergabung dengan FPI, Munarman sempat menduduki sejumlah jabatan seperti Panglima Komando Laskar Islam (KLI), Juru Bicara FPI, dan yang terakhir Sekretaris Umum FPI.
Selain aktif dalam kegiatan organisasi, Munarman mendirikan An Nashr Institute yang berpusat di kota Malang. An Nashr Institute merupakan lembaga pendidikan penghafal Alquran yang bernaung dibawah Yayasan Adab Indonesia, terdiri dari jenjang Paud, Madrasah (SD), serta Pondok Pesantren.
SEDERET KONTROVERSI MUNARMAN: PENYERANGAN, PENYIRAMAN TEH, HINGGA DICIDUK DENSUS 88
Pada 2008 lalu, ia terlibat aksi penyerangan yang dilatarbelakangi oleh Front Pembela Islam (FPI) terhadap Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB).
Massa AKKBB yang tengah berkumpul di Monas untuk melakukan persiapan peringatan Hari Lahir Pancasila, diserang puluhan massa berpakaian FPI yang melintasi Monas.
Sebanyak 12 orang peserta aksi AKKBB menjadi korban serta mengalami luka-luka akibat serangan yang dilakukan massa berpakaian FPI.
Munarman saat itu divonis terlibat memberikan instruksi pada kasus penyerangan tersebut. Vonis dijatuhkan setelah ia sempat masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) lantaran tak kunjung menyerahkan diri ke polisi. Ia pun mendekam di penjara selama 1,5 tahun.
Saat menjadi DPO, Mantan Presiden RI dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengaku mengetahui bahwa Panglima Laskar Islam Munarman disembunyikan dan dilindungi oleh seorang jenderal, namun Gus Dur tidak ingin menyebutkan nama jenderal tersebut, catat Kompas.
Hal lain yang membuat Munarman dikenal oleh masyarakat adalah ketika dia menyiramkan air teh ke muka seorang narasumber dalam acara live talkshow di sebuah stasiun televisi swasta Indonesia.
Video adegan penyiraman air teh yang dilakukan Munarman ke sosiolog Tamrin Amal Tomagola di acara Apa Kabar Indonesia TV One, viral seketika di jagat medsos kala itu.
Penyiraman teh terjadi lantaran adu pendapat membahas aksi sweeping. Munarman menyatakan tidak sependapat dengan apa yang dilontarkan Tamrin. Beberapa saat kemudian, terjadilah aksi penyiraman teh ke muka Tamrin, tulis JPNN.
Tak berhenti sampai penyiraman teh, Munarman yang sepertinya tidak pandai mengelola emosi pernah berurusan denga polisi, lantaran terlibat cekcok dengan sopir taksi pada 2007.
Cekcok antara Munarman dan sopir taksi bermula ketika terjadi insiden tabrakan antara taksi Blue Bird dengan mobil Munarman. Sesaat setelah insiden tabrakan, Munarman tiba-tiba mengambil kunci kontak, SIM, dan SNTK milik sopir taksi. Polisi lalu mengirimkan surat penahanan kepada Munarman karena dinilai melakukan perampasan terhadap sopir taksi, tulis Kompas.
Setelah insiden penangkapan Munarman pada Selasa (27/4) lalu, Densus 88 Antiteror kemudian menggeledah kantor Sekretariat FPI di Petamburan, Jakarta Pusat.
Dalam aksi penggeledahan itu, ditemukan sejumlah barang bukti terkait aksi terorisme.
Tim gabungan Polri menemukan serbuk dan cairan kimia yang menjadi komponen bahan peledak dalam penggeledahan itu.
Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divisi Humas Polri Kombes Ahmad Ramadhan menyebutkan, cairan kimia dan serbuk yang ditemukan menyerupai barang bukti saat terjadi penangkapan teroris di Condet, Jakarta Timur, dan Bekasi, Jawa Barat.
Barang bukti yang didapat di sekretariat FPI yakni berupa botol-botol berisi serbuk jenis aseton dan cairan triaceton triperoxide (TATP), selain terdapat dokumen dan atribut FPI yang sudah menjadi ormas terlarang, tulis Kompas.
- Source : www.matamatapolitik.com