Kebangkitan petro-yuan
China saat ini berkeinginan untuk menggulingkan dolar AS sebagai mata uang pilihan yang digunakan untuk pasar minyak, sebuah langkah yang memiliki konsekuensi tinggi.
Sejak tahun 1970, perdagangan minyak hampir seluruhnya dilakukan dengan menggunakan dolar AS, bahkan jika sang pembeli dan produsen bukanlah warga Amerika. Dampak perdagangan minyak dalam denominasi dolar sangat besar: Karena harga minyak dalam mta uang dolar, ada nya permintaan besar terhadap dolar, memberikan kekuatan ekonomi dan strategis bagi AS.
Beijing ingin menantang dolar dengan mengatur pemasaran di masa depan dengan menggunakan mata uangnya sendiri, yuan. Untuk itu, berbagai laporan mengindikasi bahwa China bertekad untuk mengenalkan patokan harga minyak dalam yuan pada beberapa bulan ke depan.
Bagi China, ada banyak keuntungan terkait langkah pertama ini. Pasar minyak di masa depan yang menggunakan yuan akan merangsang permintaan akan mata uang China tersebut, yang China percayai akan memberikan negaranya kekuatan strategis. Uang tersebut nampaknya akan diputar kembali dalam perekonomian China. AS telah mampu menjalankan deficit anggaran yang sangat besar, mereka meminjamkan uang pada tingkat yang yang sangat redah karena adanya permintaan terhadap mata uangnya. Petrodilar secara terus menerus mengalir kembali ke dalam perekonomian AS, menciptakan investasi dan pertumbuhan ekonomi yang tak akan mungkin terjadi sebaliknya. Dolar juga telah menjadi mata uang teraman untuk para investor di seluruh dunia.
China berharap untuk dapat mencontoh pergerakan ini. Dan sebagai negara pengimpor minyak terbesar di dunia, ada keuntungan yang sangat luar biasa jika melakukan kontrak perdagangan minyak menggunakan yuan.
Namun tak akan mudah untuk menggeser dolar. Rencananya adalah untuk meluncurkan kontrak minyak di masa depan dalam Pertukaran Energi Internasional Shanghai (INE), namun terdapat banyak rintangan dalam meyakinkan para produsen minyak yang berjumlah besar dan para konsumen untuk menggunakan yuan dan berinvestasi dalam patokan harga Shanghai. Tanpa adanya partisipasi dari beberapa negara besar katakanlah seperti Arab Saudi atau Rusia, akan sangat sulit untuk menciptakan pasar yang cukup dalam dan cair untuk membuat perbedaan.
Terlebih lagi, karena yuan tidak tersebar dengan bebas, harganya tetap pada dolar dan berkembang tiap harinya. Para investor besar akan ragu untuk melakukan perdagangan menggunakan mata uang China. “Keberatan terbesar saya adalah adanya peran dari pemerintah pusat China, intervensi negara yang potensial dan keberpihakan terhadap perusahaan China.” Ujar John Driscoll, direktur dari JTD Energy Service, menurut CNBC. Di sisi lain, China selala perlahan telah kehilangan kekuatan terhadap mata uangnya.
“Saya rasa ini tak akan membuat perubahan, setidaknya belum akan berubah.” Gal Luft, direktur dari Institut Analisis Kemanan Global mengatakan pada CNBC. “Namun langkah ini merupakan indikator lainnya dari awal keterkaitan, dan saya menekankan kata keterkaitan dengan penurunan terhadap dolar.”
Pihak lain melihat banyak perubahan dramatis datang dari peluncuran patokan harga Shanghai. Juerg Kiener, seorang direktur pengatur dan kepalam staf investasi dari manajer aset Swiss Asia Capital mengatakan pada CNBC bahwa mata uang petro-yuan “berkembang pesat” dan telah “berjalan secara struktural.”
Sampai saat ini, telah ada beberapa transaksi menggunakan yuan, namun hanya perdagangan yang dilakukan dengan China, dan umumnya hanya dengan negara-negara yang lebih kecil. Iran khususnya, merupakan negara pertama yang melakukan penjualan minyak menggunakan yuan, fakta yang tidak mengejutkan mengingat Iran ingin menghindari departemen keunagan AS.
Perkembangan yang lebih signifikan adalah Rusia menyetujui untuk melakukan beberapa perdagangan minyak menggunakan yuan pada tahun 2015, juga sebagai hasil dari sanksi yang dijatuhkan AS.
Banyak yang percaya bahwa kunci keberhasilan dalam menjadi patokan perdagangan minyak adalah meyakinkan negara seperti Arab Saudi untuk berpartisipasi. Arab Saudi merupakan salah satu negara produsen minyak terbesar di dunia, dan menjual sedikit lebih dari satu juta barel minyak tiap harinya ke China. Rusia sendiri masih menjadi pemasok teratas bagi China, mengekspor 1.545 mb/d pada bulan September, dan faktanya, Rusia telah mengambil pangsa pasar dari Arab Saudi di China. Jika Riyadh tidak ingin kehilangan konsumen lagi, caranya adalah dengan ikut menyetujui penjualan dalam yuan. Laporan terbaru bahwa perusahaan minyak terbesar China yang dimiliki oleh negara sedang mempertimbangkan untuk melakukan pembelian lima persen dari Saudi Aramco secara langsung, sebuah langkah yang mengisukan Arab Saudi dipertimbangkan sebagai pengganti Aramco IPO, harus dilihat dalam konteks ini.
“Saya percaya bahwa harga minyak dalam yuan akan segera berjalan segera setelah Arab Saudi menyetujuinya, dikarenakan China akan memaksa mereka untuk melakukannya, kemudian keseluruhan pasaran minyak akan mengikuti mereka,” Carl Weinberg, ketua ekonomi pada High Frequency Economics mengatakan pada CNBC awal bulan ini.
Dalam poin ini, semuanya akan mulai berubah, dan dolar akan mulai kehilangan kekuatannya. Beberapa pihak melihat hal ini mustahil, karena Arab Saudi kemungkinan akan dihadapkan dengan tekanan dari AS. Namun hal ini akan menjadi pilihan yang sulit untuk Riyadh, kehilangan pasar di China atau memercik amarah Washington.
Hal ini tak akan langsung terjadi, namun peluncuran patokan harga minyak di pertukaran Shanghai dapat menandai dimulainya akhir dari petrodollar.
- Source : www.rt.com