Tinggalkan Dolar, Rusia Akan Gunakan Euro Untuk Berdagang Dengan Uni Eropa
Baru-baru ini Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa AS membuat kesalahan besar dengan merusak kepercayaan negara lain terhadap dolar. Ucapan Putin ini muncul ditengah-tengah rencana Rusia mencoba mengurangi ketergantungan negaranya pada dolar yang diklaim sebagai mata uang dagang global.
Menteri Keuangan Rusia saat ini tengah mempertimbangkan kemungkinan penggunaan Euro dalam berdagang dengan mitra Uni Eropanya, Wakil Meteri Keuangan Vladimir Kolychev mengatakan.
“Nanti kita akan coba, setidaknya dalam tahap awal terlebih dahulu. Sementara keuntungan yang didapat dari transisi mata uang ini dapat dilihat dalam jangka pendek maupun menengah. Di samping itu, pengiriman komoditas energi dari Rusia ke Eropa rencananya juga akan menggunakan Euro,” ujar Kolychev pada wartawan hari Senin.
Menurut Kolychev, keputusan ini akan menguntungkan mitra dagang Rusia yang berada di kawasan Eropa.
“Di satu sisi, keputusan ini dapat menguatkan posisi Euro sebagai mata uang cadangan. Di sisi lain, keputusan ini juga memberikan keamanan terkait pengiriman sumber daya energi, jika suatu saat AS membuat keputusan yang berpotensi merugikan perusahaan-perusahaan besar kami di sektor energi,” Kolychev mengatakan.
Lebih lanjut Kolychev menjelaskan bahwa transisi pembayaran menggunakan Euro akan lebih mudah karena Euro memang merupakan mata uang cadangan global.
Menurut Kolychev, saat ini sejumlah negara yang dijatuhkan sanksi oleh AS telah menghadapi beberapa kesulitan dalam menyelesaikan kontrak dagang luar negeri mereka lantaran masalah mata uang yang tegah merebak.
Oleh karena itu, Kolychev merasa penggunaan Euro dalam berdagang akan membantu menyelesaikan segala masalah yang berhubungan dengan kontrak dagang luar negeri.
Sebelumnya, Rusia juga mengatakan bahwa mereka tak akan sepenuhnya meninggalkan dolar, mereka hanya ingin mengurangi ketergantungan mereka terhadap dolar dalam perdagangan bilateral.
Pada hari Kamis lalu, pada wartawan, Menteri Keuangan Anton Siluanov mengatakan rencana ini sendiri telah dipersiapkan dan diajukan untuk dipelajari lebih lanjut oleh pemerintah.
Sedangkan pada bulan lalu, VTB, bank terbesar keempat Rusia, menjabarkan rencana berisi empat hal yang perlu dilakukan untuk mengurangi ketergantungan ekonomi Rusia pada mata uang cadangan de-facto.
Pada KTT Russian Energy Week yang digelar tanggal 3 Oktober lalu, Presiden Vldimir Putin mengatakan bahwa kebijakan sanksi yang ditetapkan AS justru melemahkan kredibilitas dolar itu sendiri.
“Ibarat kata, AS malah menggigit tangan mereka yang selama ini memberinya makan,” Putin mengatakan.
Sementara itu, pada akhir musim panas tahun ini, anggota parlemen AS sempat mengancam akan menjatuhkan sanksi baru pada Rusia yang menargetkan hutang negara dan proyek energi Rusia. Sanksi ini dijatuhkan atas dugaan keterlibatan Rusia dalam pemilihan presiden AS tahun 2016.
- Source : sputniknews.com