Indonesia Hebat! Majelis Ulama Indonesia akan Mengajarkan Standar Mengeluarkan Fatwa Kepada Ulama-ulama Taliban
Sebuah tantangan besar berani diambil Pemerintah Republik Indonesia. Tentu ini dalam rangka menjadi Indonesia hebat! Indonesia hebat adalah ajang pembuktian sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia untuk hadir sebagai Islam yang rahmatan lil alamin.
Salut untuk Presiden RI Joko Widodo yang meminta pertemuan trilateral para ulama dari Afganistan, Pakistan dan Indonesia, pada akhir Maret 2018 selama tiga hari itu bertempat di Bogor. Menurut laman tempo.co, pemilihan lokasi ini sesuai permintaan Presiden RI Joko Widodo. Pada pertemuan itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan bertukar pandangan dengan ulama-ulama Taliban. Buah kunjungan Presiden ke Afganistan sangat manis.
Tentu ini kesempatan yang baik bagi Majelis Ulama Indonesia untuk menerangkan sejelas-jelasnya tentang Islam Indonesia yang ramah. Islam yang cinta damai, Islam yang pemaaf seturut teladan Baginda Rosul. Bahwa Indonesia menjadi rumah bersama bagi Bhinneka Tunggal Ika itu karena Islam Indonesia adalah rahmatan lil alamin.
Senada dengan hal di atas, sudah layak dan sepantasnya bila MUI juga mengajarkan bagaimana standar mengeluarkan fatwa. Fatwa yang makin menegaskan eksistensi Islam sebagai agama rahmat bagi semesta. Bukan fatwa yang memperkeruh suasana. Pasalnya, ulama-ulama Taliban tidak memiliki standar seperti MUI, dalam mengeluarkan sebuah fatwa.
Dari laman tempo.co, Ketua Majelis Ulama Indonesia bidang Hubungan Luar Negeri, KH Muhyiddin Junaidi, menyampaikan bahwa fatwa yang diterbitkan ulama-ulama Taliban sangat meresahkan.
Pertama, fatwa ulama-ulama Taliban membolehkan penyerangan terhadap pemerintahan yang sah di Afganistan. Kedua, boleh melakukan bom bunuh diri terhadap musuh-musuh Islam terutama para agen-agen Amerika Serikat. Ketiga, boleh melakukan ‘jihad’ terhadap pemerintah Afganistan yang sah dan ‘jihad’ terhadap kekuatan asing.
Terhadap fatwa ala ulama Taliban yang meresahkan itu, MUI tentu bisa memberi solusi cerdas. Jangan sampai malah ketularan fatwa model Taliban yang menampakkan wajah Islam yang suka resah, pemarah, dan haus darah. Itu mengerikan sekali! Dunia yang layak diupayakan sebagai surga malah dicipta sebagai neraka.
Selayaknya belajar pada doa yang meminta supaya kehendak Allah yang maha baik terjadi di bumi seperti di surga. Jangan sampai meminta dan mewujudkan neraka hadir di muka bumi. Islam Indonesia yang berkarakter rahmatin lil alamin harus ditegaskan dan diwartakan dalam forum trilateral itu secara terstruktur, sistematis dan masif. Dengan begitu maka Islam akan nampak sip.
Apa yang terjadi di Afganistan perlu mendapatkan catatan kritis dan tindakan antisipatif yang benar-benar sip. Antisipatif yang juoz gandhoz kotoz-kotoz. Pasalnya, seperti diberitakan Al-Jazeera, sedikitnya 100 orang tewas dan ratusan orang terluka akibat ledakan bom milisi Taliban yang disimpan di dalam ambulans yang lewat di Kabul, Afganistan, 28 Januari 2018. Itu terjadi karena fatwa yang tidak hati-hati dikeluarkan oleh ulama-ulama Taliban.
“Ulama-ulama Taliban itu membolehkan penyerangan pemerintah yang didukung oleh kekuatan asing. Sedangkan dalam Islam, kita tidak boleh membunuh orang lain, kita tidak boleh menghilangkan nyawa orang lain apalagi sesama pemeluk agama. Yang sekarang ingin kami lakukan adalah berbagi dengan mereka,” terang KH Muhyiddin Junaidi, saat ditemui tempo.co di kantor MUI, Jakarta, Selasa, 6 Maret 2018.
Ketua Majelis Ulama Indonesia bidang Hubungan Luar Negeri itu menjelaskan, Taliban adalah sebuah kelompok besar yang memiliki banyak kelompok-kelompok kecil dibawahnya. Ada tiga kelompok utama Taliban yakni: Hakani, Sardar, dan kelompok Rosul. Selain itu masih terdapat sekitar 20 kelompok kecil di bawah Taliban.
“Maka harus ekstra hati-hati. Tiga kelompok utama Taliban ini, siap menyatakan damai dan lelah berperang. Jadi kami ingin undang mereka ke Indonesia dan Indonesia akan berbicara netral. Kami hanya ingin hanya bicara dalam kapasitas sebagai Majelis Ulama Indonesia terkait tata cara tahapan-tahapan mengeluarkan fatwa,” tandas KH Muhyidin.
Keterangan KH Muhyidin di atas tentu penting bagi semua pihak. Telah ada kesadaran bahwa perang itu hanya bikin capek, tidak mendapat pahala apa-apa. Menang jadi arang, kalah jadi abu. Pahala itu ada dalam hati yang damai.
Terkait dengan Islam yang ramah, prestasi Polri yang menangkapi admin dan anggota Muslim Cyber Army (MCA) pembuat dan penyebar hoaks kiranya pantas diapresiasi juga oleh MUI. Pasalnya, Islam Indonesia, Islam Nusantara adalah Islam pembawa rahmat, pembawa damai. Damai di bumi seperti di surga, bagi orang yang berkenan kepada-Nya.
Sumber:
https://dunia.tempo.co/amp/1067227/ngeri-ini-fatwa-ulama-ulama-taliban
- Source : seword.com