2 BUMN Di Bawah ET Ciptakan Ventilator Lebih Murah 50 Kali Ketimbang Impor!
Pandemi corona memberi dampak negatif sekaligus positif bagi negeri ini. Dampak negatifnya tentu saja roda ekonomi yang melambat dan mempengaruhi beberapa sektor hingga ancaman PHK yang jadi nyata. Tapi, dibalik itu semua ada dampak positif yakni dorongan untuk mandiri bagi industri dalam negeri terutama BUMN kita.
Ini tak lepas dari pernyataan Erick Thohir beberapa saat lalu soal adanya mafia alkes. Beberapa alat kesehatan terus bergantung impor hingga bahan bakupun harus disuplai asing. Tentu saja harga barang impor jaub lebih mahal dan menguras kantong negara. Padahal nyatanya dengan sedikit inovasi nyatanya perusahaal pelat merah kita bisa akhirnya bisa memproduksi alat kesehatan seperti ventilator.
Sebelumnya diberitakan tempo.com, Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, Arya Sinulingga, menduga ada praktik mafia alat kesehatan di Tanah Air. Dugaan ini muncul lantaran tingginya impor Indonesia untuk produk-produk tersebut, salah satunya ventilator.
Padahal, kata Arya, ternyata dalam satu bulan saja sudah ada beberapa pihak di dalam negeri yang bisa merancang dan mengembangkan ventilator lokal, antara lain Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, hingga Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. "Kenapa selama ini mesti impor? Berarti ada trader. Pak Erick berpikir pasti ada yang memaksa ingin trading terus. Ini terbukti, ternyata kita bisa bikin ventilator," ujar Arya dalam sebuah diskusi daring, Ahad, 19 April 2020.
Arya mengatakan Kementerian BUMN belum mengidentifikasi lebih jauh siapa pemain dalam masalah ini. Hanya saja, ia melihat ada perilaku yang mengindikasikan bahwa Indonesia lebih senang membeli ketimbang membuat sendiri. "Mungkin untung lebih besar. Ke situ saja. Bukan identifikasi. Jadi kenapa lama betul tidak buat di sini."
Di tengah pandemi corona saat ini, ventilator-ventilator rancangan lokal masih diuji. Kalau sudah selesai dan bisa dibuat secara massal, Arya mengatakan, Kementerian BUMN akan segera menunjuk PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad, dan PT LEN untuk memproduksinya. Bila produksi itu bisa diwujudkan, tuturnya, berarti selama ini Indonesia memang bisa memproduksi ventilator di dalam negeri. "Selama ini kita ngapain saja?" kata dia.
Kini ungkapan Erick Thohir dan stafnya soal mafia alkes terbukti benar. Nyatanya 2 BUMN di bawahnya nyatanya mampu memproduksi sendiri ventilator dengan harga jauh di bawah harga impor. Lebih mengejutkan lagi inovasi ini bukan dari BUMN farmasi melainkan BUMN alutsista.
Seperti diberitakan kompas.com, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengunggah kabar gembira di akun resmi Instagramnya pada Sabtu (25/04/2020).
Ridwan Kamil mengunggah video terkait ventilator buatan PT Pindad yang bekerja sama dengan UI dan UGM.
Video yang sudah ditonton lebih dari 500 ribu kali, memperlihatkan, harga ventilator impor yang bernilai ratusan juta rupiah untuk pasien covid-19, kini bisa dibeli dengan harga belasan juta rupiah.
Apalagi ventilator yang dimaksud tidak lagi dari impor, melainkan buatan dalam negeri.
"Ventilator untuk pasien covid yang selama ini impor dan mahal sekitar 500-700 juta rupiah per unit, sekarang bisa turun menjadi hanya 10-15 juta rupiah per unit produksi PT Pindad untuk tipe pasien akut dan PT DIrgantara Indonesia untuk tipe pasien moderat.” Tulis Ridwan Kamil.
Rencananya PT Pindad bersama UI dan UGM, dapat memproduksi ventilator tersebut sebanyak 200 unit dalam sebulan.
Tak hanya itu, PT DI, biasanya memproduksi pesawat terbang, bekerja sama dengan ITB juga Yayasan @salmanitb bisa memproduksi 500 ventilator per minggu.
Ridwan Kamil targetkan semua rumah sakit yang merawat pasien covid tidak akan kekurangan alat bantu pernapasan atau ventilator lagi dan tidak usah impor lagi.
Menurutnya kerja sama dari para inventor dan industri di Jawa Barat berkontribusi untuk Indonesia dan dunia dalam menangani masalah covid-19.
Akhirnya kita harus mengapresiasi upaya Menteri BUMN kita dalam mencari solusi untuk mewujudkan kemandirian dalam negeri terutama bidang kesehatan. Kita juga harus mengapresiasi Ridwan Kamil yang senantiasa menebar optimis dibanding Gubernur sebelah yang dikit-dikit menakuti dengan angka kematian, mengemis bansos hingga memfitnah pemerintah pusat.
Selama ini Erick Thohir sering menyebutkan banyak BUMN yang memiliki anak usaha yang jauh melenceng dari induknya. Tapi untuk urusan mendesak saat pandemi corona saat ini kenapa tak terdengar inovasi dari BUMN untuk membuat anak usaha pada bidang kesehatan. Inilah lucunya BUMN kita.
Untungnya kementrian BUMN dipegang oleh orang yang memiliki visi misi jauh ke depan. Dengan sigap Erick mengubah PT Pindad dan PT DI untuk bisa memproduksi ventilator. Harganya juga di sekitar 10 jutaan alias seperlimapuluh harga impor. Andai bukan Erick Thohir kita pasti tak akan bisa berpikir mandiri sejauh ini.
Jokowi tak salah pilih menempatkan Erick di pos BUMN. Dia memiliki keberanian dan dedikasi kuat pada negeri ini. Erick bukan hanya membuat para mafia ketakutan dan menahan nafas, dia juga memberi solusi jitu agar Indonesia mandiri dalam negeri. Tentunya Erick akan mengalami banyak tekanan untuk ini. Tapi jauh di atas itu, kecintaannya pada Indonesia dan rakyat menjadikannya berani melawan mafia.
Referensi:
https://bisnis.tempo.co/amp/1333232/staf-erick-thohir-duga-ada-yang-paksa-ri-terus-impor-ventilator
- Source : seword.com