Satu Lagi Stafsus Milenial Mundur, Andi Taufan
Setelah Staf Khusus Presiden Jokowi, Belva Devara, mundur, kini menyusul Andi Taufan Garuda Putra yang juga mengundurkan diri dari jabatannya sebagai staf khusus (stafsus) Presiden Jokowi.
"Perkenankan saya untuk menyampaikan informasi pengunduran diri saya sebagai Staf Khusus Presiden Republik Indonesia yang telah saya ajukan melalui surat pada 17 April 2020 dan kemudian disetujui oleh Bapak Presiden," kata Andi Taufan dalam suratnya.
"Pengunduran diri ini semata-mata dilandasi keinginan saya yang tulus untuk dapat mengabdi secara penuh kepada pemberdayaan ekonomi masyarakat, terutama yang menjalankan usaha mikro dan kecil," imbuhnya.
Andi Taufan sebelumnya sempat menjadi sorotan dari masyarakat luas dan dikritk keras karena suratnya kepada seluruh Camat di Indonesia dengan nomor 003/S-SKP-ATGP/IV/2020 dan Kop Surat Setneg yang diterbitkannya pada tanggal 1 April 2020.
Dalam surat itu disebutkan ada kerja sama dengan PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) miliknya yang akan berpartisipasi dalam menjalankan program relawan desa lawan COVID-19.
Cakupan komitmen bantuan yang akan diberikan oleh perusahaan miliknya itu, Amartha, yaitu terkait edukasi COVID-19 dan pendataan kebutuhan APD di seluruh Puskesmas.
Atas hal itu, Andi Taufan minta bantuan dukungan dan partisipasi seluruh perangkat desa agar pelaksanaan program kerja sama tersebut berjalan dengan baik dan efektif.
Untuk menggolkan bisnisnya itu, Andi Taufan lalu menyertakan Kop Surat dengan logo Setneg dalam surat tersebut. Padahal Andi Taufan ini adalah pendiri sekaligus CEO PT Amartha itu.
Prilaku yang tidak terpujinya itu mungkin baginya adalah sesuatu yang enteng dan wajar-wajar saja karena dia tahu posisinya sangat kuat sebagai staf khusus milenial Presiden Jokowi.
Sangat disayangkan jabatannya yang prestisius itu dijadikan sandaran baginya untuk menjalankan bisnis pribadinya dengan jualan kop surat dengan logo Setneg.
Tentu saja prilakunya yang tak elok itu menimbulkan polemik dan memantik gelombang protes dari masyarakat. Akhirnya terkuak juga hukum positif yang berkeadilan bahwa negara tidak pandang bulu, sehingga Andi Taufan pun mendapat teguran yang sangat keras dari Istana Negara.
Kantor Staf Presiden (KSP) pihak Istana melayangkan teguran keras kepada Andi Taufan karena telah lancang menggunakan Kop Surat dengan logo Setneg.
"Yang bersangkutan sudah ditegur keras dan sudah meminta maaf secara terbuka juga melalui surat yang sudah diviralkan yang kita tahu belakangan ini. Jadi saya kira itu kesalahan yang tidak bisa atau tidak boleh diulang lagi yang bersangkutan juga sudah mengaku salah dan meminta maaf secara terbuka," ujar Tenaga Ahli Utama KSP Donny Gahral Adian.
Bahkan pimpinan Komisi II juga resah dan gelisah sehingga bersuara keras minta agar Seskab segera melakukan audit yang menyeluruh kepada Stafsus Presiden Andi Taufan itu.
Andi Taufan akhirnya minta maaf atas suratnya tersebut, dan Surat yang ditujukan ke seluruh Camat di seluruh Indonesia untuk mendukung program relawan desa lawan COVID-19 dia tarik kembali dari peredaran.
Setelah digempur sana sini, akhirnya Andi Taufan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Stafsus Milenial Presiden Jokowi. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Ini adalah pelajaran yang sangat berharga bagi para Stafsus Milenial Presiden Jokowi lainnya, lain kali jangan lancang.
Menurut saya yang rakyat jelata ini, pengunduran diri Andi Taufan dari jabatannya sebagai Staf Khusus Milenial Presiden Jokowi bukan murni semata-mata karena kesadaran atas kekeliruannya yang fatal.
Akan tetapi pengunduran dirinya itu karena terpaksa. Ya, terpaksa karena kebusukannya itu ketahuan. Terpaksa merelakan gajinya yang Rp 50 juta agar bisnisnya dengan omzet triliunan dari uang negara akan tetap jalan tanpa ada hambatan.
Sebetulnya boleh-boleh saja Andi Taufan ini menjalankan bisnisnya, tapi harus di luar koridor ruang lingkup negara. Sebab apapun alasannya, sangat tidak etis berada dalam jajaran pemerintahan
Apalagi sekaliber ruang lingkup Istana Negara yang seharusnya menjadi tim yang mendukung Presiden Jokowi, tapi malah justru memanfaatkannya untuk meraup keuntungan pribadi.
Padahal kalau dia mau, tanpa jualan Kop Surat Setneg pun proyeknya akan tetap jalan karena sudah "direstui" dengan anggaran APBN. Kecuali perusahaannya itu perusahan siluman yang dia susupkan dalam proyek negara, itu lain cerita.
Jangan merasa sakti dan pinter sendiri. Sebab rakyat butuh anak muda-anak muda yang loyal dan santun dalam ruang lingkup lingkaran Istana Negara, bukan sebaliknya.
Tapi ya sudahlah. Inilah akhir cerita cinta. Banyak jalan menuju Roma, banyak cara untuk mengabdikan diri kepada negara tanpa harus berkecimpung dalam lingkaran Istana dan membebani Presiden dengan kepentingan pribadi.
Game is over. Sayonara, bye bye, adios amigos, hasta lavista. Sudah itu saja ya.
- Source : seword.com