Brazil Mempertimbangkan Rencana Untuk Memberi Makan Anak-Anak Berpenghasilan Rendah “Makanan ala Hewan Peliharaan Untuk Manusia”
Sao Paulo, Sebuah rencana baru yang kontroversial untuk memberi makan anak-anak dan orang-orang berpenghasilan rendah di Sao Paulo dengan bubuk pellet yang dibuat dari makanan yang hampir kadaluarsa, telah menuai berbagai macam kritik, yang menyebut produk tersebut sebagai “Makanan ala Hewan Peliharaan Untuk Manusia”. Rencana itu pertama kali diumumkan pada hari Rabu minggu lalu oleh sang “Donald Trump dari Brazil” dan walikota dari kota terbesar di Brazil tersebut, yang membandingkan pellet yang bernama “farinata” dengan “makanan untuk para astronot” dan menegaskan bahwa menggabungkan makanan tersebut ke dalam pola makan para warga berpenghasilan rendah dan anak sekolahan akan mengurangi kelaparan di dalam kota tanpa biaya yang besar terhadap pemerintah kota. Sebanyak 1,5 juta orang di Sao Paulo tidak memiliki cukup makanan untuk dimakan sehari-hari.
Tuntutan Doria terkait keuntungan penggunaan pellet telah gagal meredakan kekhawatiran jaksa penuntut negara yang saat ini tengah menyelidiki rencana tersebut, yang mana akan coba diterapkan pada akhir bulan ini. Keprihatinan utama terkait pelet tersebut adalah kurangnya informasi tentang nilai nutrisi yang terkandung dalam makanan tersebut. Saat Jose Bonilha, seorang jaksa penuntut negara menyelidiki kasus ini, mengatakan pada The Guardia. “Ada ketidakpastian tentang nilai nutrisi yang terkandung dalam makanan ini. Apakah ada tes dan dokumen yang mengesahkan pengenalan produk makanan tersebut?”
Namun Menteri Pendidikan Brazil tidak masalah dan menyetujui rencana tersebut, yang mana telah dilakukannya pada minggu lalu, terlepas kurangnya informasi serta fakta bahwa pelet tersebut belum melalui tes nutrisi yang sah dan aman yang dibutuhkan dalam asupan makanan di berbagai sekolah.
Pelet tersebut berulang kali telah dikritik oleh para nutrisionis yang memperdebatkan bahwa kurangnya informasi terkait komposisi produk itu merupakan hal yang patut diwaspadai. “Produk ini bukanlah makanan. Ini merupakan produk yang mengalami proses berlebih. Kau tidak tau komposisi di dalamnya.” Ucap Marly Cardoso, profesor kesehatan masyarakat dan nutrisi di Universitas Federal Sao Paulo. Terdapat kekhawatiran diantara para nutrisionis bahwa pelet tersebut dapat memperburuk krisis kelebihan berat badan di Brazil, sebagai dampak dari dikonsumsinya makanan yang diproses secara berlebih dikalangan warga desa yang miskin.
Berbagai kritik juga ditujukan pada fakta bahwa Doria, seorang sekutu politik Presiden Brazil yang tak disegani, Michel Temer, yang telah menolak rencana itu lebih dulu pada awal tahun ini yang akan berusaha memperbaiki pola makan warga kota dengan memberikan ruang untuk para petani skala kecil sehingga mereka dapat menjual buah dan sayuran di jalanan kota dan dengan menciptakan pengontrolan harga pada buah-buahan dan sayuran agar harganya tetap terjangkau.
Penolakan Doria terhadap tindakan ini, membuat para kritikus berpendapat bahwa dia kurang tertarik untuk meningkatkan pola makan warga kota dan untuk membasmi kelaperan dibanding memberikan dorongan untuk berbagai perusahaan yang mendonasikan produk makanannya yang mereka tidak mampu jual untuk dijadikan pelet. Doria baru-baru ini menawarkan keringanan pajak untuk perusahaan-perusahaan yang mendonasikan makanannya terhadap kebijakan pengurangan krisi kelaparannya.
Doria dan perusahaan pembuat peletnya, Plataforma Sinergia, menegaskan bahwa “farinata” sangat aman dan mampu memberikan nutrisi yang sangat baik. Menurut situs Plataforma Sinergia, organisasi tersebut bekerja sama denga Gereja Katolik sebagai mitra dalam program “Selamatkan Makanan” milik PBB. Namun, ketika ditanyai tentang pendapatnya oleh The Guardian terkait komposisi nutrisi produknya, Plataforma Sinergia tidak memberikan tanggapan. Para pejabat kota juga tidak memberikan tanggapan terkait informasi yang menyatakan apakah produk pelet itu telah benar-benar diuji coba secara layak.
- Source : www.mintpressnews.com