Beginilah Cara China Mempertahankan Nilai Mata Uanganya Ditengah-Tengah Perang Dagang
Perkembangan muncul ditengah-tengah perang dagang antara China dan AS yang bergulir sejak Presiden Donald Trump mengenakan tarif dagang sebesar 25 persen pada barang impor China senilai USD 50 miliar. Sejak saat itu, kedua belah pihak berlomba saling mengenakan tarif dagang.
Wakil Gubernur People’s Bank of China (PBPC) Pan Gongsheng mengatakan yuan dapat memperluas pengaruhnya karena konflik dagang yang sedang terjadi.
“Ditengah-tengah memanasnya perang dagang, sejumlah negara memutuskan untuk emnggunakan mata uang negaranya dalam berdagang. Hal ini sekaligus memberikan peluang baru bagi yuan untuk semakin dikenal dunia,” ujar Pan seperti yang dikutip majalah China Finance.
Pan berjanji PBOC akan melakukan upaya lebih untuk meningkatkan rasa percaya diri para investor internasional terhadap yuan sambil terus mencoba mempromosikan penggunakan mata uang Yuan pada dunia internasional.
Pernyataan ini dilontarkan usai Menteri Keuangan China Anton Siluanov dan Gubernur PBOC Yi Gang dilaporkan telah menandatangani kesepakatan bilateral pada awal Juni lalu. Dalam kesepakatan ini, kedua belah pihak sepakat untuk bertransaksi menggunakan mata uang nasional.
Untuk diketahui, perang dagang antara AS-China kembali memanas pada bulan Mei setelah AS menjatuhkan tarif tambahan 25 persen pada barang impor China senilai USD 200 miliar.
Tak tinggal diam, pada bulan Juni China membalas AS dengan menaikan tarif barang impor AS senilai USD 60 miliar.
Sebagai informasi, perang dagang antar kedua negara dimula bulan Juni 2018. Ketika itu, Presiden AS Donald Trump secara tiba-tiba mengenakan tarif dagang sebesar 25 persen terhadap barang impor China senilai USD 50 miliar. Trump beralasan hal ini perlu dilakukan untuk memperbaiki defisit dagang antar kedua negara.
Sejak saat itu, baik China maupun AS kerap berlomba saling mengenakan tarif.
- Source : sputniknews.com