www.zejournal.mobi
Rabu, 25 Desember 2024

Gagal Total di Brasil, Kenapa Jokowi Ngotot Pakai Vaksin China?

Penulis : Nur Hidayati | Editor : Anty | Rabu, 13 Januari 2021 16:33

Vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech China hanya 50,4 persen efektif dalam mencegah infeksi gejala, menurut uji coba terbaru di Brasil.

Ini adalah berita yang mungkin tidak ingin didengar oleh Presiden Joko Widodo yang hari ini menerima dosis pertama vaksin CoronaVac China.

Vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech China hanya 50,4 persen efektif dalam mencegah infeksi gejala dalam uji coba di Brasil, kata para peneliti pada Selasa (12/1). Persentase itu hampir tidak mencukupi batas untuk persetujuan dan jauh di bawah tingkat yang diumumkan minggu lalu.

Hasil uji coba terbaru itu adalah kekecewaan besar bagi Brasil, karena vaksin China itu adalah salah satu dari hanya dua vaksin yang telah disiapkan oleh pemerintah federal untuk memulai imunisasi selama gelombang kedua wabah COVID-19 paling mematikan kedua di dunia.

Beberapa ilmuwan dan pengamat mengecam pusat biomedis Butantan karena merilis sebagian data hanya beberapa hari yang lalu, yang menghasilkan ekspektasi yang tidak realistis. Kebingungan itu mungkin menambah keraguan di Brasil tentang vaksin China tersebut.

“Kami memiliki vaksin yang bagus. Memang bukan vaksin terbaik di dunia, bukan vaksin yang ideal,” ujar ahli mikrobiologi Natalia Pasternak, mengkritik nada kemenangan Butantan, dikutip dari Brisbane Times.

Minggu lalu, para peneliti Brasil merayakan hasil yang menunjukkan 78 persen kemanjuran melawan kasus COVID-19 “ringan hingga berat”, tingkat yang kemudian mereka gambarkan sebagai “kemanjuran klinis”.

Mereka tidak mengatakan apa pun pada saat itu tentang kelompok infeksi “sangat ringan” di antara penerima vaksin yang tidak memerlukan bantuan klinis.

Ricardo Palacios, direktur medis untuk penelitian klinis di Butantan, mengatakan pada Selasa (12/1), temuan baru yang menunjukkan efikasi yang lebih rendah itu memasukkan data pada kasus “sangat ringan” tersebut.

“Kami membutuhkan komunikator yang lebih baik,” kata Gonzalo Vecina Neto, profesor kesehatan masyarakat di Universitas Sao Paulo dan mantan kepala regulator kesehatan Brazil Anvisa.

Pengungkapan sedikit demi sedikit tentang uji coba vaksin China secara global telah menimbulkan kekhawatiran uji coba tersebut tidak tunduk pada pengawasan publik yang sama seperti vaksin dari AS dan Eropa.

Kampanye imunisasi pemerintah Indonesia bertujuan untuk menyuntik 181,5 juta orang, penerima vaksin CoronaVac pertama akan mendapat vaksin yang dipasok melalui Biofarma. Pada Senin (11/1), vaksin tersebut diizinkan oleh Indonesia untuk penggunaan darurat, berdasarkan tingkat kemanjuran 65,3 persen dalam hasil awal.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan kepada DPR pada Selasa (12/1), hampir 1,5 juta pekerja medis akan diinokulasi pada Februari, diikuti oleh pegawai negeri dan masyarakat umum dalam 15 bulan.

Pada Selasa (12/1), Indonesia mencatat rekor harian 302 kematian akibat virus corona, menjadikan kematian menjadi 24.645. Infeksinya mencapai puncaknya, rata-rata lebih dari 9.000 sehari, dengan total kasus 846.765.

Data CoronaVac yang mengecewakan adalah kemunduran terbaru untuk upaya vaksinasi di negara-negara penerima vaksin tersebut.

Sementara itu, vaksin COVID-19 dari Pfizer, bersama mitra BioNTech dan Moderna, terbukti sekitar 95 persen efektif dalam mencegah penyakit dalam uji coba tahap akhir.

Di Brasil, di mana lebih dari 200.000 orang telah meninggal sejak wabah dimulai (jumlah kematian terburuk di luar Amerika Serikat), program imunisasi nasional bergantung pada CoronaVac dan vaksin yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca, yang keduanya tidak mendapat persetujuan peraturan di Brasil.

Regulator mengatakan akan bertemu pada Minggu (17/1) untuk memutuskan permintaan penggunaan darurat untuk CoronaVac dan vaksin Inggris tersebut.

AstraZeneca gagal mengirimkan bahan-bahan aktif ke Brasil selama akhir pekan, sehingga pemerintah harus terburu-buru mengimpor vaksin dosis jadi dari India untuk memulai vaksinasi.


Berita Lainnya :


Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar