Kasus Corona di Jakarta Tembus 6.000, Bagaimana Ini, Tuan Gubernur?
Per Minggu sore (18/5/20), menurut data yang dilansir dari laman Kompas.com berdasarkan keterangan resmi dari Achmad Yurianto selaku Jubir resmi pemerintah terkait progress kasus Corona di Indonesia, akhirnya Jakarta benar-benar sudah menembus 6.000 kasus terkonfirmasi.
Kita pun segera ingat akan “prediksi” (yang malah dianggap sebagian orang sebagai target) kasus Corona yang pernah disampaikan Gubernur DKI Jakarta menjelang pertengahan Maret 2020 lalu.
Saat itu, berbicara dalam acara Mata Najwa, orang ini mengaku sudah membuat simulasi terburuk dari penyebaran virus Corona di Ibu Kota, jika tidak ada langkah serius dalam mencegah penyebaran virus tersebut.
“Kalau dua minggu ke depan kita tidak melakukan langkah-langkah yang serius, punya potensi bisa 6 ribu kasus, 840 parah, 300 kritis. Ini simulasi dengan menggunakan skenario terburuk," kata DKI-1 waktu itu, dilansir dari laman CNNIndonesia.com.
Orang ini, yang masih enggan saya sebutkan namanya, juga menyebut model penanganan dari tiga negara, yakni Singapura, Vietnam, dan Selandia Baru yang akan diterapkan di wilayah kekuasaannya, sambil mengaku bahwa dirinya sudah mengumpulkan seluruh jajarannya dan pihak terkait untuk menjalankan pencegahan sejak awal agar tak terjadi peningkatan.
Selanjutnya, Gubernur hasil pilihan 58 persen penduduk Jakarta tersebut juga mengaku ingin melakukan langkah pencegahan dengan cepat, sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah daerah dalam melindungi masyarakat agar tak terinfeksi virus Corona.
"Lebih baik melakukan langkah lebih, langkah yang ekstra meskipun konsekuensi finansialnya tinggi, konsekuensi ekonomi tinggi, tapi itu akan menyelamatkan warga dari potensi corona virus," katanya saat itu.
Katanya ...
Rencananya ...
Menurut pengakuannya ...
Tapi entah realisasinya di lapangan ....
Buktinya, kita melihat pelaksanaan PSBB yang masih terkesan amburadul, dimana ketegasan terhadap aturan rasanya malah seperti dianggap angin lalu oleh masyarakat. Lihat saja bagaimana berturut-turut kerumunan saat hari terakhir McDonald’s Sarinah, lalu yang lagi ramai sekarang adalah keramaian yang kembali terjadi di lokasi pasar Tanah Abang, dimana tak terlihat adanya petugas yang berjaga-jaga di lokasi, meskipun warga terlihat memadati pasar untuk melakukan transaksi jual-beli seperti saat keadaan normal.
Setelah semuanya ini terjadi, tak juga terlihat tanda-tanda “orang ini” mau berkordinasi dengan baik bersama pemerintah pusat, supaya pandemi Corona tidak semakin menggila di daerah yang menjadi episentrum persebaran virus Corona ini. Parah sekali, bukan?
T’rus ... mana yang disebut telah melakukan upaya pencegahan, kalau kerumunan saja dibiarkan tanpa pernah ada tindakan tegas, misalnya melarang aktivitas pasar khususnya menjelang Lebaran yang biasanya memang menjadi pusat kerumunan warga?
Apakah DKI-1 takut untuk berkonflik dengan pihak-pihak yang selama ini menguasai Tanah Abang, sehingga orang ini menjadi tak berdaya untuk melakukan larangan atau mengambil tindakan tegas? Atau ... apakah berlebihan jika lantas ada yang curiga dan menyebut bahwa semua ini semacam skenario? Semoga dugaan tadi keliru ...!
Riza Patria sebagai Wakil Gubernur yang mengaku Pemprov DKI Jakarta sudah menutup Tanah Abang, tetapi faktanya terpantau ada perdagangan dari para PKL yang kembali membuka lapak ... rasanya sama saja seperti Gubernurnya, yang cuma bisa beretorika tapi faktanya sudah nyaris seminggu PKL Tanah Abang berjualan, tapi tak ada tindakan tegas sama sekali.
Eh, duo pimpinan Jakarta ini sudah tahu belum ada cafe yang baru saja digerebek Polres Metro Jakarta Utara pada Minggu dini hari (17/5), karena ada pelanggaran PSBB dan diduga terjadi aktivitas prostitusi di sana?
asanya daftar ini bisa panjang banget kalau mau saya teruskan, hanya untuk mengingatkan dan semoga fakta-fakta yang berkembang saat ini membuat DKI-1 ini segera sadar diri, lalu bergegas melakukan upaya nyata demi menahan laju pertambahan kasus Corona, dimana Jakarta masih menjadi jawaranya. Bagaimana ini, Tuan Gubernur? Kapan mau serius menangani Corona, seperti yang berkali-kali Anda sampaikan saat menggelar konferensi pers?
Kalau masih bisa disadarkan lho ... wong teguran dari 3 menteri terkait penanganan Corona ini saja malah terkesan dilawan, kok!
Minimal mulai “turun gunung” begitu lho, melihat fakta di lapangan, tak cuma dengan bisikan atau membaca dari media. Lihat sendiri betapa seriusnya ancaman pertambahan kasus Corona terutama periode H-7 sampai H+2 Lebaran. Atau mau memprediksi lagi ... jadi 40.000 kasus begitu, seperti “data sebenarnya” yang belum lama ini disebutkan?
Sumber berita:
(1) https://www.kompas.com/covid-19
- Source : seword.com