Sirkuit Formula E Telan Dana Lebih Besar Ketimbang Bangun Bandara. Benarkah?
Gelaran Formula E di Jakarta 6 Juni mendatang mendapat banyak sorotan media. Bukan karena pertama kali menjadi tuan rumah, tapi lebih karena sejumlah kontroversi yang ada. Polemik kebohongan ijin penggunaan Monas oleh pihak terkait telah beredar. Naasnya biaya pembangunan sirkuitnya saja lebih mahal ketimbang pembangunan bandara, yakni bandara Mianggas atau bandara Sukabumi.
Sebelumnya dilansir dari liputan6.com, balap mobil ramah lingkungan (Formula E) akan dilangsungkan di kawasan Monumen Nasional (Monas) dengan konsep sirkuit jalan raya, layaknya Formula1 (F1) di Singapura.
Dijelaskan Dwi Wahyu Daryoto, Direktur Utama PT Jakarta Propertindo (Jakpro), sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk pembangunan infrastruktur Formula E di Jakarta, biaya yang dibutuhkan bisa mencapai Rp300-an miliar, tergantung kesepakatan dengan penyelenggara Formula E, ABB Formula E Champinship.
"Itu untuk pembangunan segi safety-nya, paddock-nya, pitstop-nya, dan semua prasarananya. Biaya juga dibantu sama mereka sebagian, misalnya biaya desain trek kan masuk di mereka juga, termasuk spesifikasinya segala macam. Ya, antara Rp300 sampai Rp350 miliar," jelas Dwi, selepas konfrensi pers Jakarta E-Prix, di Monas, Jakarta Pusat.
Biaya tersebut bisa bertambah karena ada bongkar pasang sirkuit yang nantinya lewat di atas batu alam Monas. Seperti dilansir tempo.com, PT Jakarta Propertindo atau Jakpro akan membongkar batu alam atau cobblestone di Monas untuk membuat lintasan sirkuit balap Formula E sesuai standar FIA. Rencananya lantai Monas akan diganti dengan aspal.
Direktur Utama PT Jakarta Propertindo Dwi Wahyu Daryoto mengatakan pembongkaran batu alam itu tidak akan menghilangkan serapan air. Menurut Dwi, bagian bawah cobblestone adalah semen sehingga tidak meresap air. "Karena di bawah cobblestone itu bukan tanah," kata dia di Hotel Novotel, Jakarta Pusat, Jumat, 14 Februari 2020.
Dwi mengatakan ada dua opsi untuk cobblestone Monas. Pertama, membongkar cobblestone kemudian melapisinya dengan aspal.
Pilihan kedua, kata Dwi, adalah melapisi cobblestone dengan aspal. Pilihan ini membuat batu alam yang selama ini menjadi lantai Monas tidak perlu dibongkar.
Menurut dia, aspal yang akan digunakan sesuai dengan standar dari Federation Internationale de l'Automobile (FIA) atau Federasi Otomotif Internasional yang menaungi ajang balap Formula E yaitu Grade 3.
"Kalau saya pribadi, berharap aspal itu dipermanenkan saja, jangan dikelupas lagi," ujar Dirut Jakpro itu.
Menurut Dwi, estimasi pengerjaan pengaspalan antara dua sampai tiga bulan. Aspal akan digunakan di titik yang diperuntukkan untuk jalur trek, tribun, pit dan paddock.
Ajang balapan mobil listrik itu akan berlangsung pada 6 Juni mendatang. Sirkuit Formula E di Monas dicanangkan memiliki panjang 2,588 kilometer. Balapan akan berputar searah jarum jam dam memiliki 12 tikungan, yaitu, delapan tikungan ke kanan dan 4 tikungan ke kiri.
Entah apa urgensinya Formula E hingga Pemprov DKI rela mengeluarkan biaya mahal hingga menabrak aturan cagar budaya. Lupakan biaya 1.6 triliun lebih yang maunya menyamai ajang ASIAN Games, biaya sirkuit yang mencapai 350 milyar lebih saja sebenarnya sudah cukup untuk membangun bandara. Contohnya bandara Mianggas atau Sukabumi.
Dilansir dari detik.com, Bandara Miangas di Sulawesi mulai dibangun sejak tahun 2012 untuk menghilangkan keterisolasian Pulau Miangas yang terletak paling utara di wilayah Indonesia.
Pembangunan Bandar Udara Miangas dilaksanakan dengan menggunakan sumber dana APBN sebesar Rp 205 miliar.
Bandar Udara Miangas memiliki panjang landasan pacu (runway) sepanjang 1.400 m x 30 m yang dapat didarati pesawat sejenis ATR-72.
Selain itu, bandar udara tersebut dilengkapi runway strip 1.400m x 150m dan apron 130m x 65m yang mampu menumpang 3 unit pesawat.
Bandar Udara Miangas mampu melayani pesawat jenis ATS dengan kemampuan mengangkut 70 penumpang.
Tak hanya bandara Mianggas, bandara Sukabumi juga menelan biaya lebih kecil ketimbang sirkuit Formula E. Dilansir dari merdeka.com, Presiden Joko Widodo berencana membangun bandar udara (bandara) di Sukabumi, Jawa Barat. Pembangunan bandara tersebut direncanakan akan dilakukan pada akhir 2018.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memperkirakan pembangunan bandara tersebut akan menghabiskan dana sebanyak Rp 250 miliar. Bandara tersebut, nantinya akan menggunakan runway sepanjang 1.600 meter.
"Kemarin Dirjen bilang dengan panjang runway 1.600 meter kira-kira Rp 250 miliar. Kita kerjakan akhir 2018," ujar Menhub Budi saat ditemui di Gedung Kementerian Perhubungan, Jakarta, Senin (4/9).
Saya yakin Anies sadar banyak kerugian dari gelaran Formula E. Awalnya dia merasa begitu bodoh karena kalkulasi. Akhirnya dia terus melabrak aturan hingga hamburkan anggaran karena sudah kepalang basah masuk jurang ambisi.
Dengan segala perhitungan dan kesalahan yang terjadi bisa diambil pelajaran penting di dalamnya. Pilihlah pemimpin yang adil pada rakyatnya. Pintar alokasikan anggaran untuk memeratakan pembangunan yang terwujud dalam kerja nyata. Bukan yang pidatonya soal keadilan sosial dan pribumi, nyatanya malah hamburkan anggaran demi gengsi.
Referensi:
https://m.merdeka.com/uang/pembangunan-bandara-sukabumi-telan-biaya-hingga-rp-250-miliar.html
- Source : seword.com