Ilmuwan Khawatir Virus Akan Digunakan Sebagai Senjata Perang Paling Mematikan
Para ilmuwan khawatir semakin canggihnya teknologi baru memungkinkan masyarakat untuk membawa kembali virus cacar yang sempat merenggut ratusan juta nyawa di tahun 1980 silam. Para ilmuwan takut ada pihak yang menyalahgunakan virus ini sebagai senjata mematikan.
Virus mematikan ini sebenarnya telah dibasmi sekitar 40 tahun yang lalu setelah dilakukannya kampanye vaksin besar-besaran. Sayangnya, baru-baru ini hasil sebuah studi menunjukkan kemungkinan kembalinya virus ini melalui penggabungan potongan DNA.
Oleh karena itu, para ilmuwan begitu khawatir lantaran virus ini bisa saja dimanfaatkan sebagai senjata mematikan oleh sekelompok oknum.
Diketahui, dalam studi yang dirilis bulan Januari tahun ini, sekelompok ilmuwan dari University of Alberta sukses menciptakan virus horsepox menggunakan proses biologi sintetik.
Para ahli mikrobiologi asal Kanada berhasil menghidupkan kembali virus ini setelah membeli DNA sintetis melalui online yang dibanderol dengan harga USD 100.000.
Meskipun studi ini diklaim mampu menciptakan organ manusia untuk menyelamatkan mereka yang menderita sakit keras, berbagai kritik turut bermunculan lantaran hasil studi ini dapat berubah menjadi sebuah bencana.
Masalahnya, dengan menggunakan metode yang sama, para ilmuwan ini juga dapat menciptakan virus cacar dengan biaya yang cukup murah.
“Masalahnya, dengan dukungan dari koneksi internet, siapa saja dapat mengakses blueprint genetik virus yang bisa saja disalahgunakan untuk membunuh jutaan orang,” ahli kimia MIT, Kevin Esvelt, turut memperingatkan.
“Bahkan di sejumlah artikel Wikipedia tertentu, tertera kutipan yang menjabarkan teknis penciptaan virus ini. Itulah mengapa hal semacam ini sangat rentan disalahgunakan,” tambah Kevin.
Begitu mengerikannya dampak virus ini hingga Kevin merasa seharusnya kita tidak lagi boleh membahas masalah ini. Kevin khawatir jika terus dibicarakan, akan semakin banyak masyarakat yang penasaran untuk mencari lebih banyak informasi mengenai virus ini.
“Masalahnya, hanya perlu satu ilmuwan yang mungkin niatnya baik ingin membagikan informasi ini tetapi malah disalahgunakan oleh oknum dan berakhir menjadi bencana. Oleh karena itu, ada baiknya para penulis, peninjau, editor dan jurnalis mulai diberikan peringatan dan himbauan.”
Sementara itu, The National Academies of Sciences, Engineering and Medicine dilaporkan telah menggelar pertemuan dengan Department of Defense’s Chemical and Biological Defense Program guna membahas kemungkinan ancaman yang ditimbulkan dari proses biologi sintetis ini.
Untungnya, 178 negara yang menandatangani Biological and Toxin Weapons Convention sepakat bahwa senjata biologi tak lagi boleh digunakan dalam perang era modern seperti saat ini.
- Source : sputniknews.com