Hari Terburuk Yang Pernah Ada? Pasar Saham China Anjlok 8% Ditengah Wabah Virus Corona
Pasar saham China mulai anjlok pada hari Senin, hari trading pertama setelah berakhirnya perpanjangan liburan Tahun Baru China, dengan nyaris 3.500 saham anjllok 10 persen tiap harinya.
Shanghai Composite Index yang selama ini menjadi patokan ditutup dengan angka 7,7 persen lebih rendah dari biasanya. Penurunan ini merupakan yang terbesar dalam lima tahun belakangan.
Sementara itu, Shenzhen Composite Index, yang melacak performa 500 saham utama yang terdaftar di bursa, juga mengalami penurunan sebesar 8,4 persen. Padahal, Shenzhen tidak pernah mengalami penurunan sebanyak ini sejak tahun 2007.
Untuk diketahui, penurunan di kedua indeks merupakan yang terbesar sejak kejadian ‘Black Monday’ tahun 2015 yang merugikan hingga USD 445 miliar.
Serupa dengan pasar sahamnya, mata uang China, yuan, ikut melemah 1,5 persen menjadi sekitar USD 7.
Untuk diketahui, trading terakhir pasar saham China jatuh pada tanggal 23 Januari lalu, hari di mana Wuhan, yang merupakan pusat wabah virus corona China, diisolasi lantaran lebih dari 800 orang terinfeksi virus corona dan 25 lainnya meninggal.
Sejak saat itu, angka korban terinfeksi terus melonjak menjadi lebih dari 17.000 orang dengan korban jiwa lebih dari 360 orang.
“Sangat sulit untuk memperdagangkan saham,” Li Shuwei, ketua Beijing WanDeFu Investment Management, mengatakan pada Straits Times.
“(Saat ini) Mustahil rasanya untuk memprediksi perkembangan penyakit ini. Bahkan para ahli tidak tahu pasti kapan wabah ini akan berakhir, apalagi para pedagang saham.”
Ia lantas menambahkan, “Masih terlalu dini untuk membeli saham sekarang, selain itu susah juga untuk menjual karena semua saham dibatasi. Jadi yang bisa dilakukan hanya menunggu dan melihat situasinya.”
Sementara itu, untuk mengatasi kerugian yang mungkin diderita, pada hari Minggu Bank Rakyat China mengatakan pihaknya akan mengucurkan dana segar sebesar lebih dari USD 170 miliar ke pasar (saham) China.
- Source : www.rt.com