Harga Minyak Melonjak, Rakyat AS Mempertanyakan Kinerja Pemerintahan Trump
Melonjaknya harga minyak mentah turut menyebabkan semakin mahalnya harga bahan bakar di AS. Sayangnya, Presiden Donald Trump tak mampu menyelesaikan isu ini sebelum pemilihan paruh waktu yang akan segera digelar di AS, Presiden Lipow Oil Associates, Andy Lipow, mengatakan.
“Presiden Trump khawatir melonjaknya harga minyak mentah akan membuat rakyat kesulitan membeli bahan bakar minya. Jika dibiarkan, hal semacam ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi AS. Isu melonjaknya harga minyak merupakan fokus utama pemerintahan Trump saat ini sebelum pemilihan paruh waktu diselenggarakan,” ujar Lipow pada kantor berita RT.
“Melonjaknya harga minyak mentah akan mempengaruhi keuangan seluruh rakyat AS. Tentunya, rakyat menyadari hal ini dan berpikir langkah apa yang akan diambil pemerintah guna menyelamatkan ekonomi rakyat.”
Untuk diketahui, mulai bulan Februari 2016 harga bbm di AS meningkat 60 persen dari yang tadinya USD 1,87 per liternya menjadi hampir USD 3 pada bulan September tahun ini.
Pada minggu ini sendiri, untuk pertama kalinya sejak tahun 2014, harga minyak mentah melonjak hingga USD 82 per barelnya.
Hal ini terjadi karena Iran mulai kehilangan eksportir minyak mentahnya setelah Trump menjatuhkan sejumlah sanksi pada sektor perminyakannya. Sanksi ini sendiri akan mulai berlaku pada awal November mendatang.
“Hilangnya pangsa pasar minyak Iran, ditambah dengan menurunnya produksi minyak Venezuela dan keraguan bahwa OPEC dan negara produsen minyak non OPEC dapat mengatasi isu ini justru membuat harga minyak semakin meningkat hingga mencapai angka USD 82 per barelnya,” Lipow menjelaskan.
Dengan melonjaknya harga minyak dunia, konsumsi bbm di AS pun akan ikut menurun. Administrasi Informasi Energi AS memprediksikan penurunan tingkat konsumsi bbm tahun ini akan mencapai 10.000 barel per harinya.
Sementara menurut American Automobile Association, harga rata-rata minyak pada Rabu minggu lalu telah mencapai USD 2.867 per galonnya. Harga ini merupakan yang tertinggi sejak tahun 2014.
Diketahui bahwa Trump telah meminta OPEC untuk meningkatkan hasil produksinya untuk mengimbangi penurunan pasokan minyak Iran.
Sedangkan di sisi Iran menanggapinya dengan mengatakan bahwa harga minyak mentak takkan melonjak jika AS tidak mencampuri urusan Timur Tengah.
“Kalau Trump ingin harga minyak tidak naik dan pasar minyak tetap stabil, dia harus berhenti mencampuri urusan Timur Tengah. Selain itu dia jangan jadi penghalang produksi serta ekspor minyak Iran,” menteri perminyakan Iran, bijan Zanganeh mengatakan.
- Source : www.rt.com