www.zejournal.mobi
Selasa, 19 November 2024

Ranjau-Ranjau Politik Bagi Ganjar Pranowo

Penulis : Bamswongsokarto | Editor : Anty | Selasa, 01 November 2022 11:52

Merebaknya isu Presiden Joko Widodo bakal merebut kursi Ketua Umum PDIP dari tangan Megawati Soekarnoputri, kian hari kian santer. Isu yang dimunculkan oleh sukarelawan Ganjar Pranowo, menjadi berkembang liar di tengah senyap dan kalemnya PDIP menimbang-nimbang capres yang akan diusungnya.

Dalam situasi seperti ini, seharusnya sukarelawan Ganjar Pranowo sendiri perlu meningkatkan kewaspadaan masuknya penumpang gelap yang sengaja disusupkan oleh lawan politik yang mengaku-ngaku sukarelawan. Kewaspadaan ini perlu agar sukarelawan hanya murni memperjuangkan dan mewakili keinginan masyarakat , tanpa tersusupi musang berbulu domba pihak lawan.

Siasat mengadu domba antara Joko Widodo dengan Megawati tentunya dimanfaatkan oleh politisi-politisi lawan, agar Megawati lebih memilih Puan Maharani menjadi capres PDIP 2024, meskipun elektabilitasnya jeblok. Karena dengan terpilihnya Puan, secara otomatis capres yang lain sudah pasti mendapat angin segar kemenangan.

Siasat busuk adu domba ini sedang dijalankan oleh penumpang gelap mengatasnamakan sukarelawan, agar terjadi kekisruhan internal elit-elit PDIP. Oleh karenanya, belumlah tentu yang namanya sukarelawan itu, murni berkeinginan agar Ganjar Pranowo ataupun Puan Maharani menjadi capres 2024. Serangan utama mereka adalah pelemahan nama dan kepercayaan terhadap Joko Widodo sebagai presiden, dan Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan. Ibarat Panji petualang melemahkan seekor King Cobra ganas, dengan memegang kepalanya maka lemahlah bagian yang lain.

Jika saja Megawati termakan umpan dan lantas memposisikan dirinya berseberangan dengan Joko Widodo, sudah dapat dipastikan Nasden-Demokrat-PKS merasa sangat diuntungkan hingga perhelatan pilpres 2024 nanti. Bahkan kemenangan pun sudah mereka genggam. Mengapa demikian? Ya karena suara PDIP terpecah menjadi 2 kubu, sehingga bukan lagi menjadi lawan yang berat. Hal yang gampang bagi mereka untuk mengalahkan Puan Maharani.

Tetapi hingga kini, tidak ada gejolak kekhawatiran Megawati perihal isu Joko Widodo hendak merebut kursi Ketua Umum PDIP. Ini pertanda bahwa Megawati lebih mempercayai bahwa Joko Widodo bukanlah kader partai yang tidak tahu tata krama politik. Sebuah kemustahilan bagi Joko Widodo untuk melakukan hal itu, apalagi dengan cara politik kotor kepada Megawati yang telah mendidik dan membesarkannya. Joko Widodo lebih paham dimana letak rohnya PDIP, hingga partai banteng mulut putih ini mampu dan konsisten menjadi partai nasionalis yang makin besar.

Ranjau politik “Jokowi merebut kursi Ketum” yang menghancurkan keterwakilan suara kehendak masyarakat itu sendiri sesungguhnya telah diledakkan oleh sukarelawan di bawah kaki Ganjar Pranowo. Harapan mereka, ledakan ranjau politik itu membuat Megawati kaget lalu buru-buru menetapkan Puan Maharani sebagai capres PDIP. Atau buru-buru memberi sanksi kepada Joko Widodo yang dianggapnya melakukan pelanggaran berat terhadap mekanisme kepartaian terutama dalam menentukan dan memilih ketua umum. Mereka berusaha membuat Megawati dan Jokowi berjarak. Mereka berusaha membuat Megawati tidak menyukai Jokowi, karena berulah mau merebut Ketum PDIP.

Tetapi ternyata ranjau politik yang mereka tanam tidak berhasil. Megawati sebagai “Queen Maker” dan Joko Widodo sebagai “King Maker” di PDIP hingga saat ini tetap dalam kesenyapan tetapi pasti. Keduanya tidak ingin PDIP kalah dalam pileg maupun pilpres 2024 nanti. Tentunya dengan mempertimbangkan berbagai hal, salah satunya elektabilitas Ganjar Pranowo maupun Puan Maharani. Inilah ketajaman politik Megawati Soekarnoputri di tengah desakan-desakan liar agar PDIP segera mengumumkan capresnya, juga di tengah-tengah berbagai upaya pembusukan PDIP. Sekaligus naluri berpolitik Megawati menghadapi partai-partai oposisi dan partai yang bermuka dua.

Seperti yang telah penulis sampaikan di tulisan sebelumnya Klik, bahwa pada akhirnya nanti Megawati akan realistis mempertimbangkan dan memutuskan siapa capres 2024 yang diusungnya. Megawati tidak usah diajari tentang elektabilitas kandidat capres, apalagi diajari membaca peluang keterpilihan antara Ganjar Pranowo dan Puan Maharani. Karena Megawati diyakini mendengarkan apa yang dikehendaki rakyat Indonesia, yaitu kemenangan PDIP untuk bisa melanjutkan visi dan misi Presiden Joko Widodo membawa bangsa dan negara ke arah yang semakin maju.

Megawati tidak akan jauh berbeda dengan sikap politik Soekarno, yaitu lebih condong mementingkan dan mengutamakan hal-hal yang lebih besar demi bangsa dan negara. Itulah roh perjuangan PDIP, yang sebenarnya wajib bagi seluruh kader dan simpatisan untuk memahaminya.

Ranjau politik dari dalam dan dari luar PDIP harus disiasati sedini mungkin, agar ledakan ranjau itu berubah menjadi ranjau-ranjau cinta dan tenaga arus deras keinginan simpatisan dan relawan dalam memperjuangkan Toegiman (Ganjar Pranowo) di pilpres 2024.


Berita Lainnya :


- Source : seword.com

Anda mungkin tertarik :

Komentar

Kirim komentar anda dengan :



Tutup

Berlangganan Email

Dapatkan newsletter, kami kirimkan ke email anda

  


Keluar