Duta besar Rusia untuk PBB: AS mengeksploitasi protes Iran untuk mendepak kesepakatan nuklir tahun 2015
AS menggunakan berbagai protes yang terjadi di Iran sebagai cara untuk menghentikan kesepakatan nuklir penting di tahun 2015 dengan Teheran, menurut duta besar Rusia untuk PBB.
Komentar pada hari Jumat lalu yang dilontarkan oleh Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia usai diadakannya pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB (UNSC), yang digelar atas permintaan duta besar AS, yang mana Washington menyebut pemerintahan Teheran saat ini sebagai pemerintahan korupsi, tidak kompeten dan totaliter, alasan memusingkan yang didengar oleh seluruh negara anggota PBB sebagai dalih untuk menggagalkan Rencana Aksi Konprehensif Bersama (JCPOA) yang bersejarah antara negara-negara P5+1 dan Iran.
Semua negara P5+1 (yang berisikan lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB yakni China, Prancis, Rusia, Inggris dan Amerika Serikat ditambah Jerman dan Uni Eropa) bergabung dalam sebuah kesepakatan dengan Iran di tahun 2015 sebagai cara untuk menurunkan ketegangan nuklir di wilayah tersebut.
Banyak negara nggota PBB yang mengungkapkan kekecewaan mereka dengan apa yang dianggap sebagai taktik isolasionis dan ceroboh yang dilakukan AS untuk menggagalkan kesepakatan nuklir penting tersebut, sebuah kesepakatan yang telah berhasil mencapai seluruh tujuannya, menurut al Jazeera.
“Amerika Serikat menyalah gunakan perannya di Dewan Keamanan,” ujar Duta Besar Rusia Nebenzia.
“Biarkan kesepakatan Iran dengan berbagai masalahnya sendiri,” Nebenzia menyarankan, dirinya menambahkan, “Alasan sesungguhnya dari dilakukannya pertemuan pada hari ini bukanlah untuk melindungi hak asasi manusia atau mendorong kepentingan semua rakyat Iran, namun merupakan sebuah upaya untuk terus merusak kesepakatan nuklir Iran,” kutip New York Times.
Anggota PBB sepakat dengan penilaian duta besar Rusia tersebut.
Anggota DK PBB, Prancis, mendeklarasikan bahwa semua demonstrasi yang saat ini terjadi di Iran bukanlah isu dimana diperlukan adanya pertemuan darurat di tingkat badan internasional.
“Bagaimanapun, mengkhawatirkan semua kejadian yang terjadi di Iran beberapa hari terakhir ini, kemungkinan tak mereka anggap sebagai ancaman keamanan dan perdamaian internasional,” Duta Besar Prancis untuk PBB, Francois Delattre mengatakan, seperti yang dikutip oleh Reuters.
“Kita harus waspada akan adanya upaya yang bertujuan untuk mengeksploitasi krisis ini demi kepentingan pribadi, yang tujuannya sangat bertentangan dengan hasil yang diharapkan.” Delattre menambahkan.
Teheran lebih tepatnya, mengamati hal ini sebagai tindakan AS yang berusaha memperdaya fungsi badan Dewan Keamanan PBB.
Duta Besar iran untuk PBB Gholamali Khoshroo menegaskan bahwa pemerintahan Donald Trump dalam bentuj pemerintahannya saat ini dan secara luas dikritisi oleh duta besar Nikki Haley, menyalahgunakan posisinya sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB untuk menuntut diadakannya pertemuan darurat ini.
“Sangat disayangkan, terlepas dari adanya kekuatan untuk melawan dari sebagai anggotanya, dewan ini telah membiarkan dirinya disalah gunakan oleh pemerintahan AS saat ini dengan cara menyelenggarakan sebuah pertemuan membahas isu yang keluar dari cakupan mandatnya,” ujar Khoshroo.
Hampir seminggu dari terjadinya protes yang melibatkan lebih dari 50.000 demonstran di negara Timur Tengah tersebut telah mengakibatkan tewasnya 22 orang, sementara itu pihak otoritas Teheran menuduh Amerika Serikat, Israel dan Arab Saudi secara diam-diam menghasut kerusuhan yang dimulai pada akhir bulan Desember 2017 tersebut.
- Source : sputniknews.com