www.zejournal.mobi
Rabu, 20 November 2024

Menteri Libya: Turki Mencoba ‘MENAKLUKAN’ Libya, Bukan Membawa Perdamaian!

Penulis : RT | Editor : Indie | Senin, 24 Februari 2020 11:36

Disaat Turki mengklaim pihaknya mendukung Government of National Accord (GNA) Libya, menteri luar negeri Libya justru menolak keberadaan Turki di Libya yang dianggapnya tak bedanya dengan “agresi”.

Terkait peran negara asing, seperti Rusia dan Turki, dalam mengakhiri perang sipil di Libya, Menteri Abdul Hadi Al-Hweij belum lama ini melontarkan komentar jujurnya.

“Ketika kita berbicara mengenai perdamaian, tidak ada Erdogan yang muncul di pikiran kami,” Al-Hweij mengatakan. “Dari semua tokoh politik yang terlibat, Erdogan sangat jauh dari kata perdamaian.”

Hal ini disampaikan Al-Hweij dalam Valdai Discussion Club’s Middle East Conference yang dihadirinya ketika tengah berkunjung ke Moskow.

Untuk diketahui, GNA Libya dan Turki menandatangani kerjasama keamanan di bulan November, namun kerjasama tersebut justru dimanfaatkan Turki untuk menempatkan pasukannya di Libya.

Kala itu, Turki beralasan penempatan pasukannya dilakukan untuk membantu Libya berperang melawan rivalnya Libyan National Army (LNA) of Khalifa Haftar.

Sayangnya, bantuan yang diberikan Turki tidak disambut baik Al-Hweij.

“Sudah jelas bahwa ini bukan merupakan bantuan, melainkan sebuah agresi. Ini merupakan cara terbaru Tuki untuk bisa menaklukan Libya.”

GNA sendiri tercengang mendengar pernyataan terbaru Turki soal Libya, hingga Al-Hweij mengatakan: “Mereka berbicara soal kekhawatiran mereka pada Libya, tapi kekhawatiran yang mereka rasakan sama sekali tidak menyelesaikan masalah kami.”

Lebih lanjut Al-Hweij mengatakan bahwa Libya tetap berkomitmen untuk menemukan solusi atas konflik yang melanda negaranya dengan cara diskusi. Menurutnya, “pertama-tama Anda harus mau mendengar dari segala sisi terlebih dahulu, baru kemudian bisa mengambil keputusan.”

Untuk diketahui, Libya mulai dilanda kerusuhan pada tahun 2011. Kala itu, pemberontak yang didukung NATO melancarkan kampanye pemboman yang berbuntut pada penggulingan Muammar Gaddafi selaku pemimpin Libya. Kampanye ini mengubah Libya yang tadinya merupakan negara makmur di Afrika Utara menjadi medan pertempuran yang dikuasai berbagai faksi militan.


Berita Lainnya :

Dalam beberapa tahun terakhir, pasukan Haftar berhasil menang dan menguasai sebagian besar wilayah Libya, keculai ibukota Tripoli.

Dan pada pertengahan Januari lalu, GNA dan rivalnya LNA akhirnya bersedia menggelar pembicaraan tidak langsung di Moskow. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan gencatan senjata di sebagian besar wilayah di Libya sekaligus membuka jalan baru untuk terselenggaranya pertemuan serupa lainnya antar kedua belah pihak.


- Source : www.rt.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar