Rapid Test Super Murah Dari Lion Air, Sentilan Keras Buat Para Mentri Jokowi!
Isu reshuffle kabinet masih hangat. Banyak sekali beredar daftar menteri baru di medsos dan grup WA. Kebanyakan sih nggak serius alias becanda, masak Menteri Pertahanan diganti sama Rizieq Shihab dan Mendagrinya adalah Fadli Zon? Hehehe… Sedangkan di media, banyak prediksi dan usulan dari pengamat politik maupun dari para politisi. Di antara kehangatan berita reshuffle kabinet, ada sebuah berita di luar topik itu namun saya kira malah bisa jadi berhubungan erat dengan masalah yang bikin Presiden Jokowi marah-marah di depan para menteri. Yakni soal kinerja mereka.
Berita yang saya maksud adalah Lion Air menawarkan layanan Rapid Test Covid-19 untuk para penumpangnya. Berdasarkan Surat Edaran (SE) Gugus Tugas No. 7 Tahun 2020, hasil Rapid Test yang non-reaktif atau hasil tes PCR negatif merupakan salah satu syarat yang harus disiapkan oleh para calon penumpang pesawat (domestik). Sedangkan SE Gugus Tugas No.9 Tahun 2020 menetapkan bahwa masa berlaku kedua jenis tes ini adalah selama 14 hari pada saat keberangkatan Sumber Sumber.
Nah, beberapa maskapai penerbangan pun mulai menawarkan layanan Rapid Test. Tujuannya ya memberi kemudahan bagi para calon penumpang, sekaligus sebagai bagian dari upaya mereka menarik calon penumpang untuk memilih penerbangan mereka tentunya. Lion Air menjadi sangat istimewa, karena penawaran layanan Rapid Test-nya menjadi yang paling murah di antara semua maskapai, termasuk layanan Rapid Test dari Bandara Soetta sendiri. Garuda Indonesia menawarkan Rapid Test seharga Rp 315.000. Sriwijaya Air membanderol dengan harga Rp 300.000. Sementara Bandara Soekarno-Hatta memberikan harga Rp 225.000. Dan Lion Air, termurah di angka hanya Rp 95.000 Sumber Sumber.
Wow! Asli murah. Jauh sekali dibanding dengan harga yang ditawarkan oleh berbagai rumah sakit. Rapid Test di Lion Air khusus untuk calon penumpang yang sudah memiliki tiket penerbangan Lion Air. Layanan ini tersedia di 3 maskapai dalam Lion Air Group, yaitu Lion Air, Wings Air dan Batik Air. Pelaksanaannya bekerja sama dengan Klinik Lion Air Medika. Nampaknya klinik ini juga merupakan bagian dari Lion Air Group. Pada tahap awal penawaran layanan ini, Rapid Test Covid-19 baru tersedia di 4 lokasi kantor Lion Air di Jakarta dan Tangerang saja. Memang masih ada keterbatasan, namun hal ini sudah cukup meringankan beban penumpang.
Saya tidak sedang meng-endorse Lion Air. Di mata saya, penerbangan Lion Air banyak kelemahannya, terutama di jadwal yang sering molor. Saya pribadi pernah mengalami molornya jadwal penerbangan Lion Air hingga berjam-jam. Bikin kesel dan capek. Oleh sebab itu, terus terang Lion Air bukan merupakan maskapai yang akan saya pilih, misalnya ketika mau mudik. Namun, dalam hal penyediaan layanan Rapid Test Covid-19, saya memuji langkah manajemen Lion Air. Yang bahkan menurut saya sih bagai sentilan keras terhadap kinerja para menterinya Presiden Jokowi.
Apa yang diajarkan oleh kebijakan Lion Air ini? Pertama, di masa yang sulit, sediakan cara untuk mempermudah. Ketika warga masyarakat merasa sulit karena harus mencari tempat melakukan Rapid Test dulu sebelum bisa bepergian, Lion Air mempermudah dengan menyediakan tempatnya. Ini namanya pelayanan sekaligus tentu saja upaya marketing untuk menarik banyak calon penumpang (dan mendapatkan keuntungan). Bedanya, menteri itu kan bekerja tidak untuk mendapatkan keuntungan. Fokusnya kan pada pengabdian, untuk mempermudah rakyat. Sebagai contoh, jika data masyarakat miskin jadi kendala untuk memberikan paket sembako atau BLT, ya dipermudah dong. Bukannya malah rakyat yang mesti berdemo karena merasa ada ketidakadilan dalam pembagian bantuan tersebut.
Kedua, kalau bisa dibikin murah, ya tidak perlu dibikin mahal. Dalam memformulasikan kebijakan di korporasi, terutama di masa sulit/khusus seperti sekarang ini, pasti ada hal-hal yang dikurangi atau dimepetkan profitnya. Untuk keuntungan lebih besar di hal lain. Mungkin Lion Air hanya mendapatkan profit sekitar 5 sampai 10 ribuan saja per satu Rapid Test. Namun bisa mendapatkan banyak calon penumpang dari hal ini. Ya namanya perusahaan swasta pasti mencari keuntungan. Sementara menteri yang tidak perlu mencari keuntungan (profit), yang malah dikasih dana anggaran, kenapa tidak bisa menekan harga Rapid Test di rumah sakit? Ini kan jadi semacam tamparan buat para menteri kabinet Jokowi.
Ketiga, Lion Air memanfaatkan semua sumber di dalam grupnya, untuk bisa menawarkan layanan yang memudahkan para calon penumpangnya. Dalam hal ini, ada klinik di dalam Lion Air Group yang bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk akhirnya keluar kebijakan Rapid Test murah. Kenapa para menteri Presiden Jokowi tidak bisa? Ada berapa juta PNS yang tersebar di seluruh Indonesia? Bukan kah mereka bisa diminta untuk memverifikasi data masyarakat miskin yang butuh bantuan selama pandemi Covid-19? BUMN juga punya klinik yang bisa diberi pekerjaan untuk melaksanakan Rapid Test murah, bahkan gratis. Yang pasti semua kementrian punya dana anggaran dan fasilitas buat bergotong royong menangani dampak pandemi Covid-19 secara cepat dan efisien. Satu contoh bagus yang diberikan oleh Mendikbud Nadiem, ketika meminta TVRI menayangkan program pendidikan buat anak-anak sekolah belajar di rumah. Ini sudah benar dan memudahkan.
Boleh dong saya bilang, wahai para menteri, belajar lah dari Lion Air dalam mengeluarkan kebijakan layanan Rapid Test termurah se-Indonesia. Yang kreatif dong, manfaatkan dana anggaran, fasilitas dan jaringan yang ada. Manfaatkan semua infrastruktur yang sudah capek-capek dibangun oleh Presiden Jokowi. Berikan kemudahan dan layanan murah buat rakyat!
- Source : seword.com