Rendahnya Permintaan Global Buat Harga Minyak Turun Ke Level Terendah Dalam 18 Tahun
Melambatnya ekonomi global berimbas pada anjloknya harga minyak hingga ke level terendahnya sejak tahun 2002, dengan harga minyak mentah Brent turun hingga lebih dari tujuh persen menjadi hanya USD 22 per barelnya. Bisa dikatakan bahwa saat ini industri minyak tengah menghadapi permintaan terendahnya di sepanjang sejarah.
Patokan harga minyak AS West Texas Intermediate (WTI) sempat mencapai harga terendahnya, yakni USD 19 per barel sebelum akhirnya kembali merangkak naik menjadi USD 22 per barelnya.
Dalam sebulan terakhir, harga minyak anjlok hingga lebih dari setengah harga normalnya lantaran banyak perusahaan di dunia mengurangi dan menutup produksi mereka sebagai imbas dari pandemi COVID-19.
Di tengah situasi yang serba susah ini, para pedagang memperkirakan surplus minyak global bisa mencapai 25 juta barel per harinya pada bulan depan. Buntutnya, kapasitas penyimpanan minyak di seluruh dunia bisa penuh hanya dalam waktu beberapa minggu saja.
“Ini adalah kehancuran harga minyak paling bersejarah, dan kehancuran ini masih akan berlanjut lantaran sistemnya kehabisan ruang untuk menyimpan seluruh pasokan minyak,” Jason Bordoff, mantan penasehat energi di masa pemerintahan Obama sekaligus pendiri Center on Global Energy Policy di Columbia Univeristy mengatakan.
“Situasinya akan menjadi parah. Kita akan menyaksikan timbunan produksi minyak,” Bordoff memperingatkan.
Perlu diketahui, harga minyak sudah anjlok sejak awal bulan lalu, lantaran negara-negara OPEC+ tidak setuju untuk mengurangi produksi minyak ditengah situasi seperti sekarang ini.
Pada hari Sabtu, kepala Russian Direct Investment Fund (RDIF) Kirill Dmitriev mengatakan kesepakatan baru untuk menstabilkan pasar minyak bisa dicapai asalkan ada lebih banyak negara yang mendukung inisiatifnya.
Kepada kantor berita Reuters, Dmitriev mengatakan pandemi virus corona menjadi “tantangan terbesar” yang memicu timbulnya krisis keuangan global dan berbuntut pada resesi.
Oleh karena itu, untuk mengimbangi kejatuhan ekonomi akibat virus corona, seluruh negara harus bersatu, termasuk dalam mendukung gagasan pembatasan produksi guna mengakhiri turbulensi di pasar minyak.
- Source : www.rt.com