Barat “tidak jujur” dan mengikuti kebijakan yang tak sejalan dengan hukum intrnasional
Barat tidak dapat dipercaya adalah sebuah pelajaran terpenting yang telah dipelajari oleh Suriah selama lima tahun perang saudara, Presiden Suriah Bashar Assad mengatakan dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Sputnik.
“Ini adalah pelajaran penting yang telah kami pelajari, namun saya rasa kita telah mengetahui ini sejak lama, bahwa pihak Barat tidaklah jujur. Negara-negara Barat tidak jujur,” Assad menekankan.
AS, Uni Eropa dan sekutu mereka “mengikuti sebuah kebijakan yang jauh dari prinsip-prinsip hukum internasional dan PBB” dan karena itu “tidak mungkin untuk mengandalkan pihak Barat untuk memecahkan masalah apapun,” katanya.
“Kita hidup dalam sebuah dunia di mana tidak ada hukum internasional atau moralitas dalam politik saat ini. Apa pun dapat terjadi di mana saja di bumi kita,” Presiden Suriah tersebut mengatakan.
Dalam kondisi-kondisi seperti ini, setiap pemimpin “harus dapat memilih negara-negara bersahabat yang akan berdiri dengannya selama masa krisis,” kata Assad, mengisyaratkan dukungan yang diterima negaranya dari Rusia.
Ia menekankan bahwa selama perang, Suriah “mengalami penderitaan yang tidak manusiawi,” yang tidak ia harapkan menimpa negara lainnya.
Menurut Assad, negaranya menghadapi “agresi teroris, yang ditambah oleh kekejaman-kekejaman yang belum pernah terjadi dalam beberapa dekade terakhir, dan mungkin bahkan selama beberapa abad terakhir.”
Presiden Suriah memperingatkan mengenai fanatisme, mengatakan bahwa ini harus dihindari dalam membangun masyarakat, di mana semua warga negara harus bertanggung jawab, tidak hanya negara.
“Apa yang saya ingin katakan, berdasarkan pengalaman kami di Suriah, adalah bahwa, pertama-tama setiap manifestasi dari fanatisme, baik agama, politik atau ideologi bersifat menghancurkan bagi masyarakat,” tegasnya.
Presiden Suriah tersebut mengatakan bahwa pada saat krisis setiap pemimpin harus menyadari bahwa “rakyat adalah pihak yang membela negara.”
“Dan ketika memilih sebuah rencana tindakan untuk mengatasi krisis itu perlu bahwa memenuhi adat dan tradisi bangsa, sejarah dan aspirasi esensial. Solusinya tidak dapat datang dari luar negeri,” katanya.
“Para sahabat dapat datang dari luar negeri untuk membantu Anda, seperti yang telah terjadi hari ini: dari Rusia dan Iran. Namun, jika tidak ada kemauan internal dan hubungan yang baik antara rakyat dan negara, tidaklah mungkin untuk menemukan sebuah solusi,” tambah Assad.
Presiden Suriah tersebut menyatakan keyakinannya bahwa setelah perdamaian tercapai dalam negara, Suriah akan menjadi “sebuah negara kunci di kawasan ini.”
“Saya berpikir bahwa jika kami mampu mengatasi krisis ini, masyarakat Suriah akan meningkat dari sudut padang sosial. Dan Suriah akan menjadi lebih mampu memainkan peran sejarahnya di kawasan ini. Peran ini, yang terbuka untuk umum, akan mempengaruhi negara-negara lain, karena berada dalam satu kawasan, orang-orang yang sama dengan tradisi yang serupa. Kami saling mempengaruhi sebagai negara-negara Arab, seperti negara-negara Islam. Dalam hal ini, Suriah harus memiliki peran yang sangat penting,” kata Assad.
Peran saudara telah berkecamuk di Suriah sejak tahun 2011 ketika pemerintah berjuang melawan pihak oposisi bersenjata dan berbagai kelompok teror, termasuk ISIS dan al-Nusra.
Konflik ini telah menewaskan lebih dari 250.000 orang dan 6,5 juta lainnya terlantar serta lebih dari 4,8 juta melarikan diri dari negara tersebut, menurut estimasi PBB.
Putaran perundingan intra-Suriah berikutnya antara pemerintah dan pihak oposisi dijadwalkan berlangsung di Geneva, Swiss pada tanggal 9 April.
- Source : www.rt.com