Presiden Iran Mengatakan Kebijakan Era Trump tentang 'Tekanan Maksimum' terhadap Teheran 'Sudah Berakhir'
Awal pekan ini, pemimpin Iran membual bahwa kemungkinan kekalahan Donald Trump dalam pemungutan suara 3 November menandakan bahwa "rezim yang memimpikan kejatuhan pemerintah Iran sendiri telah digulingkan dengan cara yang sangat memalukan."
Kebijakan administrasi Trump tentang 'tekanan maksimum' terhadap Teheran telah terbukti tidak efektif dan akan segera berakhir, Presiden Iran Hassan Rouhani mengumumkan.
"Semua tanda di AS dan di tempat lain menunjukkan bahwa dunia telah menyadari bahwa kebijakan 'tekanan maksimum' tidak berhasil dan jamannya telah berakhir," kata Rouhani, berbicara dalam upacara yang didedikasikan untuk pembukaan lembaga pendidikan baru dan rumah sakit pada hari Kamis, menurut Kantor Berita Tasnim.
Rakyat Iran, lanjut Rouhani, akan berharap segera bisa "menikmati buah dari perlawanan dan kesabaran mereka" dalam menghadapi tekanan AS.
“Dengan bantuan satu sama lain, kita akan mengatasi penyakit virus korona, dan dengan persatuan nasional, kohesi, dan kepemimpinan revolusioner [Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei] kita akan mengatasi sanksi,” katanya.
Pernyataan Rouhani datang kurang dari 24 jam setelah dia menuduh Trump menjalankan kebijakan luar negeri yang dipandu oleh "rezim Zionis" dan sesumbar bahwa pemerintah AS yang mengupayakan jatuhnya Republik Islam sendiri "telah digulingkan".
Presiden Iran telah berulang kali mengubah retorika "tekanan maksimum" yang digunakan oleh pejabat pemerintahan Trump terhadap mereka.
Pada bulan September, setelah Washington gagal meyakinkan sekutunya dan anggota Dewan Keamanan PBB lainnya untuk memperpanjang embargo senjata PBB terhadap Teheran tanpa batas waktu, Rouhani menyindir bahwa kebijakan "tekanan maksimum" AS telah berubah menjadi salah satu "isolasi maksimum Amerika Serikat".
Pemerintahan Trump meluncurkan kampanye 'tekanan maksimum' terhadap Iran pada 2018, segera setelah menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran, sebuah perjanjian internasional yang menawarkan keringanan sanksi kepada Teheran dengan imbalan komitmen untuk tidak mengejar senjata nuklir.
Rouhani baru-baru ini mengungkapkan harapan bahwa pemerintahan yang mengikuti Trump akan "menggunakan kesempatan untuk menebus kesalahan [AS] di masa lalu".
Teheran juga telah menyuarakan optimisme tentang bekerja sama dengan pemerintahan Biden yang potensial, tetapi juga telah memperingatkan bahwa mereka tidak akan setuju untuk merundingkan kembali perjanjian nuklir, seperti yang diusulkan Joe Biden dan hanya mengizinkan AS untuk bergabung kembali.
Pemerintahan Trump menampar Iran dengan sanksi tambahan pada hari Selasa. Sebelumnya, Axios melaporkan bahwa Gedung Putih akan berusaha untuk "membanjiri" Teheran dengan pembatasan baru untuk mempersulit calon penggantinya untuk kembali ke kesepakatan nuklir 2015.
- Source : sputniknews.com