Setengah Tahun Ahok di Pertamina, Setoran ke Negara Naik 7 Persen Jadi 85T!
Seorang Ahok yang kerap dituduh penista agama hingga dijebloskan ke penjara nyatanya masih menyimpan rasa nasionalisme tinggi. Awal mula ia diisukan masuk Pertamina sudah menuai penolakan banyak pihak termasuk dari organisasi buruh dan PA 212. Tapi, bukan Ahok namanya kalau tak mampu membalik keadaan.
Beberapa saat ia menduduki kursi komisaris utama, dia berhasil mempresentasikan Pertamina di kancah dunia. Ahok membuat sistem Pertamina menjadi lebih transparan, mulai dari hulu ke hilir. Pembangunan 2 kilang sudah ditargetkan rampung tahun 2026. Selain itu, Ahok melaksanakan amanah Jokowi untuk mengembangkan B30 dari kelapa sawit.
Kini Ahok semakin membuat Pertamina berjaya dengan mencatatkan kenaikan laba dibanding tahun sebelumnya. Seperti diberitakan industry.co.id, PT Pertamina mecatatkan perolehan laba bersih sebesar 2,53 miliar dolar AS atau setara Rp35,8 triliun.
Hal tersebut berdasarkan Laporan Keuangan Pertamina tahun buku 2019 yang disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang berlangsung di Jakarta Kamis (18/6).
RUPST juga memutuskan menyetor dividen tunai sebesar Rp8,5 triliun. Dividen ini naik sekitar 7% dibanding tahun lalu yang sebesar Rp7,95 triliun.
“Kami bersyukur Pertamina dapat menorehkan berbagai pencapaian dan mempertahankan laba bersih stabil, sama dengan tahun sebelumnya,” kata VP Komunikasi Perusahaan Pertamina Fajriyah Usman.
Perlu diketahui, Pertamina berhasil mempertahankan bisnis produksi migasnya pada tahun 2019 dengan pengeboran 322 sumur pengembangan, 14 sumur eksplorasi dan melakukan 751 kegiatan workover, serta 13.683 well services.
“Saat ini, Pertamina telah memiliki lapangan migas yang yang tersebar di 13 negara di benua Asia, Afrika, Amerika, dan Eropa. Dari lapangan tersebut, kami berharap dapat mendukung aspirasi pemerintah mencapai 1 juta BOPD dan 4 ribu MMSCFD pada tahun 2024,” kata Fajriyah Usman.
Selain itu untuk mendukung ketahanan ekonomi negara, pada tahun 2019 Pertamina juga mencatat capaian penting dengan adanya penurunan nilai impor crude sebesar 35 persen dan produk sebesar 11 persen.
"Langkah ini dapat menghemat devisa sebesar 7,3 miliar dolar AS atau Rp109 triliun," pungkasnya.
Percaya atau tidak, pencapaian Pertamina ini tak lepas dari tangan dingin seorang Ahok. Kegigihannya dalam bekerja serupa dengan Jokowi yang tulus membangun bangsa. Maka tak heran kalau ia sering dicemooh anggota parlemen sebagai komut rasa dirut. Tapi sindiran tersebut tak lantas menghentikan langkahnya, malah semakin memotivasinya untuk memajukan Pertamina.
Selain memajukan Pertamina, Ahok juga tanggap terhadap isu kemanusiaan khususnya saat pandemi corona. Dari awal munculnya kasus, dengan sigap ia menyiapkan RS Pertamina Jaya sebagai RS khusus corona sesuai arahan Erick Thohir. Ahok beserta jajarannya juga menyulap lapangan bola sebagai RS Pusat Pertamina untuk menambah pelayanan pasien corona.
Kini Pertamina sedang menyiapkan holding BUMN untuk menjawab tantangan Erick Thohir dalam pembuatan mobil listrik. Ini sangat mendukung program Jokowi dalam pemanfaatan tambang nikel yang diolah sebagai baterai untuk mobil listrik. Selain itu, Pertamina tengah menyiapkan gasifikasi batubara untuk mengolah batubara sebagai energi alternatif.
Jadi, prestasi Pertamina bisa dibayangkan ke depannya akan seperti apa. Tinggal menaruh Ahok sebagai komut saja, satu BUMN bisa diobrak abrik dan diarahkan untuk maju pesat. Akhirnya Pertamina akan menjadi perusahaan negara yang memberi banyak keuntungan bagi bangsa dan kemajuan usahanya.
Semoga Erick Thohir bisa menemukan orang yang setara dengan Ahok untuk membenahi BUMN lain seperti PLN. Saya yakin tak kurang stok orang baik di negeri ini dan berani menghadapi mafia. Tapi kalau kesulitan lebih baik menggilir Ahok d BUMN yang kritis.
Seperti BUMN listrik yang akhir-akhir ini menimbulkan kontroversi. PLN dari tahun ke tahun mengaku rugi padahal memonopoli pasokan listrik. Padahal subsidi pengguna 450 VA dan 900 VA berasal dari APBN. Lantas kenapa PLN malah seakan membebankan subsidi tersebut kepada pengguna lain? Ini miris sekali.
Padahal Pertamina yang dibuat satu harga di seluruh Indonesia tidak sampai merugi. Malahan mencatatkan laba lebih tinggi. Haruskah Ahok ditaruh jadi Dirut atau Komut selama setahun agar PlN bisa berubah? Tampaknya Erick Thohir harus mempertimbangkan hal ini.
Kalau dirasa Ahok masih urgent di Pertamina, maka ia bisa merangkap Komut juga di PLN. Biarlah ia membenahi perusahaan yang sekarat karena korupsi dan manjamen bobrok tersebut. Kita yakin kalau setengah tahun Ahok di Pertamina bisa menaikkan keuntungan jadi 7 persen, maka setahun di PLN sudah cukup untuk membawa perusahaan yang semula buntung jadi untung.
Referensi:
- Source : seword.com