Rusia Dilarang Mengikuti Sejumlah Ajang Olahraga Besar Selama 4 Tahun
Rusia telah dijatuhi larangan mengikuti empat ajang olahraga meliputi Olimpiade, Piala Dunia sepakbola, setelah Komite Eksekutif Badan Anti-Doping Dunia (WADA) menyetujui sanksi yang dijatuhkan pada Rusia hari Senin.
Bertemu di Lausanne, Swiss, ke-12 anggota Komite Eksekutif WADA sepakat mengambil tindakan tegas terhadap Rusia seperti yang sebelumnya disarankan Komite Kepatuhan WADA.
Penjatuhan sanksi dilakukan usai Rusia diduga telah memanipulasi data laboratorium yang diberikan kepada WADA Januari lalu. Dugaan ini kemudian diakui ketua Badan Anti-Doping Rusia (RUSADA) Yuri Ganus.
Untuk diketahui, data ini diserahkan sebagai bagian dari persyaratan yang diajukan RUSADA setelah dilakukan pengasingan terhadap Rusia selama tiga tahun atas dugaan doping yang disponsori negara.
Tuduhan yang terus disangka oleh Rusia.
Dan pada hari Senin kemarin RUSADA kembali mendeklarasikan ketidakpatuhan Rusia dan mengambil keputusan untuk menjatuhkan larangan mengikuti ajang olahraga selama empat tahun. Itu berarti bendera Rusia tidak akan berkibar di dua Olimpiade berikutnya.
Selain itu, bendera Rusia juga tidak dibolehkan berkibar dalam ajang Piala Dunia sepakbola selanjutnya yang akan digelar di Qatar tahun 2022 mendatang, serta kejuaraan dunia olahraga lainnya.
Tak tinggal diam, Rusia mengajukan keberatan dan meminta para atlet yang tak terlibat skandal doping tetap boleh berkompetisi di ajang olahraga dengan status netral.
Sementara itu, menurut laporan ajang UEFA European Championships, yang mana empat pertandingannya akan digelar di kota St. Petersburg, dan final UEFA Champions League yang digelar tahun 2021 di kota yang sama tidak akan terkena dampak sanksi terbaru WADA.
Dugaan pemakaian doping yang melibatkan Rusia pertama kali terendus publik usai Rusia, sang tuan rumah, menempati posisi puncak perolehan medali di Olimpiade 2014 yang digelar di Sochi.
Sejak saat itu, penyelidikan yang dikepalai pengacara asal Kanada Richard McLaren, terkait keterlibatan negara dalam mensponsori doping para atlet diluncurkan. Sayangnya, hingga kini belum ada bukti kuat yang ditemukan penyidik.
RUSADA sendiri pertama kali mendeklarasikan ketidakpatuhan Rusia pada bulan November 2015, sementara tim Rusia baru dikenakan larangan bermain dalam Olimpiade Musim Panas tahun 2016 yang digelar di Rio de Janeiro.
Para atlet Rusia hanya diizinkan bertanding dalam Olimpiade Musim Dingin tahun 2018 yang digelar di PyeongChang dengan status netral.
Sejak saat itu, sejumlah tokoh berpengaruh, meliputi Presiden Vladimir Putin, telah mengakui kesalahan negara terkait program anti-dopingnya, dengan menunjuk Grigory Rodchenkov sebagai kepala laboratorium Moskow.
- Source : www.rt.com