Bom Bunuh Diri Makassar Didalangi Pasutri Baru
Pada Senin (29/3), pihak berwenang mengatakan, tersangka pelaku pengeboman adalah sepasang suami istri, yang diidentifikasi oleh polisi hanya dengan inisial nama mereka.
Dua tersangka yang melakukan bom bunuh diri di provinsi Sulawesi Selatan di Indonesia pada Minggu Palma adalah pasangan pengantin baru, dan bagian dari sel militan lokal yang terkait dengan pasangan lain yang meledakkan diri di sebuah katedral Filipina pada Januari 2019, menurut polisi pada Senin (29/3).
Presiden Indonesia Joko “Jokowi” Widodo mengutuk serangan di luar Katedral Hati Kudus Yesus di Makassar (yang menewaskan dua pelaku bom dan sedikitnya 20 orang lainnya cedera) sebagai “aksi terorisme”.
Dia mengatakan, dia telah memerintahkan polisi untuk “menyelidiki jaringan pelaku secara menyeluruh dan menghancurkan jaringan sampai ke akarnya”, lapor Eurasia Review.
Polisi mengatakan, Jamaah Ansharut Daulah (JAD) (jaringan militan pro-ISIS Indonesia) berada di balik serangan pada Minggu (28/3) itu.
Pada Senin (29/3), pihak berwenang mengatakan, tersangka pelaku pengeboman adalah sepasang suami istri, yang diidentifikasi oleh polisi hanya dengan inisial nama mereka. Pejabat juga mengungkapkan bahwa Muhammad Rizaldy S (tersangka anggota sel JAD Makassar yang tewas dalam penggerebekan kontra-teror pada awal Januari), telah memimpin pernikahan mereka.
“Kami sudah memastikan identitas pelaku bom. Yang laki-laki diidentifikasi L. Yang perempuan adalah YSL,” ungkap Kapolri Listyo Sigit Prabowo kepada wartawan, seraya menambahkan bahwa identitas mereka dikonfirmasi melalui tes DNA.
“L dan YSR enam bulan lalu dinikahkan oleh Rizaldy,” ucapnya, dikutip BenarNews.
Sel JAD Makassar juga dikaitkan dengan pasangan Indonesia, Rullie Rian Zeke dan Ulfah Handayani Saleh, yang melakukan bom bunuh diri ganda yang menewaskan 21 orang dan diri mereka sendiri di sebuah gereja di Jolo, Filipina selatan, dua tahun lalu, menurut Kapolri.
“Rizaldy dan Zulfikar adalah anggota JAD yang memiliki hubungan dengan pengeboman katedral di Filipina,” ungkap Listyo, merujuk pada tersangka JAD lainnya yang ditangkap selama penyisiran kontra-terorisme pada Januari.
Pada Senin (29/3), pejabat keamanan pemerintah di Filipina selatan tidak segera menanggapi permintaan BenarNews untuk memberikan komentar tentang dugaan hubungan antara pengeboman gereja di negara tetangganya.
Para tersangka yang terlibat dalam serangan pada Minggu (28/3) itu tewas ketika mereka meledakkan sedikitnya satu bom, saat penjaga keamanan menghentikan sepeda motor mereka di pintu gerbang gereja, menurut para pejabat.
Serangan itu terjadi saat kelompok minoritas Kristen Indonesia memperingati Minggu Palma, hari pertama dalam perayaan Pekan Suci di kalender Kristen.
Listyo mengatakan, suami di serangan gereja Makassar itu meninggalkan pesan perpisahan untuk orang tuanya, menyatakan kesiapannya untuk menjadi syuhada.
RUMAH DIGELEDAH
Pada Senin (29/3), polisi menggeledah rumah pasangan itu di daerah Makassar.
“Tim kami memperluas penyelidikan untuk menemukan lebih banyak orang yang terlibat, termasuk mereka yang membuat bom,” ucap E. Zulpan, juru bicara polda, dikutip Eurasia Review.
Seorang tetangganya, Siti Hasnawati, mengatakan, mereka sudah sekitar empat bulan tinggal di sana namun jarang bersosialisasi.
Sang suami “tidak punya pekerjaan dan jarang keluar rumah. Istrinya mencari nafkah dengan menjual makanan di rumah,” ungkap Siti kepada BenarNews melalui telepon.
Ibu dari pengantin baru itu mengatakan, dia sudah lama tidak melihat putrinya, menurut Detik.com.
“Setelah dia menikah, dia jarang datang berkunjung,” ucapnya.
PENANGKAPAN
Sejak serangan pada Minggu (28/3), polisi telah menangkap 13 orang sebagai bagian dari penyelidikan.
Empat orang yang berasal dari sel militan yang sama dengan pasangan itu ditangkap di Makassar.
“Mereka terlibat dalam indoktrinasi, perencanaan, dan pembelian bahan-bahan yang digunakan untuk bom bunuh diri,” terang Listyo.
Lima tersangka JAD lainnya ditangkap di Bima, provinsi Nusa Tenggara Barat, dan empat lainnya ditangkap di Jakarta dan pinggiran Bekasi, kata Listyo.
Sekali lagi, polisi mengidentifikasi semua tersangka hanya dengan inisial nama mereka.
Di Jakarta dan Bekasi, polisi mengatakan mereka menyita lima bom dan lima toples besar berisi bahan pembuatan bom.
Satu regu bom meledakkan alat peledak tersebut setelah upaya untuk menjinakkannya gagal, jelas Listyo.
Salah satu tersangka yang ditangkap setelah serangan Makassar (yang diidentifikasi sebagai ZA) telah membeli bahan pembuatan bom dan mengajari dua tersangka baru lainnya yang ditahan bagaimana cara membuat bom, ungkap Inspektur Jenderal Fadli Imran, Kapolda Metro Jaya.
Keamanan di ibu kota Indonesia telah diperketat setelah serangan Makassar, dengan tentara yang terlibat dalam patroli gabungan, menurut Brigjen Hendro Pandowo, Wakil Kapolda Metro Jaya.
“Demi keamanan dan keselamatan masyarakat, kami melakukan patroli besar-besaran di sekitar gereja dan tempat ibadah lainnya,” ungkap Hendro kepada wartawan, dilansir dari Eurasia Review.
Serangan pada Minggu (28/3) bukanlah yang pertama di Indonesia yang melibatkan pasangan suami istri.
Sepasang suami istri dan empat anaknya melakukan serangan bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia, pada 13 Mei 2018. Serangan itu menewaskan 18 orang, termasuk para pelaku bom.
Keesokan harinya, pasangan lain membawa ketiga anak mereka dalam serangan bunuh diri di markas polisi Surabaya, menewaskan mereka sendiri kecuali satu anak.
Serangan itu dituduhkan pada JAD.
Meskipun kelompok ekstremis ISIS telah mendesak perempuan untuk berperang, para pemimpin lokal pro-ISIS belum membuat seruan serupa, ungkap Muhammad Adhe Bhakti, seorang peneliti di Pusat Kajian Radikalisme dan Deradikalisasi (PAKAR).
“Bahkan Aman (Abdurrahman) menentangnya dan mengutuk serangan di Surabaya,” ungkap Adhe kepada BenarNews, merujuk pada pendiri JAD yang terpidana mati setelah pengadilan Jakarta menjatuhkan hukuman mati pada 2018.
Para militan mungkin melihat bahwa keterlibatan perempuan meningkatkan peluang keberhasilan mereka dalam melakukan aksi teroris, terangnya.
“Perempuan tidak terlalu dicurigai, apalagi jika mereka sedang bersama anak-anak,” tandas Adhe.
- Source : www.matamatapolitik.com